Al-Kahfi, ayat 9-12

Al-Kahfi, ayat 9-12

{أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10) فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا (11) ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12) }

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemu­da-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini). Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangun­kan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).

Hal ini merupakan berita dari Allah Swt. yang menceritakan tentang orang-orang yang menghuni gua secara singkat, kemudian diterangkan dengan panjang lebar sesudahnya. Allah Swt. berfirman:

{أَمْ حَسِبْتَ}

Atau kamu mengira. (Al-Kahfi: 9)

hai Muhammad.

{أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا}

bahwa orang-orang yang menghuni gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan. (Al-Kahfi: 9)

Yakni tiadalah perkara mereka mengherankan bagi kekuasaan dan ke­mampuan Kami, karena sesungguhnya menciptakan langit dan bumi, si­lih bergantinya siang dan malam hari, menundukkan matahari serta rembu­lan, bintang-bintang, dan !ain-!ainnya dari tanda-tanda yang besar yang menunjukkan akan kekuasaan Allah Swt. sangatlah mudah. Dan bahwa Allah Mahakuasa atas semua yang dikehendaki-Nya, tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya. Semuanya itu jauh lebih mengherankan daripada perihal orang-orang yang menghuni gua.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Al-Kahfi: 9) Yaitu sesungguhnya pada sebagian tanda-tanda yang menunjukkan ke­kuasaan Kami terdapat banyak hal yang lebih mengherankan dari itu.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang menghuni gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Al-Kahfi: 9) Artinya, apa yang Aku berikan kepadamu berupa ilmu, sunnah, dan Al-Qur’an ini jauh lebih mengherankan daripada kisah ashabul kahfi (orang-orang yang menghuni gua) dan yang mempunyai raqim.

Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud seakan-akan mengatakan, “Hujah-hujah-Ku yang jelas terhadap hamba-hamba-Ku jauh lebih mengherankan daripada kisah para penghuni gua dan pemilik raqim itu.”

Al-Kahfi artinya gua yang terdapat di sebuah bukit yang dijadikan tempat bersembunyi oleh para pemuda yang disebutkan kisahnya dalam surat ini.

Yang dimaksud dengan ar-raqim, menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas adalah sebuah lembah yang terletak di dekat kota Ailah (Yordania seka­rang). Hal yang sama telah dikatakan oleh Atiyyah, Al-Aufi, dan Qatadah.

Ad-Dahhak mengatakan, kahfi adalah sebuah gua yang ada di lem­bah itu, sedangkan ar-raqim adalah nama lembah tersebut.

Mujahid mengatakan bahwa ar-raqim adalah nama sebuah kitab yang diletakkan di depan bangunan tempat mereka. Sebagian orang me­ngatakan bahwa raqim adalah nama sebuah lembah yang padanya terda­pat gua tempat mereka.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ar-raqim, bahwa Ka’b menduga ar-raqim adalah nama sebuah kampung (kota).

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ar-raqim adalah sebuah bukit yang di dalamnya terdapat gua tersebut.

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa nama bukit itu adalah Banglius.

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Wahb ibnu Sulaiman, dari Syu’aib Al-Jiba-i, bahwa nama bukit tempat gua itu adalah Banglius, nama guanya adalah Haizam, dan nama anjing mereka adalah Hamran.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Semua nama di dalam Al-Qur’an saya mengetahuinya kecuali Hannan, Awwah, dan Raqim.

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Dinar; ia pernah mendengar Ikrimah berkata, “Ibnu Abbas pernah menga­takan bahwa ia tidak mengetahui apakah ar-raqim itu, nama sebuah prasasti ataukah bangunan?”

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ar-raqim adalah sebuah prasasti.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan, raqim adalah sebuah prasasti yang tertulis pada sebuah batu; mereka menulis kisah ashabul kahfi padanya, kemudian meletakkannya di pintu gua itu.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan bahwa ar-raqim artinya kitab, kemudian ia membacakan firman-Nya untuk mengu­atkan alasannya, yaitu:

{كِتَابٌ مَرْقُومٌ}

(Ialah) kitab yang bertulis. (Al-Muthaffifin: 9)

Memang inilah yang tersimpulkan dari makna lahiriah ayat, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa raqim ber-wazan fa’il yang maknanya marqum (tertulis). Sebagaimana dikata­kan qatil terhadap si terbunuh, dan orang yang terluka disebut jarih.

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا}

(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, beri­kanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi: 10)

Allah Swt. menceritakan tentang para pemuda yang melarikan diri dengan membawa agamanya agar agama mereka selamat dari gangguan kaum­nya yang pasti akan memfitnah mereka. Mereka lari memisahkan diri dari kaumnya, lalu berlindung di dalam gua yang berada di suatu bukit, sebagai tempat persembunyian mereka agar kaumnya tidak tahu keber­adaan mereka. Ketika hendak memasuki gua itu, mereka memohon kepa­da Allah agar rahmat dan kelembutan-Nya dilimpahkan kepada diri mere­ka. Mereka mengatakan dalam doanya seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً}

Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi­Mu. (Al-Kahfi: 10)

Yakni anugerahkanlah kepada kami dari sisi-Mu rahmat yang dengannya Engkau merahmati kami dan menyembunyikan kami dari kaum kami.

{وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا}

dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urus­an kami (ini). (Al-Kahfi: 10)

Maksudnya, berikanlah kami petunjuk ke jalan yang lurus dalam urusan kami ini. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwajadikanlah bagi akibat urusan kami ini jalan yang lurus. Seperti pengertian yang terdapat di da­lam sebuah hadis, yaitu:

Dan segala apa yang Engkau putuskan bagi kami, kami memo­hon agar sudilah engkau menjadikan akibatnya bagi kami jalan yang lurus.

Di dalam kitab “Musnad disebutkan melalui hadis Busr ibnu Artah, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah mengatakan dalam doanya:

Ya Allah, berikanlah akhir yang baik bagi semua urusan kami, dan lindungilah kami dari kehinaan di dunia dan azab akhirat.

*******************

Firman Allah Swt.:

{فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا}

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu..(Al-Kahfi: 11)

Yaitu Kami jatuhkan rasa kantuk yang berat kepada mereka di saat me­reka memasuki gua itu, lalu mereka tidur selama bertahun-tahun.

{ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ}

Kemudian Kami bangunkan mereka. (Al-Kahfi: 12)

Yakni dari tidur mereka yang lelap itu. Kemudian salah seorang di antara mereka keluar dari gua itu dengan membawa uang dirham perbekalan mereka, untuk mereka tukarkan dengan makanan yang diperlukannya. Perincian tentang hal tersebut akan diterangkan sesudah ini.

Allah Swt. berfirman:

{ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ}

kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui ma­nakah di antara kedua golongan itu. (Al-Kahfi: 12)

Yaitu di antara kedua kelompok yang memperselisihkan tentang lamanya mereka tinggal di gua itu.

{أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا}

yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). (Al-Kahfi: 12)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah bilangan mereka. Sedangkan menurut pendapat yang lain adalah lamanya mereka tinggal di dalam gua itu, seperti dalam pengertian kata-kata orang Arab, “Saba-qal jawadu,” bilamana kuda tersebut telah mencapai garis finis. Kata al-amad ini menunjukkan tujuan, dan makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah lamanya masa.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo