Gang Kenari, Jakarta Pusat, September 1933. Sebuah perdebatan sengit antara A Hassan, tokoh Persatuan Islam (persis) dengan mubaligh Ahmadiyah yang diwakili oleh Abu Bakar Ayyub dan Maulana Rahmat Ali HAOJ digelar. Perdebatan ini begltu terkenal dalam sejarah keberadaan Ahmadiyah di Indonesia. Maklum, ketika itu, organisasi bentukan imprealis Inggris ini sedang giat¬giatnya menyebarkan ajarannya. Ada tiga hal penting yang menjadi materi perdebatan, dua diantaranya adalah soal kenabian Mirza Ghulam Ahmad dan turunnya Isa as dan Imam Mahdi.
Dalam perdebatan itu, A Hassan yang dikenal piawai dalam berdebat, mengemukakan sebuah ‘hadits’ yang dikutip dari kitab Mirza, yang berbunyi: “Di hari Rasulullah saw meninggal, bumi berteriak. Katanya: “Ya Allah, apakah badanku ini akan Engkau kosongkan daripada diinjak oleh kaki-kaki nabi sampai hari kiamat?” Maka Allah berfirman kepada bumi itu: “Aku akan jadikan di atas badanmu (di atas muka bumi, red) manusia yang hatinya seperti nabi-nabi:’
Secara spontan, Abu Bakar Ayyub menanyakan kepada A Hassan tentang riwayat hadits ini. Dengan berpura-pura, A Hassan menjawab “tidak tahu” sambil mengatakan, “Apakah tuan suka hadits ini? Bila tuan suka silakan pakai, bila tidak silakan tolak:’ Mendengar jawaban A Hassan yang tidak mengetahui siapa perawi hadits itu, Abu Bakar Ayyub dan para pengikut Ahmadiyah yang hadir menyunggingkan senyum dan bersorak kemenangan. Mereka mengganggap A Hassan sudah kalah karena mengutip ‘hadits’ yang tak jelas siapa perawinya, diambil dari kitab mana, dan siapa penulisnya. Karena tak jelas, Abu Bakar Ayyub menolak ‘hadits’ itu.
Setelah sorak sorai ‘kemenangan’ itu reda, A Hassan menyebutkan bahwa ‘hadits’ itu ada dalam kitab yang ditulis Mirza, yang berjudul Tuhfah Baghdad halaman 11, terbitan Punjab Press Sialkot, Muharram 1311. Seketika, Abu Bakar Ayyub dan para pendukungnya tersentak dan pucat pasi. Selanjutnya, giliran A Hassan tersenyum sambi! menyuruh Abu Bakar Ayyub bertanya kepada ‘nabinya’ (Mirza Ghulam Ahmad) untuk menanyakan siapa perawi hadits itu dan dari kitab mana diambilnya. Tanyakan pula, kata A Hassan, bagaimana bumi bisa bicara kepada manusia, sebab ‘hadits’ itu bukan hadits Nabi, mengingat dalam kitab Mirza itu ditulis, bumi berteriak setelah Rasulullah wafat. “Tentu ada orang lain yang mendengar omongan bumi. Siapa dia? Tanyakan kepada ‘nabr Mirza;’ ketus A Hassan.
Meski sudah terdesak, Abu Bakar Ayyub masih berkelit dan mengatakan bahwa ‘hadits’ itu bisa jadi terdapat dalam Kitab Kanzul Ummi yang juga milik Ahmadiyah.
Namun sa at itu, Abu Bakar Ayyub mengatakan tidak membawa kitab tersebut, jadi tidak bisa dicek.
A Hassan kemudian menegaskan, dengan adanya perkataan yang ditulis oleh Mrza Ghulam Ahmad itu sudah cukup menunjukan palsunya kenabian Mirza. “Kalau perkataan yang begini terang, tuan mau putar-putar lagi, saya minta diadakan juri. Saya heran, apa sebab Ahmadiyah takut diadakan juri. Juri tidak akan makan orang!” tegas A Hassan yang meminta diadakan juri untuk menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.
Kisah perdebatan itu ditulis oleh H Tamar Djaya, seorang sejarawan Muslim dalam buku Riwayat Hidup A Hassan, dan ditulis kembali oleh Yusuf Badri dalam Persis dan Ahmadiyah. Meski tak ada kesepakatan apapun setelah debat itu, risalah perdebatan A Hassan versus Ahmadiyah kemudian dibukukan dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Pihak Ahmadiyah memanipulasi sejarah dengan mengatakan, setelah debat itu banyak orang yang tertarik masuk dalam kelompoknya.
penulis:Artawjaya
Diambil dari Majalah Al Mujtama’
support by:
umroh-haji.net
Damai,
Perdebatan yang menarik.
Pelajarannya adalah, betapa mudahnya manusia
mengarang perkataan demi kepentingannya dengan
mengatasnamakan Nabi.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, muncul
hadis “cinta tanah air bagian dari iman” (hubbul wathan
minal iimaan).
Di atas bus kota para peminta sumbangan menciptakan
hadis “barang siapa yang menyumbang untuk pondok
pesantren, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah
di surga untuknya”.
Syiah yang tidak senang kepada Aisyah mengusung hadis
yang mengatakan bahwa istri2 Nabi tidak termasuk ke
dalam kategori “ahlul bait”.
Para ahlu sunnah mengarang ribuan hadis yang mengada-ada
ajaran agama. Apa yang diharamkan Tuhan dibuat jadi
halal, sebaliknya apa yang halal diharamkan.
Cukuplah bagi kita kaum muslim untuk hanya mempercayai
Quran yang dikatakan Tuhan sebagai hadis yang terbaik
(ahsanal hadiits).
Salaam
Muhammad adalah nabi utusan ALLAH.
Yang menyempurnakan langkah nabi-nabi ALLAH sebelumnya.
Diturunkan kepadanya Al-Quranul Hakim.
menyempurnakan cahaya kitab-kitab terdahulu,
menjadi poros dari lingkaran ilmu ALLAH
yang berputar dari awal dunia hingga akhirat.
Tiada segala hakikat ilmu kehidupan kecuali kembali kepada mulianya kitab Al-Quranul Qarim dan derajat Muhammad nabi dan kekasih ALLAH.
Adakah maqam ilmu manusia yang dapat melebihi maqam manusia Rahmatan ‘lil alamin?
Muhammad adalah penutup segala Nabi Allah.
Jalan yang lurus adalah jalan yang dilaluinya.
Segala kearifan manusia selalu berakhir dalam ilmunya.
Maka bila ada manusia yang mengaku Nabi setelah dirinya maka tanyakanlah kepadanya : adakah ilmu ALLAH yang ditambahkan setelah sempurnanya Al-Quranul Hakim ?
Tanyakanlah : apakah yang ALLAH risalahkan kepadanya setelah rangkaian kebenaran dari langkah nabi-nabi terdahulu telah mutlak disempurnakan oleh Muhammad rasulullah?
Cukuplah kitab Nuur Allah Nuur Muhammad yang terakhir,
Al-Quranul Qarim, sebagai mata air dari segala aliran ilmu kehidupan yang baik dan benar.
Semoga penafsiran suatu golongan terhadap Kitab penuh hikmah ini bisa dipertanggung jawabkan secara bijaksana, karena Kitab Al-Quran adalah Kitab yang terang akan kebenaran.
Jangan sampai penafsiran Kitab Cahaya ini tersesat seperti tersesatnya Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmad Mushadeeq, Yang mencoba memasuki ranah bathin dari Mutasyabih ayat-ayatNYA, tetapi dikelabui oleh cendekiawan-cendikawan dari golongan JIN yang terlalu cepat menyimpulkan sebuah kebaikan dan kebenaran.
Katakanlah : Sesungguhnya kami manusia adalah FAKIR tiada berharta daya kuasa, kecuali dengan pertolongan ALLAH yang termaha KAYA danTerpuji.
Kami manusia fakir ilmu akan kebenaranNYA, kecuali NUUR-nya menerangi bashirah mata hati kami. Karena Dia-lah ALLAH al-‘Alim yang menyesatkan dan memberikan petunjuk, bahkan ketika kami berusaha menafsirkan ayat-ayatNYA dengan teliti.
Semoga NUUR petunjukNYA selalu meliputi penglihatan, pendengaran dan hati kami.
sy banyak mendpt kabar ad banyak blog yg menyesatkan umat Islam yg berbahaya bagi generasi mendatang. Lalu kawan saya mengajarkan cara menutup blog berbahaya tsb dpt dilakukan dengan menuju halaman: http://help. blogger.com/ ?page=troublesho oter.cs&problem= &contact_ type=main_ tos&Submit= Submit ,kemudian: – Pilih opsi “Hate or violence” – Klik “Continue” – Masukkan alamat “blog2 berbahaya “tsb- Klik “Submit” .
ini dpt dilakukan pada blog :
http://jiwakue. blogspot. com/
http://mengkaji- islam.blogspot. com/
http://islamexpose. blogspot. com/
http://exmuslim. blogspot. com/
dan syukur Alhamdulillah, blog mantanmuslim.blogspot.com, telah berhasil ditutup. semoga ini awal kemenangan kita scr damai dlm dunia cyber. krn Islam tdk memerintahkan kita utk berperang kecuali pd mereka yg mengumumkan perang pada kita.spt sabda Rasul yg menyatakan bahwa:” Lindungilah kaum minoritas selama mereka tdk mengumumkan perang pd kita”.mari kita berjihad scr cyber mengiringi jihad akbar (puasa d bulan Ramadhan) yg kini tengah kita lakukan.
Nb: dibalik semua itu, yg hebat adalah aktor intelektual yg menggerakkan para pemilik blog2 tersebut. dari tata bahasanya, pemilik blog tsb org2 cerdas dan pintar (ad yg lg sekolah PHd) namun digunakan pd jalan yg salah.
takecare
may t peace n mercy of God b upon u
KITA HARUS BERSYUKUR KEPADA ALLAH KARENA ALLAH TELAH MEMBERI PETUNJUK MANA AGAMA YANG BENAR DAN MANA AGAMA YANG TELAH DISESATKAN OLEH IBLIS.
NABI MUHAMMAD ADALAH NABI TERAKHIR KARENA TELAH DIJELASKAN DIDALAM AL QUR’AN
http://jiwakue. blogspot. com/
http://mengkaji- islam.blogspot. com/
http://islamexpose. blogspot. com/
http://exmuslim. blogspot. com/
semua sudah di banned, intra-net not allowed in browsing
lalu, kemanakah generasi penerus A Hasan?