Al-Isra’, ayat 90-93

Al-Isra’, ayat 90-93

{وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأنْهَارَ خِلالَهَا تَفْجِيرًا (91) أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنزلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا (93) }

Dan mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun itu yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami, atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikan­mu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang ka­mi baca.” Katakanlah, “Mahasuci Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku se­orang syekh (guru) dari kalangan ulama Mesir yang telah bermukim bersama kami sejak empat puluh tahun lebih, dari Ikrimah, dari Ibnu Ab­bas, bahwa Atabah, Syaibah (keduanya anak Rabi’ah), Abu Sufyan ibnu Harb —seorang lelaki dari Bani Abdud Dar— dan Abul Buhturi (kedua­nya saudara Banil Asad), Al-Aswad ibnul Muftalib ibnu Asad, Zam’ah ibnul Aswad, Al-Walid ibnul Mugirah, Abu Jahal ibnu Hisyam, Abdullah ibnu Abu Umayyah, Umayyah ibnu Khalaf, Al-As ibnu Wail, Nabih dan Munabbih (keduanya anak Al-Hajjaj As-Sahmi), semuanya berkumpul atau termasuk di antara mereka yang ada dalam perkumpulan itu. Mereka berkumpul sesudah matahari terbenam di atas Ka’bah. Sebagain dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Kirimkanlah utusan kepada Muhammad untuk mengundangnya agar kita dapat berbicara dan berdebat dengannya hingga ia mengemukakan alasan yang sebenarnya.” Lalu mereka mengirimkan utusannya, dan si utusan menyampaikan kepada Nabi Saw., “Para pemuka kaummu telah mengadakan pertemuan untuk melakukan pembicaraan denganmu.” Maka Rasulullah Saw. datang dengan segera seraya menduga bahwa barangkali mereka telah sadar akan perkara yang dibawanya. Sebelum itu Nabi Saw. sangat menginginkan agar mereka mendapat petunjuk, karena dengan masuk Islamnya mereka maka akan bertambah kuatlah agamanya. Setelah Nabi Saw. sampai kepada mereka, lalu Nabi Saw. duduk. Dan mereka berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya kami telah mengi­rim utusan kami kepadamu untuk mengetahui alasanmu yang sebenarnya. Dan sesungguhnya kami, demi Allah, sepengetahuan kami engkau adalah seorang lelaki dari kalangan bangsa Arab yang memasukkan agama baru kepada kaumnya, dan engkau telah mencaci-maki nenek moyang, mencela agamanya, dan menilainya kurang berakal, juga mencela sesembahan-sesembahan kami dan memecahkan persatuan. Sehingga tiada suatu hal buruk pun melainkan kamu telah melakukannya di antara kami dan kamu. Jika engkau mendatangkan Al-Qur’an itu karena ingin mencari harta, maka kami sanggup mengumpulkan harta dari harta kami buatmu, sehingga kamu menjadi orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Dan jika engkau melakukan hal tersebut hanya untuk mencari kedudukan di kalangan kami, kami sanggup menjadikanmu sebagai peng­hulu (pemimpin) kami. Dan jika engkau berkeinginan menjadi seorang raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja kami. Dan jika perkata­an yang datang kepadamu (yakni Al-Qur’an) lalu kamu sampaikan itu berasal dari jin yang menguasai dirimu — mereka menamakan jin yang suka merasuki orang dengan sebutan ri’yun —, maka kami sanggup membelanjakan harta kami untuk mencari tabib yang dapat menyembuh­kan dirimu dari gangguannya, atau kami memaafkanmu jika kami tidak sanggup menyembuhkanmu dan memaklumimu.”

Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:

Apa yang kalian katakan itu tidak ada pada diriku. Dan tidak­lah aku menyampaikan kepada kalian apa yang aku sampaikan ini untuk mencari harta kalian, tidak pula mencari kedudukan di antara kalian, serta tidak pula ingin menjadi raja atas kalian, melainkan Allah telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul. Dia telah menurunkan kepadaku sebuah Kitab (Al-Qur’an), dan memerintahkan kepadaku agar menjadi pem­bawa berita gembira dan pemberi peringatan kepada kalian. Maka aku sampaikan semua risalah Tuhanku kepada kalian dan aku menasihatkan hal yang baik bagi kalian. Jika kalian mau menerima apa yang aku sampaikan kepada kalian, maka kalian menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan akhi­rat. Dan jika kalian menolaknya, aku tetap bersabar menjalan­kan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan-Nya antara aku dan kalian.

Demikianlah jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada mereka atau dengan ungkapan yang semakna.

Mereka mengatakan, “Hai Muhammad, jika engkau tidak mau mene­rima apa yang kami tawarkan kepadamu, maka sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa tiada seorang manusia pun yang negerinya lebih sempit daripada negeri kami dan hartanya lebih sedikit daripada harta kami serta penghidupannya lebih keras daripada kami. Oleh karena itu, mintalah kepada Tuhanmu yang telah mengutusmu untuk menyampaikan risalah-Nya, hendaknyalah Dia menyingkirkan (menghilangkan) bukit-bukit yang menyempitkan negeri kami ini. Dan hendaknyalah Dia meluas­kan negeri kami serta memancarkan padanya sungai-sungai seperti sungai-sungai yang terdapat di negeri Syam dan negeri Irak. Dan hendak­nyalah Dia membangkitkan (menghidupkan) kembali nenek moyang kami, yang antara lain ialah Qusay ibnu Kilah, karena sesungguhnya beliau adalah seorang syekh yang selalu berkata jujur. Maka kami akan mena­nyai mereka tentang apa yang kamu sampaikan ini, apakah benar ataukah batil? Jika engkau dapat melakukan apa yang kami minta, barulah kami dapat mempercayaimu dan membenarkanmu serta mengetahui kedudu­kanmu di sisi Allah, bahwa Dia benar telah mengutusmu sebagai seorang rasul, seperti yang kamu akui itu.”

Rasulullah Saw. menjawab mereka melalui sabdanya:

Saya diutus bukan untuk hal itu, sesungguhnya saya hanya sebagai juru penyampai kepada kalian dari sisi Allah tentang apa yang diutuskan-Nya kepadaku untuk menyampaikannya. Dan sesungguhnya saya telah menyampaikan apa yang diutus­kan-Nya kepadaku untuk menyampaikannya kepada kalian. Maka jika kalian mau menerimanya, hal itu merupakan keber­untungan bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya serta mengembalikannya kepadaku, maka saya tetap akan bersabar menjalankan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan antara saya dan kalian.

Mereka berkata, “Jika kamu tidak dapat melakukan hal itu buat kami, maka buatlah bukti untuk dirimu sendiri. Untuk itu, mintalah kepada Tuhanmu agar Dia mengirimkan kepadamu malaikat yang akan mem­benarkan apa yang kamu katakan dan kami dapat menanyainya tentang perihal kamu. Dan mintalah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan bagimu taman-taman, perbendaharaan-perbendaharaan, dan gedung-gedung dari emas dan perak, agar kamu menjadi orang yang berkecukupan hingga tidak memerlukan apa yang kami tawarkan kepadamu. Karena sesungguhnya kamu biasa berdiri di pasar-pasar dan mencari penghidupan seba­gaimana kami mencarinya. Dengan demikian, maka kami dapat mengeta­hui keutamaan kedudukanmu di sisi Tuhanmu, jika engkau benar seorang rasul seperti apa yang kamu akui itu.”

Rasulullah Saw. menjawab mereka melalui sabdanya:

Aku tidak akan melakukannya dan aku tidak akan memintanya kepada Tuhanku. Aku diutus kepada kalian bukanlah untuk itu, tetapi Allah mengutusku sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Jika kalian mau menerimanya, maka itulah keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya dan mengembalikannya kepadaku, maka aku tetap akan bersabar dalam menjalankan perintah Allah, hingga Dia memberi keputusan di antara aku dan kalian.

Mereka berkata, “Kalau demikian, runtuhkanlah langit; karena menurut dugaanmu jika Tuhanmu menghendaki sesuatu, Dia dapat melakukannya. Dan kami tetap tidak mau beriman kepadamu kecuali jika kamu melaku­kan hal itu.”

Rasulullah Saw. menjawab mereka melalui sabdanya:

Demikian itu terserah kepada Allah; jika Dia berkehendak, tentu dapat melakukannya buat kalian.

Mereka berkata, “Hai Muhammad, tidakkah Tuhanmu mengetahui bahwa kami akan berkumpul denganmu dalam suatu majelis, lalu kami menanya­kan banyak hal kepadamu dan memintamu untuk membuktikan apa yang kami minta? Maka Dia datang kepadamu dan mengajarkan kepadamu jawaban dari apa yang kami lontarkan kepadamu, dan Dia memberitahu­kan kepadamu apa yang sebaiknya kamu lakukan terhadap kami dalam hal ini jika kami tidak mau menerima apa yang kamu sampaikan kepada kami. Sesungguhnya telah sampai suatu berita kepada kami bahwa se­sungguhnya yang mengajarkan kepadamu itu sama dengan apa yang di­ajarkan kepada seorang lelaki dari negeri Yamamah yang dikenal dengan nama Ar-Rahman (yakni Musailamah Al-Kazzab). Dan sesungguhnya, demi Allah, kami tidak percaya kepada Ar-Rahman selamanya. Karena itulah kami memaafkan keadaanmu itu, hai Muhammad. Ingatlah, demi Allah, kami tidak akan membiarkanmu, apa yang kamu lakukan itu terha­dap eksistensi kami akan membuat kami membinasakanmu atau kamu membinasakan kami.”

Salah seorang dari mereka mengatakan, “Kami menyembah ma­laikat-malaikat, mereka adalah anak-anak perempuan Allah.” Dan yang lainnya mengatakan, “Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum eng­kau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadapan dengan kami.”

Setelah mendengar ucapan mereka yang demikian itu, maka Rasulul­lah Saw. pergi meninggalkan mereka. Kepergian beliau diiringi oleh Abdul­lah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ibnu Abdullah ibnu Umar ibnu Makhzum, anak bibi Rasulullah Saw., yaitu Atikah binti Abdul Muttalib.

Abdullah ibnu Abu Umayyah mengatakan, “Hai Muhammad, kaum­mu telah menawarkan kepadamu tawaran-tawaran tersebut, tetapi kamu tidak mau menerimanya dari mereka. Kemudian mereka meminta bukti darimu buat mereka, yaitu beberapa hal, agar dengannya mereka menge­tahui kedudukanmu di sisi Allah, tetapi kamu tidak mau melakukannya pula. Lalu mereka meminta kepadamu agar mendatangkan suatu azab yang dengannya kamu dapat membuat mereka takut. Demi Allah, saya tidak akan beriman kepadamu sebelum kamu mendatangkan sebuah tang­ga, lalu kamu naik ke langit, sedangkan saya melihatmu sampai di langit; kemudian kamu turun lagi dengan membawa sebuah kitab yang terbuka dengan diiringi oleh empat malaikat yang mempersaksikan bahwa kamu benar seperti apa yang kamu katakan. Demi Allah, seandainya kamu dapat melakukan hal tersebut, saya yakin bahwa diri saya masih belum mau membenarkanmu.”

Kemudian Abdullah ibnu Abu Umayyah pergi meninggalkan Rasulul­lah Saw. Rasul pun pulang ke rumah keluarganya dalam keadaan bersedih hati lagi kecewa, karena apa yang ia harapkan dari kaumnya agar masuk Islam di saat ia menyeru mereka tidak terkabulkan, bahkan mereka bersi­kap menjauhinya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ziyad ibnu Abdullah Al-Buka-i, dari Ibnu Ishaq, bahwa telah menceritakan kepadaku sebagian ahlul ‘ilmi, dari Sa’id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Lalu dikete­ngahkan hadis yang semisal.

Pertemuan yang mereka adakan bersama Nabi Saw. itu, seandainya menurut pengetahuan Allah mereka meminta hal itu kepada Nabi Saw. dengan permintaan memohon petunjuk, tentulah apa yang mereka minta itu diperkenankan oleh-Nya. Akan tetapi, Allah telah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka meminta hal itu karena dorongan ingkar dan keka­firan mereka terhadap Nabi Saw. Maka Allah berfirman kepada Nabi­-Nya; “Jika engkau menginginkan agar Kami memberi mereka, tentulah Kami akan memberi mereka apa yang dimintanya. Tetapi jika mereka masih tetap ingkar sesudahnya, maka Aku akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang pun dari kalangan umat manusia. Dan jika engkau menginginkan agar Aku membukakan bagi mereka pintu tobat dan pintu rahmat, maka Aku akan melakukan­nya.” Maka Nabi Saw. berkata:

Tidak, bahkan bukakanlah bagi mereka pintu tobat dan pintu rahmat-(Mu).

Hal ini sama dengan apa yang telah disebutkan di dalam dua hadis yang masing-masing diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Az-Zubair ibnul Awwam, yaitu dalam tafsir firman-Nya:

{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}

Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengi­rimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melain­kan untuk menakuti. (Al-Isra: 59)

Dan dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

{وَقَالُوا مَا لِهَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ وَأَعْتَدْنَا لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ سَعِيرًا}

Dan mereka berkata, “Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepa­danya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) ditu­runkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata, “Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” Perhatikan­lah bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya ba­gimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 7-11)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

{حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}

hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90)

Yanbu’ artinya mata air yang airnya mengalir. Mereka meminta kepada Nabi Saw. agar beliau mengalirkan banyak mata air buat mereka di ber­bagai kawasan negeri Hijaz, tempat tinggal mereka. Hal tersebut amatlah mudah bagi Allah Swt.; jika Dia menghendaki, niscaya Dia dapat mem­buatnya dan dapat memenuhi segala sesuatu yang mereka minta dan mereka tuntut kepada Nabi Saw. untuk mengadakannya. Tetapi Allah mengetahui bahwa mereka tetap tidak akan beroleh petunjuk, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)

{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman. (Al-An’am: 111), hingga akhir ayat.

*******************

Adapun firman Allah Swt. :

{أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ}

atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, seba­gaimana kamu katakan. (Al-Isra: 92)

Yakni engkau telah mengancam kami bahwa kelak di hari kiamat langit akan berbelah, lemah, dan bergayutan pinggir-pinggirnya. Maka segera­kanlah terjadinya peristiwa itu di dunia ini, dan runtuhkanlah langit berke­ping-keping atas kami. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ} الْآيَةَ

Ya Allah jika betul (Al-Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit. (Al-Anfal: 32), hingga akhir ayat.

Hal yang sama pernah dimintakan oleh kaum Nabi Syu’aib kepada nabi mereka, seperti yang disitir oleh Allah Swt. dari perkataan mereka melalui firman-Nya:

{أَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}

Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Asy-Syu’ara: 187)

Maka Allah mengazab mereka di hari yang penuh dengan awan, sesung­guhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Lain halnya dengan Nabi pembawa rahmat yang juga Nabi Tobat yang diutus oleh Allah sebagai rahmat buat semesta alam, maka ia memohon kepada Tuhannya agar Dia menangguhkan mereka, dengan harapan mudah-mudahan Allah me­ngeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang mau menyembaji-Nya dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun. Dan memang harapan itu menjadi kenyataan, karena sesungguhnya dari mereka lahirlah orang-orang yang masuk Islam, lalu berbuat baik dalam Islamnya; sehingga Abdullah ibnu Abu Umayyah yang disebutkan di atas mengikuti Nabi Saw. dan mengucapkan kata-kata tersebut kepadanya, pada akhirnya ia masuk Islam juga dengan sempurna dan bertobat kepada Allah Swt.

*******************

Firman Allah Swt.:

{أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ}

Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas. (Al-Isra: 93)

Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan bahwa makna zukhruf ialah emas. Hal yang sama disebutkan di dalam qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas’ud, ia membacanya dengan bacaan berikut: “Atau kamu mem­punyai sebuah rumah dari emas”, dengan menyebutkan lafaz Zahab sebagai ganti dari zukhruf.

{أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ}

atau kamu naik ke langit. (Al-Isra: 93)

Maksudnya, kamu naik ke langit dengan memakai tangga itu, sedangkan kami menyaksikannya.

{وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنزلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ}

Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca. (Al-Isra: 93)

Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebuah kitab yang tercatat di dalam lembaran-lembarannya buat tiap-tiap orang dari kami, misalnya tertera di dalamnya bahwa ini adalah surat dari Allah buat si anu atau si Fulan, kemudian pada keesokkan harinya surat tersebut telah ada di atas kepalanya.

Firman Allah Swt.:

{قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا}

Katakanlah, “Mahasuci Tuhanku, bukankah aku ini hanya se­orang manusia yang menjadi rasul?” (Al-Isra: 93)

Allah Mahasuci lagi Mahatinggi, tidaklah pantas bila ada seseorang berani mengatur di hadapan-Nya sesuatu urusan yang menjadi hak mutlak ke­kuasaan Allah di kerajaan-Nya. Bahkan Dia adalah Maha Memperbuat apa yang dikehendaki-Nya; jika Dia menghendakinya, tentulah Dia mem­perkenankan apa yang kalian minta itu. Dan jika Dia tidak menghendaki­nya, tentulah Dia tidak memperkenankannya bagi kalian. Tiada seorang pun yang dapat mengatur Allah Swt. dalam urusan-Nya, dan aku ini tiada lain hanyalah seorang utusan kepada kalian yang diperintahkan un­tuk menyampaikan risalah-risalah Tuhanku dan memberi nasihat kepada kalian. Hal itu telah aku lakukan, sedangkan urusan yang kalian minta itu terserah kepada Allah Swt.

Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, te­lah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayub, dari Ubadillah ibnu Zajar, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tuhanku pernah menawarkan kepadaku bahwa Dia akan men­jadikan lembah Mekkah emas buatku, maka aku berkata, “Ti­dak wahai Tuhanku, tetapi berilah aku kenyang sehari dan la­par sehari — atau dengan kalimat yang semakna —. Apabila aku lapar, maka aku memohon kepada-Mu dengan merendah­kan diri dan berzikir menyebut-Mu; dan apabila aku merasa kenyang, maka aku akan memuji dan bersyukur kepada-Mu.

Imam Turmuzi meriwayatkan dalam kitab Az-Zuhud dari Suwaid ibnu Nasr, dari Ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, karena Ali ibnu Yazid berpredikat daif dalam periwayatan hadis.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo