Meskipun pada saat ini umat dan bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai problem yang berat dan kompleks, seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, perpecahan, musibah yang terus-menerus datang bertubi-tubi, tetapi tidak boleh menyurutkan keinginan dan tekad untuk tetap menggali potensi dan kekuatan yang ada.
Tidak ada dalam kamus kehidupan kaum Muslimin, frustrasi dan putus asa.
”… dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf [12]: 87).
Bahkan Alquran mengajarkan, jika kita tetap bekerja keras, cerdas, dan ikhlas, sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing dan mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini, maka kesulitan akan berubah menjadi kemudahan. Ketakutan akan berubah menjadi harapan.
Pesimisme akan berubah menjadi optimisme. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasyrah [94] ayat 5-6:
”Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan (5) Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu terdapat kemudahan (6).”
Juga firman-Nya dalam QS Al-Isra’ [17] ayat 84:
”Katakanlah: ‘Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.’ Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”
Kekuatan Ajaran
Sebagai satu-satunya ajaran yang diridhai-Nya (QS Ali Imran [3]: 19 dan 85), Islam adalah ajaran yang komprehensif dan universal, yang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, kapan dan di mana pun (QS Ar-Rum [30]: 30) yang mampu memberikan jawaban secara tuntas terhadap segala problematika kehidupan.
Dalam bidang ekonomi, misalnya, di samping menekankan aspek pertumbuhan juga menekankan aspek pemerataan (economic growth with equity) melalui mekanisme zakat, infak, wakaf, dan bentuk-bentuk keuangan publik lainnya. Tidak boleh harta itu hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu yang kaya, mapan dan dekat dengan lingkaran kekuasaan (QS Al-Hasyr [59]: 7). Sistem ekonomi kapitalistik dan ribawi yang saat ini mendominasi dunia (juga Indonesia) telah melahirkan kesenjangan yang sangat dahsyat dan luar biasa.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Maddison (2001), terungkap bahwa kesenjangan pendapatan antarwilayah regional dan benua cenderung mengalami peningkatan sejak tahun 1870 hingga tahun 2000 M. Rasio perbandingan antara pendapatan per kapita kelompok terkaya dan kelompok termiskin meningkat dari 5 : 1 pada tahun 1870 menjadi 19 : 1 pada tahun 1998. Begitu pula halnya dengan kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia.
Menurut penelitian Kuncoro, yang dikutip Investor Daily (23 November 2007), pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2000 hanya dinikmati oleh 40 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} golongan menengah dan 20 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} golongan terkaya. Sisanya 40 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} golongan berpendapatan terendah semakin tersisih. Pada tahun 2000, kelompok ini menikmati porsi pertumbuhan sebesar 20,92 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac}, sedangkan pada tahun 2006, kelompok miskin ini hanya menikmati porsi pertumbuhan ekonomi sebesar 19,2 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac}. Sebaliknya, 20 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} kelompok kaya semakin menikmati pertumbuhan ekonomi, dari 42,19 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} menjadi 45,72 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} dalam kurun waktu yang sama.
Fakta serupa juga ditemukan pula dalam Human Development Report 2006 yang diterbitkan oleh UNDP (United Nations Development Programme). Berdasarkan laporan tersebut, 10 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} kelompok kaya dunia menguasai 54 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} total kekayaan dunia. Sedangkan sisanya 90 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} masyarakat dunia menguasai 46 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} total kekayaan dunia (Beik, 2006).
Salah satu faktor utama yang menyebabkan besarnya kesenjangan pendapatan tersebut, karena ketiadaan mekanisme distribusi kekayaan yang mencerminkan prinsip keadilan dan keseimbangan, sehingga kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok. Ajaran Islam yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan perlu terus-menerus digali dan diimplementasikan dengan penuh keyakinan dan kesungguhan.
Kekuatan Umat
Jika penganut Katolik dan Protestan dipisahkan dalam penjumlahannya, maka pemeluk agama Islam merupakan jumlah yang terbesar. Hampir seperlima penduduk dunia beragama Islam. Demikian pula di negara kita, sebagaimana telah sama-sama diketahui, lebih dari 80 {45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} pendudukan Indonesia beragama Islam. Ini merupakan sebuah potensi dan kekuatan yang sangat luar biasa. Tinggal bagaimana para pemimpin umat, para tokoh, dan kita semua berupaya meningkatkan kualitasnya. Ormas dan parpol Islam, harus percaya diri dengan kekuatan umat.
Kita harus mampu menyusun langkah-langkah strategis, terencana, profesional, sinergik dan terus-menerus untuk membangun kekuatannya, dalam semua bidang kehidupan, terutama pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan. Kita harus menghentikan cara-cara konvensional dan tidak bermartabat, yaitu mendekati umat hanya menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah) ataupun pemilu (pemilihan umum) seperti yang terjadi selama ini. Mereka dibujuk, dirayu, diberikan janj-janji kosong yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa direalisasikan. Kita berharap, para kandidat harus berhenti melakukan proses pembodohan.
Apalagi disertai dengan money politics (politik uang) yang sekarang ini semakin tidak terkendali dan sungguh sangat mengerikan. Jika hal ini tidak segera diakhiri, kita khawatir yang muncul nanti adalah para pemimpin formal yang mengendalikan birokrasi dan pemerintahan ini, adalah orang-orang yang terbiasa dengan permainan uang.
Potensi Sumber Alam
Allah SWT telah menganugerahkan negara kesatuan Republik Indonesia, yang penduduknya mayoritas umat Islam ini, sebuah negara yang memiliki sumber alam yang luar biasa. Hutan yang luas, sumber mata air yang mengalir di mana-mana, tanah yang subur, barang tambang yang terdapat di berbagai kawasan, dan kekayaan alam lainnya. Jika sumber alam ini dikelola dengan penuh tanggung jawab, amanah, profesional dan berpihak pada kepentingan rakyat, maka sesungguhnya Indonesia akan menjadi sebuah negara yang mandiri, kuat, bermartabat, dan tidak tergantung pada pihak lain.
Kekisruhan yang terjadi selama ini, karena alam Indonesia dikelola, bukan dengan semangat menyejahterakan masyarakat, akan tetapi kerakusan dan ketamakan untuk untuk memperkaya diri sendiri ataupun hanya terbatas untuk kelompoknya saja. Akhirnya yang terjadi, adalah penipuan, pembohongan, pengkhianatan, dan KKN, yang semuanya berujung pada kerusakan dan kehancuran.
Sumber alam ini harus dikelola, di samping dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga harus disertai dengan hati nurani yang dibimbing oleh cahaya Allah SWT yang terdapat dalam kitab suci-Nya, Alquran al-Karim. Perhatikan firman-Nya dalam QS Luqman [31] ayat 20:
‘‘Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”
Karena itu, mari kita bergandengan tangan, bahu-membahu, bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam barisan yang rapi dan teratur, untuk menggali potensi-potensi dan kekuatan tersebut di atas, maupun potensi lainnya, demi kepentingan umat dan bangsa yang kita cintai ini.
Wallahu `alamu bi ash-shawab.
Oleh: KH Didin Hafidhuddin
support by:
umroh-haji.net