Yasin, ayat 77-80

Yasin, ayat 77-80

{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (77) وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80) }

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan Yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

Mujahid, Ikrimah, Urwah ibnuz Zubair, As-Saddi, dan Qatadah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf laknatullah datang kepada Rasulullah Saw. dengan membawa sebuah tulang yang sudah rapuh, lalu ia remas-remas tulang itu hingga hancur dan menebarkannya ke udara seraya berkata, “Hai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali tulang ini?” Rasulullah Saw. menjawab:

Benar, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu hidup kembali, lalu menggiringmu ke neraka. Dan turunlah ayat-ayat berikut hingga akhir surat, yaitu: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani). (Yasin: 77), hingga akhir surat.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa’id Az-Zayyat, dari Has’yim, dari Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Al-As ibnu Wa’il memungut sepotong tulang dari Bat-hah, lalu menghancurkannya dengan tangannya, kemudian ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Apakah Allah akan menghidupkan kembali hewan ini sesudah apa yang kulihat sekarang?” Rasulullah Saw. menjawab: Benar, Allah akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, kemudian memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam. Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah itu turunlah ayat-ayat yang terakhir dari surat Yasin.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ya’qub ibnu Ibrahim, dari Hasyim, dari Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, lalu disebutkan hal yang semisal, tetapi dalam periwayatan ini tidak disebutkan Ibnu Abbas.

Telah diriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Ubay datang dengan membawa sepotong tulang, lalu ia menghancurkannya, selanjutnya disebutkan hal yang semisal. Hal ini jelas mungkar karena surat ini adalah Makkiyyah, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul hanya ada di Madinah.

Akan tetapi, pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa sama saja apakah ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ubay ibnu Khalaf, atau Al-As ibnu Wa’il, atau berkenaan dengan kedua-duanya, makna ayat mengandung pengertian yang umum mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.

Huruf alif dan lam yang ada di dalam firman-Nya:

{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ}

Dan apakah manusia tidak memperhatikan. (Yasin: 77)

Menunjukkan pengertian al-liljinsi yang berarti mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.

********

{أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ}

bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. (Yasin: 77)

Yakni apakah orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit tidak menyimpulkan dari permulaan penciptaan dirinya yang menunjukkan kepada pengembaliannya? Karena sesungguhnya Allah mulai menciptakan manusia dari sari pati air yang hina. Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, lemah, dan kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ * فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ * إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ}

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (Rahim). Sampai waktu yang ditentukan (Al Mursalat : 20-21)

Dan firman Allah Swt.:

{إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ}

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2)

Yaitu dari air mani yang bercampur, dan Tuhan yang menciptakan manusia dari nutfah yang lemah ini pasti dapat menghidupkannya kembali sesudah matinya.

Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:

Telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Hariz, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nafir, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. meludah di telapak tangannya pada suatu hari, lalu meletakkan jari telunjuknya pada ludahnya itu dan bersabda: Allah SWT berfirman, “Hai Bani Adam, bagaimanakah engkau menganggap-Ku tidak berkuasa, sedangkan Aku telah menciptakanmu dari hal semisal ini; dan manakala Aku telah menyempurnakan bentukmu dan menyelesaikan ciptaanmu hingga kamu dapat berjalan dengan mengenakan baju burdahmu dan bumi ini sebagai tempat berpijakmu, lalu kamu menghimpun (harta) dan tidak mau bersedekah. Hingga manakala roh sampai di tenggorokan, lalu kamu katakan, ‘Aku akan bersedekah’, tetapi masa bersedekah telah habis.”

Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Hariz ibnu Usman dengan sanad yang sama.

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ}

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” (Yasin: 78)

Yakni dia menganggap mustahil bahwa Allah Yang mempunyai kekuasaan Yang besar yang telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-belulang yang telah hancur luluh menjadi hidup kembali. Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah menciptakannya dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya, tentulah ia dapat membuktikan hal yang lebih kuat daripada keingkarannya yang membuktikan kekuasaan Allah Swt. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

{قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ}

Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 79)

Yakni mengetahui tulang-belulang yang berserakan di seantero bumi, kemana perginya dan ke mana bercerai-berainya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Rib’i yang mengatakan bahwa Uqbah ibnu Amr berkata kepada Huzaifah, “Mengapa engkau tidak menceritakan kepada kami hadis yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw.?” Huzaifah r.a. menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya pernah ada seorang lelaki yang menjelang ajalnya; ketika ia merasa putus harapan untuk dapat hidup, ia berwasiat kepada keluarganya, “Apabila aku telah mati, maka kumpulkanlah kayu bakar yang banyak sekali untukku, kemudian bakarlah kayu itu. Manakala api telah menghanguskan dagingku dan membakar tulangku hingga hangus, maka ambillah tubuhku, lalu tumbuklah, setelah itu tebarkanlah abuku ke laut.” Maka keluarganya melakukan apa yang diwasiatkannya itu, dan Allah menghimpun kembali semua abunya ke hadapan-Nya, kemudian Allah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau lakukan itu?” Ia menjawab, “Karena rasa takutku kepada Engkau, ” maka Allah memberikan ampunan baginya. Uqbah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah pula mendengar hadis tersebut dari Nabi Saw., dan beliau menjelaskan bahwa lelaki itu adalah tukang mencuri perlengkapan mayat yang telah dikubur dengan menggali kembali kuburnya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan teks yang cukup banyak, yang antara lain menyebutkan bahwa lelaki tersebut memerintahkan kepada anak-anaknya agar setelah ia mati, jasadnya dibakar, lalu abunya ditaburkan separonya di daratan dan separonya lagi di laut di hari yang berangin besar; kemudian mereka melakukan hal tersebut. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mengumpulkan abu itu yang ada padanya, dan memerintahkan pula kepada bumi untuk mengumpulkan abu itu yang ada padanya. Sesudah itu Allah Swt. berfirman kepadanya, “Jadilah kamu!” Maka dengan serta merta kembalilah abu itu ke ujud yang semula sebagai lelaki tersebut dalam keadaan utuh, lalu Allah bertanya kepadanya, “Apakah yang mendorongmu berbuat seperti itu?” Lelaki itu menjawab, “Karena takut kepada Engkau, dan Engkau lebih mengetahui.” Maka tidak lama kemudian Allah memberikan ampunan kepadanya.

**************

Firman Allah Swt.:

{الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ}

yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80)

Tuhanlah yang menciptakan pohon ini dari air sejak semula hingga menjadi pohon yang hijau lagi segar berbuah dan dapat dituai buahnya, kemudian Dia mengembalikannya hingga jadilah ia kayu yang kering dan dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Dia Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, lagi Mahakuasa terhadap apa yang diinginkan-Nya, tiada sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Bahwa Tuhan Yang mengeluarkan api dari pohon itu mampu mengembalikannya hidup kembali.

Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah pohon marakh dan ‘ifar yang tumbuh di tanah Hijaz. Orang yang tidak mempunyai pemantik api bisa saja mengambil dua buah tangkai yang masih hijau dari masing-masing pohon itu, lalu menggesekkan yang satu dengan yang lainnya, maka timbullah api dari keduanya, sama saja dengan menyalakan api memakai pemantik api. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Di dalam peribahasa (Arab) disebutkan bahwa masing-masing pohon mempunyai apinya sendiri, dan yang paling banyak ialah marakh dan ‘ifar. Orang-orang bijak mengatakan bahwa setiap pohon itu mempunyai api, kecuali pohon anggur.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo