As-Sajdah, ayat 15-17

As-Sajdah, ayat 15-17

{إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (15) تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (16) فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (17) }

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Firman Allah Swt.:

{إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا}

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah. (As-Sajdah: 15)

Maksudnya, tiada yang membenarkan ayat-ayat Kami selain dari,

{الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا}

orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud. (As-Sajdah: 15)

Yaitu mendengarkan dan menaatinya, baik melalui ucapan maupun perbuatan mereka.

{وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ}

dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. (As-Sajdah: 15)

Yakni tidak enggan untuk mengikuti dan menaatinya, tidak sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang jahil dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Allah Swt. mengancam mereka melalui firman-Nya:

{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 60)

*********

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

{تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ}

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16)

Yang dimaksud ialah mereka selalu mengerjakan qiyamul lail atau salat sunat di malam hari, dan tidak tidur serta tidak berbaring di tempat tidur atau tempat pembaringannya.

Mujahid dan Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16)

Yang dimaksud ialah mengerjakan qiyamul lail.

Diriwayatkan dari Anas, Ikrimah, Muhammad ibnul Munkadir, Abu Hazim, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud ialah menunggu di antara dua salat Isya (Magrib dan Isya). Diriwayatkan dari Anas pula bahwa makna yang dimaksud ialah menunggu kedatangan waktu salat Isya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid (baik).

Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah mengerjakan salat Isya dan salat Subuh secara berjamaah.

***********

{يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا}

sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap. (As-Sajdah: 16)

Yakni takut kepada siksaan-Nya dan berharap kepada pahala-Nya yang berlimpah.

{وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}

dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16)

Dengan demikian, berarti mereka menghimpunkan antara amal-amal taqarrub yang wajib dan yang sunat, dan orang yang paling terkemuka, paling depan dan paling dihormati dalam hal ini —baik di dunia maupun di akhirat— adalah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Rawwahah r.a. dalam bait-bait syair gubahannya, yaitu:

Di kalangan kita terdapat Rasulullah yang membacakan Kitab (Al-Qur’an)-Nya manakala sinar fajar menguak suasana pagi hari.

Dia memperlihatkan kepada kita petunjuk sesudah kegelapan, dan hati kita benar-benar yakin bahwa apa yang dikatakannya pasti terjadi.

Dia semalaman menjauhkan lambungnya dari tempat peraduannya. Sedangkan kaum musyrik lelap dalam tidurnya di peraduan mereka.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh dan Affan. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa’ib, dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tuhan kita merasa kagum kepada dua orang lelaki, yaitu seorang lelaki yang bangkit dari tempat tidur dan selimutnya meninggalkan orang yang dikasihinya dan keluarganya menuju ke tempat salatnya (untuk mengerjakan salat sunat) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan takut kepada siksaan yang ada di sisi-Ku. Dan seorang lelaki lagi yang berperang di jalan Allah Swt. lalu mereka (teman-temannya) terpukul mundur, dan dia mengetahui apa akibatnya bila ia lari dari medan perang dan apa yang diperolehnya bila kembali ke medan perang. Maka dia memilih kembali ke medan perang hingga darahnya mengalir, karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan karena takut kepada azab yang ada di sisi-Ku. Maka Allah Swt. berfirman kepada para malaikat, “Perhatikanlah hamba-Ku, dia kembali (ke medan perang) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan takut kepada siksaan yang ada pada-Ku sehingga darahnya mengalir (gugur).”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam Bab “Jihad”, dari Musa ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang serupa.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wa’il, dari Mu’az ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Nabi Saw. dalam suatu perjalanan, dan di suatu pagi hari ketika ia berada di dekat Nabi Saw. yang sama-sama berjalan dengannya, lalu ia bertanya, “Hai Nabi Allah, ceritakanlah kepadaku tentang suatu amal yang dapat menghantarkanku ke surga dan menjauhkan diriku dari neraka.” Beliau Saw. menjawab: Sesungguhnya engkau menanyakan sesuatu yang besar, dan sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah, yaitu hendaknya engkau sembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Engkau kerjakan salat, tunaikan zakat, puasa bulan Ramadan, dan berhaji ke Baitullah. Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, “Maukah engkau kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seseorang di tengah malam.” Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Kemudian Rasulullah Saw. meneruskan sabdanya, “Maukah engkau kutunjukkan kepadamu pokok dari urusan ini, pilar, dan puncaknya?” Aku (Mu’az ibnu Jabal) menjawab, “Tentu saja kami mau, ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda: Pokok urusan ini adalah Islam, pilarnya adalah salat, dan puncaknya adalah berjihad di jalan Allah. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Maukah engkau kutunjukkan perkara yang menguasai hal itu semua?” Aku menjawab, “Tentu saja kami mau, ya Rasulullah.” Maka Nabi Saw. memegang lisannya, lalu bersabda, “Peliharalah lisanmu!” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita benar-benar akan disiksa karena apa yang kita bicarakan?” Rasulullah Saw. menjawab: Semoga ibumu kehilanganmu (celakalah kamu), hai Mu’az. Tidaklah manusia itu dijerumuskan ke dalam neraka dengan muka di bawah —atau dengan hidung di bawah— melainkan karena ulah lisannya yang tidak terkendali.

Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya masing-masing melalui berbagai jalur dari Ma’mar dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syu’bah, dari Al-Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Urwah ibnun Nizal menceritakan hadis berikut dari Mu’az, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Maukah kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang hamba di tengah malam. Lalu beliau Saw. membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16)

Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui hadis As-Sauri, dari Mansur ibnul Mu’tamir, dari Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’az, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Juga melalui hadis Al-A’masy, dari Habib ibnu Abu Sabit dan Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’az secara marfu’ dengan lafaz yang semisal.

Juga melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Syahr, dari Mu’az, juga dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Nabi Saw. bersabda, “Salat seorang hamba di malam hari.”

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Qatr ibnu Khalifah, dari Habib ibnu Abu Sabit dan Al-Hakam serta Hakim ibnu Jubair, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’az ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia bersama Nabi Saw. dalam Perang Tabuk, Nabi Saw. bersabda: Jika engkau suka, aku akan menceritakan kepadamu tentang pintu-pintu kebaikan, yaitu puasa adalah benteng, sedekah dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang lelaki di tengah malam. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat.

Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian kelak di hari kiamat, datanglah juru penyeru yang menyerukan dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, “Semua ahlul jam’i (semua makhluk yang ada di padang Mahsyar) akan mengetahui hari ini siapakah orang yang paling berhak dihormati.” Kemudian juru penyeru itu kembali menyerukan, “Berdirilah orang-orang yang dahulu lambung mereka jauh dari tempat tidurnya —hingga akhir ayat—.” Maka berdirilah mereka, sedangkan jumlah mereka sedikit.

Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Ata ibnul Agar, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Mus’ab, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya yang menceritakan bahwa bilal telah menceritakan sehubungan dengan turunnya ayat ini, yaitu firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat. Ketika kami sedang duduk bersama di suatu majelis, ada sejumlah sahabat Rasulullah Saw. melakukan salat sunat sesudah Magrib sampai Isya, lalu turunlah firman Allah Swt.: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16)

Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami belum pernah mengetahui Aslam meriwayatkan dari Bilal selain dalam hadis ini, dan dia tidak mempunyai jalur periwayatan sampai kepada Bilal kecuali hanya jalur ini.

*****

Firman Allah Swt.:

{فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikannya untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedap­kan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat.

Al Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik dalam hati seorang manusia pun.” Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman Allah Swt. berikut, yaitu: ‘Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.’ (As-Sajdah: 17)

Al Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah yang menyebutkan hadis yang semisal.

Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa dikatakan kepada Sufyan, “Nikmat apakah itu?”

Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A’masy, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala simpanan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun, karena semua yang pernah diperlihatkan kepada kalian adalah kecil (tiada artinya).” Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk nya, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17)

Abu Mu’awiyah telah meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Abu Saleh, bahwa Abu Hurairah membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, “Qurratu a’yunin (dengan lafaz jamak pada lafaz qurrat), yang artinya berbagai macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata.

Ditinjau dari segi jalurnya hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Hamman ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Rasulullah Saw., yaitu: Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, melalui riwayat Abdur Razzaq.

Imam Ahmad mengatakan bahwa Imam Turmuzi di dalam kitab tafsirnya dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Abdur Rahim ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit ibnu Abu Rafi’, dari Abu Hurairah r.a. yang menurut Hammad Abu Hurairah menerima hadis ini dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Barang siapa yang masuk surga akan hidup senang dan tidak akan sengsara, pakaiannya tidak akan rusak, dan usia mudanya tidak akan lenyap. Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr; Abu Hazim pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Sahl ibnu Sa’d As Sa’idi r.a. mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan Rasulullah Saw. berada di suatu majelis sedang menggambarkan tentang nikmat surga, hingga selesai. Pada penghujung hadisnya disebutkan: Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17)

Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui Harun ibnu Ma’ruf dan Harun ibnu Sa’id, keduanya dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Abbas ibnu AbuTalib, telah menceritakan kepada kami Ma’la ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Abu Muti’, dari Qatadah, dari Aqabah ibnu Abdul Gafir, dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang menceritakan hadis ini dari Tuhannya: Allah berfirman, “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala (nikmat) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.”

Mereka tidak mengetengahkannya.

Imam Muslim telah meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar dan lain-lainnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Mutarrif ibnu Tarif dan Abdul Malik ibnu Sa’id, keduanya mendengar Asy-Sya’bi menceritakan hadis berikut dari Al-Mugirah ibnu Syu’bah. Asy-Sya’bi mengatakan, ia mendengar Al-Mugirah mengucapkan hadis ini di atas mimbar, bahwa ia me-rafa’-kannya sampai kepada Nabi Saw. yang telah bersabda: bahwa Musa a.s. pernah bertanya kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, bagaimanakah ahli surga yang paling rendah kedudukannya?” Allah Swt. menjawab, “Seorang lelaki yang datang sesudah ahli surga dimasukkan ke dalam surga. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam surga!’ Lelaki itu bertanya, ‘Bagaimanakah, ya Tuhanku, sedangkan semua orang telah menempati kedudukannya dan telah mengambil bagiannya masing-masing?’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Relakah kamu bila kamu mendapat bagian sebagaimana salah seorang raja dari raja-raja dunia?’ Lelaki itu menjawab, ‘Saya rela, ya Tuhanku.’ Maka dikatakan, ‘Engkau mendapat hal itu dan yang semisal dengannya sebanyak tiga kali.’ Dan pada yang kelima kalinya lelaki itu berkata, ‘Saya puas, ya Tuhanku.’ Maka Allah Swt. berfirman, ‘Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya sebagai tambahannya, selain itu kamu mendapat segala sesuatu yang diinginkan oleh dirimu dan yang menyedapkan pandangan matamu.’ Lelaki itu berkata, ‘Saya puas, ya Tuhanku’.” Musa bertanya lagi, “Ya Tuhanku, bagaimanakah dengan ahli surga yang paling tinggi kedudukannya?” Allah Swt. menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang Aku kehendaki, Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri, lalu Aku lak padanya. Maka tiada mata yang melihatnya, tiada telinga yang mendengarnya, dan tiada hati seorang manusia pun yang memikirkannya.” Al-Mugirah ibnu Syu’bah mengatakan bahwa hal yang membenarkan hadis ini di dalam Kitabullah ialah firman Allah Swt.: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat.

Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Ibnu Umar, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi mengatakan, sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya dari Asy-Sya’bi, dari Al-Mugirah, tetapi Al-Mugirah tidak me-rafa’-kannya. Dan pendapat yang mengatakan Al-Mugirah me-rafa’-kannya adalah lebih sahih.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnul Mada’ini, telah menceritakan kepada kami Abu Badr ibnu Syuja’ ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Khaisamah, dari Muhammad ibnu Jahadah, dari Amir ibnu Abdul Wahid yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari ahli surga tinggal di tempatnya (di dalam surga) selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang paling cantik di antara semua wanita yang ada, lalu wanita (bidadari) itu berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan tujuan agar aku mendapat bagian darimu.” Lelaki itu bertanya, “Siapakah engkau?” Wanita itu menjawab, “Aku termasuk nikmat tambahan.” Maka lelaki itu tinggal bersamanya selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh lagi, tiba-tiba bersua dengan seorang wanita yang jauh lebih cantik daripada yang sebelumnya. Wanita itu berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku datang kepadamu agar mendapat bagian darimu.” Lelaki itu bertanya, “Siapakah kamu?” Maka wanita itu menjawab bahwa dirinya adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17)

Ibnu Lahi’ah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa’id ibnu Jubair yang telah menceritakan bahwa para malaikat mengunjungi ahli surga setiap hari menurut kadar waktu hari dunia sebanyak tiga kali. Mereka datang dengan membawa hadiah-hadiah dari Allah, yaitu dari surga ‘ Adn yang tidak terdapat di dalam surga mereka. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17) Dan para malaikat itu memberitahukan kepada mereka bahwa Allah rida kepada mereka.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syahl ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Abul Yaman Al-Hauzani atau lainnya yang telah mengatakan bahwa surga itu terdiri dari seratus derajat (tingkatan). Derajat yang pertama ialah perak; buminya dari perak, rumah-rumah (gedung-gedungnya) dari perak, wadah-wadahannya dari perak, dan tanahnya dari misik. Derajat yang kedua adalah emas; buminya dari emas, gedung-gedung tempat tinggalnya dari emas, wadah-wadahannya dari emas, dan tanahnya dari minyak kesturi (misik). Derajat yang ketiga ialah dari mutiara; buminya dari mutiara, gedung-gedungnya dari mutiara, wadah-wadahannya dari mutiara, dan tanahnya dari mutiara. Sedangkan derajat yang sembilan puluh tujuhnya belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun. Kemudian ia membaca firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yahg disembunyikan untuk mereka. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Gatrif, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw., dari Malaikat Jibril a.s. yang telah menceritakan bahwa kelak didatangkan amal-amal kebaikan seseorang hamba dan juga amal-amal buruknya; sebagian darinya dikurangi oleh sebagian yang lain. Dan apabila masih tersisa suatu amal kebaikan, maka Allah meluaskan baginya tempat di surga.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia menemui Bazdad, dan ternyata dia menceritakan hadis yang semisal. Ibnu Jarir melanjutkan kisahnya, bahwa ia bertanya, “Maka dikemanakankah kebaikan itu?” Ia menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf: 16), hingga akhir ayat. Aku (Ibnu Jarir) bertanya, “Bagaimanakah dengan firman-Nya: ‘Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata’ (As-Sajdah: 17) Bazdad menjawab, “Seorang hamba yang beramal kebaikan secara sembunyi-sembunyi demi karena Allah, tiada seorang manusia pun yang mengetahuinya, maka Allah menyimpan baginya kelak di hari kiamat bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata (bidadari-bidadari).”

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo