Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

nabi

Ketika semua penduduk kota sudah tidak ada lagi yang mau berbuat kebajikan, akhirnya Allah mengangkat nabi-Nya. Orang itu adalah nabi Syu’aib. Nabi Syu’aib diutus untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan serta membenahi akhlak kaum Madyan yang telah bejat

Kenabian Syu’aib telah diterangkan dalam Al Qur’an :

Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu’aib. la berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu mengurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat). (QS.Huud :84)

Dan kepada penduduk Madyan Kami utus saudara sebangsanya: Syu’aib. Dia berkata “Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.”(QS. Al A’raaf: 85)

Mula-mula nabi Syu’aib hanya melihat perbuatan mereka, namun setelah semakin lama semakin tidak karuan akhlaknya membuatnya mengambil suatu tindakan. Nabi Syu’aib berusaha untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar dengan kata-kata yang lembut tapi agak pedas. la ingin tahu reaksi masyarakat Madyan setelah mendengar ucapannya.

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Sasaran dakwahnya yang pertama ialah penghapusan penyembahan pada berhala.

“Hai saudara-saudaraku, hentikan penyembahan terhadap patung itu. Sembahlah Allah yang telah menjadikan langit dan bumi, “ajak nabi Syu’aib suatu ketika. Ajakannya ini mendapat tanggapan lain dari orang-orang Madyan. Mereka menganggap bahwa nabi Syu’aib sudah tidak waras.

“Wahai Syu’aib, mengapa kau melarang kami menyembah tuhan-tuhan itu. Jika kau tidak senang maka tinggalkan tempat ini, “kata kaum Madyan dengan marah sebab tuhannya telah dihina.

“Allah, tidak ada yang dapat menyamai-Nya. Ketahuilah bahwasannya Allah adalah Tuhan yang dapat menolong kesulitan, “kata nabi Syu’aib dengan suara tenang.

Madyan tidak suka mendapat seruan berupa ajakan itu. Setiap sore mereka duduk-duduk ditengah jalan untuk menghalangi orang-orang yang hendak menuju rumah nabi Syu’aib. Kaum Madyan senang sekali menghina pengikut nabi Syu’aib. Mereka menganggap orang yang mengikuti nabi Syu’aib adalah orang-orang bodoh, tolol dan banyak lagi cacian yang menyakitkan bati.

Orang-orang (pengikut) nabi Syu’aib melaporkan penghinaan yang diterimanya dari mereka. Namun nabi Syu’aib tidak pernah marah sedikitpun. Beliau justru mendoakan agar diberi jalan terang sehingga ajakannya dapat diterima oleh mereka.

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Karena setiap bari, pengikutnya selalu mendapat hambatan dan hinaan, akhirnya nabi Syu’aib berkata pada kaum Madyan. Perkataan ini sudah diabadikan dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 86:

Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-. nakuti dan menghalangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan mereka (orang-orang) yang berbuat kerusakan. (Al A’rof: 86)

Setiap nabi Syu’aib melakukan dakwah selalu mendapat hinaan dan cacian dari kaum Madyan. Mereka berusaha untuk menghentikan dakwah itu. Namun sejauh itu usahanya tidak pernah memperoleh hasil. Sebab nabi Syu’aib mendapat lindungan dari Allah.

Karena tujuan utama yaitu menyuruh kaum Madyan meninggalkan sesembahan mereka tidak berhasil maka beliau tidak berhenti sampai disitu. Beliau masih mengupayakan agar kaum Madyan mau mengikuti ajarannya. Dan dijawab oleh kaum Syu’aib

“Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.”(QS. Hud: 87)

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Kemudian Nabi Syu’aib membantah mereka dengan kalimat yang halus sambil mengajak mereka kepada yang haq,

“Wahai kaumku! Bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”(QS. Hud: 88)

Seperti itulah Nabi Syu’aib, Beliau berdakwah dengan argumentasi yang kuat, sehingga Beliau disebut Khathibul Anbiya’ (Ahli Pidato dari kalangan para nabi).

Selanjutnya, Beliau berkata kepada mereka menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah dan mengajak mereka kembali kepada Allah,

“Wahai kaumku, janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (zaman dan tempatnya) dari kamu.–Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”(QS. Hud: 89-90)

Maka mereka mengancam akan menghukum Beliau, mereka berkata,

“Wahai Syu’aib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidak karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang kuat di sisi kami.”(QS. Hud: 91)

Syu’aib menjawab,

“Wahai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan di belakang (tidak dipedulikan)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan.”(QS. Hud: 91)

Selanjutnya, Nabi Syu’aib menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah jika mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka, tetapi kaumnya malah menjawab ancaman itu dengan mengancam Beliau dan memberikan pilihan,

“Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka bersama orang-orang yang beriman yang mengikutinya.”Namun Nabi Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya tetap teguh di atas keimanan mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Maka kaumnya menuduh Beliau sebagai pesihir dan pendusta (QS. Asy Syu’araa: 185-186)

Dakwah Nabi Syu’aib Kepada Kaum Madyan

Sedikit demi sedikit kaum Madyan meninggalkan nabi Syu’aib beserta pengikutnya. Akhirnya tidak ada lagi yang tersisa satupun juga. Sebelum pergi mereka mengejek ajaran nabi Syu’aib dan mengatakan bahwa beliau telah sinting.

Karena ajakannya tidak pernah didengarkan oleh kaum Madyan akhirnya nabi Syu’aib pergi ke wilayah lain. Di sana terdapat Ashabul Aikah. Nabi Syu’aib berharap agar dakwahnya ditengah-tengah masyarakat setempat diterima dan ajarannya diikuti.

Namun kaum itu tidak ada bedanya dengan kaum Madyan. Bahkan mereka lebih berani menghina nabi Syu’aib. Mereka mengatakan bahwa nabi Syu’aib adalah penyihir. Meskipun demikian nabi Syu’aib tidak pernah marah dan beliau tetap meneruskan dakwahnya hingga ada pula yang mau mengikuti ajarannya.

Karena masyarakat setempat selalu menghina dan berusaha menghalang-halangi dakwahnya, akhirnya nabi Syu’abi meminta dan mengadukannya kepada Allah.

Amaliyah
Logo