Al-Haqqah, ayat 1-12

Al-Haqqah, ayat 1-12

(Hari Kiamat)

Makkiyyah, 51 atau 52 ayat Turun sesudah Surat Al-Mulk

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

الْحَاقَّةُ (١) مَا الْحَاقَّةُ (٢) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (٣) كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (٤) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (٥) وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (٦) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (٧) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (٨) وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ (٩) فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً (١٠) إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (١١) لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (١٢)

Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Kaum Samud dan ‘Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapun Kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.

Al-Haqqah adalah salah satu dari nama lain hari kiamat, karena di dalam hari kiamat direalisasikan janji dan ancaman Allah Swt. Karena itulah maka Allah membesarkan perihalnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ}

Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (Al-Haqqah: 3)

Kemudian Allah Swt. menceritakan kebinasaan yang Dia timpakan atas umat-umat yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ}

Adapun kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (Al-Haqqah: 5)

Yaitu pekikan yang mendiamkan mereka dan gempa yang sangat dahsyat yang mematikan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, bahwa At-Tagiyah artinya pekikan yang mengguntur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Tagiyah ialah dosa-dosa; hal yang senada dikatakan oleh Ar-Rabi’ ibnu Anas dan Ibnu Zaid, bahwa makna yang dimaksud ialah perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, dan Ibnu Zaid membaca firman-Nya:

كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْواها

(Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas. (Asy-Syams: 11)

As-Saddi mengatakan bahwa kaum Samud dibinasakan karena perbuatan yang melampaui batas, yakni ulah orang yang menyembelih unta Nabi Saleh.

{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ}

Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin. (Al-Haqqah: 6)

Yakni angin yang sangat dingin (yang membekukan segalanya).

Qatadah, As-Saddi, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas serta As Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lagi sangat kencang. (Al-Haqqah: 6) Maksudnya, sangat kuat tiupannya.

Qatadah mengatakan bahwa angin itu melanda mereka hingga melubangi hati mereka.

Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yaitu angin yang sangat dingin lagi mengamuk menghantam mereka tanpa belas kasihan.

Ali dan lain-lainnya mengatakan bahwa angin itu menghantam gudang-gudang tempat penyimpanan makanan mereka, maka berhamburanlah isinya tanpa terhitung.

{سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ}

yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka. (Al-Haqqah: 7)

Yakni yang diperintahkan oleh Allah untuk menguasai mereka.

{سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا}

selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah:7).

Maksudnya, genap selama itu secara terus-menerus tiada henti-hentinya. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, As-Sauri, dan lain-lainnya mengatakan bahwa husuman artinya terus-menerus tiada henti-hentinya.

Diriwayatkan pula dari Ikrimah serta Ar-Rabi’ ibnu Khaisam, yang menimpakan kesialan-kesialan atas mereka, semakna dengan firman-Nya:

فِي أَيَّامٍ نَحِساتٍ

dalam beberapa hari yang sial (Fushshilat: 16)

Ar-Rabi’ mengatakan bahwa angin itu mula-mula datang pada hari Jumat, selainnya mengatakan hari Rabu. Menurut pendapat yang lainnya lagi, hari itu dikenal di kalangan orang-orang dengan sebutan hari A’jaz, seakan-akan mereka yang menamakan demikian mengambil kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}

maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)

Menurut pendapat yang lain, dinamakan demikian karena angin itu terjadi di pertengahan musim dingin. Pendapat yang lainnya lagi menyebutnya hari ‘Ajuz, karena seorang nenek-nenek dari kaum ‘Ad memasuki bunker perlindungannya, tetapi angin masuk ke dalamnya dan membunuhnya di hari yang kedelapan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7) Yakni telah rusak dan tiada isinya lagi.

Selain Ibnu Abbas mengatakan lapuk.

Angin itu menimpa seseorang dari mereka, lalu menerbangkannya dan menjatuhkannya dengan kepala di bawah hingga kepalanya pecah dan mati, dan yang tertinggal hanyalah tubuhnya saja yang kaku bagaikan tunggul pohon kurma yang sudah tiada tangkai dan dedaunannya lagi.

Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Aku diberi pertolongan dengan melalui angin saba, dan kaum “Ad dibinasakan oleh angin dabur.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya ibnud Daris Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari Muslim, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah angin yang dibukakan oleh Allah terhadap kaum ‘Ad yang membawa kebinasaan kepada mereka melainkan hanya sebesar lubang sebuah cincin. Lalu angin itu melanda penduduk daerah pedalaman mereka dan menerbangkannya berikut dengan ternak dan harta benda mereka. Angin itu membawa mereka ke angkasa di antara langit dan bumi. Ketika hal itu terlihat oleh penduduk perkotaan dari kalangan kaum ‘Ad, yaitu angin dan apa yang di bawanya, berkatalah mereka, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” Lalu angin itu menjatuhkan penduduk daerah pedalaman berikut ternak mereka ke atas penduduk perkotaan.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Lais, dari Mujahid, bahwa angin yang melanda kaum ‘Ad itu mempunyai dua buah sayap dan ekor.

*******************

{فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ}

Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (Al-Haqqah: 8)

Maksudnya, apakah kamu melihat seseorang yang tersisa dari kalangan mereka, atau seseorang yang berketurunan dari kalangan mereka? Tidak, bahkan mereka binasa semuanya sampai ke akar-akarnya, dan Allah tidak menjadikan generasi penerus bagi mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:

{وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ}

Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya. (Al-Haqqah: 9)

Menurut suatu qiraat dibaca qiblihi dengan huruf qaf yang di-kasrah-kan, artinya dari sisi Fir’aun, yakni mereka yang berada di masanya dari kalangan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang kafir dari bangsa Egypt. Sedangkan ulama lainnya membacanya qablahu, yang artinya orang-orang yang sebelumnya dari kalangan umat-umat yang berperi laku seperti dia.

Firman Allah Swt:

{وَالْمُؤْتَفِكَاتُ}

dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9)

Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.

{بِالْخَاطِئَةِ}

karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9)

Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah Swt.

Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat.

Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

{فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ}

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka. (Al-Haqqah: 10)

Lafaz rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka telah mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ

semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14)

Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu’ara: 105)

كَذَّبَتْ عادٌ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu’ara: 123)

Dan firman Allah Swt.:

كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu’ara: 141)

Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul. Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

{فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً}

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10)

Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan. Mujahid mengatakan bahwa rabiyah artinya keras. As-Saddi mengatakan siksaan yang membinasakan.

*******************

Kemudian Allah Swt. berfirman:

{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ}

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11)

Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah melimpah.

Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya, tatkala mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah. Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi digenangi oleh banjir besar, terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya. Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa’id ibnu Sinan, dari bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat. Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin Allah.

{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}

Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)

Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum ‘Ad; maka sesungguhnya di hari itu diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:

{بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}

dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)

Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada mereka:

{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)

Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air.

{لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً}

agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagikamu. (Al-Haqqah: 12)

Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan dari konteks kalimatnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami biarkan bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ

dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13)

Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo