{أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ (45) أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ (46) أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (47) }
Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. menyebutkan tentang kesabaran-Nya dalam memberikan masa tangguh terhadap orang-orang yang durhaka, yaitu mereka yang mengerjakan hal-hal yang buruk dan menyeru orang lain untuk melakukannya, serta, menjerat manusia dalam seruannya agar mereka ikut mengerjakannya. Padahal Allah mampu untuk membenamkan mereka ke dalam bumi atau mendatangkan azab kepada mereka dari arah yang tidak mereka duga-duga. yakni dari arah yang tidak mereka ketahui. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ}
Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Al-Mulk: 16-17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ}
atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan. (An-Nahl: 46)
Yakni dalam bolak-balik mereka di kala mencari penghidupan, dalam kesibukan mereka di perjalanannya, dan kesibukan-kesibukan lainnya yang menyita waktu mereka.
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa makna taqallubuhum ialah perjalanan mereka.
Mujahid, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, “Fi taqallubihim,” yakni di malam dan siang hari mereka. Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ}
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain? (Al-A’raf: 97-98)
*******************
Mengenai firman Allah Swt.:
{فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ}
maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu). (An-Nahl: 46)
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak dapat menolak siksa Allah dalam keadaan apa pun.
Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ}
atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). (An-Nahl: 47)
Makna yang dimaksud ialah ‘atau Allah mengazab mereka di saat mereka dalam keadaan dicekam ketakutan akan disiksa Allah, maka siksaan seperti ini lebih berat dan lebih keras; karena di samping siksaan yang keras, rasa takut itu juga merupakan siksaan lainnya’.
Karena itulah Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: atau Allah mengazab mereka di saat (mereka) dalam keadaan takut. (An-Nahl: 47) Allah Swt. berfirman, “Jika Aku menghendaki, tentu Aku mengazabnya setelah kematian temannya dan di saat ia dicekam oleh rasa ketakutan akan tertimpa azab.”
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan lain-lainnya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Maka sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 47)
Mengingat Dia tidak menyegerakan siksaan-Nya terhadap kalian.
Di dalam, kitab Sahihain disebutkan:
Tiada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah bila mendengar gangguan yang menyakitkannya; sesungguhnya mereka menjadikan bagi Allah anak, padahal Allah-lah yang memberi rezeki mereka, dan Allah membiarkan mereka (tidak mengazab mereka dengan segera).
Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula hadis lainnya, yaitu:
Sesungguhnya Allah benar-benar menangguhkan orang yang berbuat aniaya; hingga manakala Dia mengazabnya, maka Allah tidak membiarkannya terlepas (dari siksa-Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102)
Dan Allah berfirman:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ}
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj: 48)