Lailat Al-Qadr

Lailat Al-Qadr

Assalamu’alaikum,

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah SWT, insya Allah,

(1) Adakah di antara saudara-saudaraku yang ingin memperpanjang usia hingga ratusan atau bahkan ribuan tahun atau lebih? Apakah umur ini tidak mungkin dijangkau oleh seorang anak manusia? Pada jaman modern ini, secara fisik, barangkali ‘impossible’. Namun, menurut Al-Qur’an dan sebuah riwayat, orang-orang terdahulu telah memiliki umur ratusan, bahkan ribuan tahun.
Contohnya, Nabi Nuh A.S. meninggal di usia 950 tahun (seribu tahun kurang lima puluh, QS 29:14). Atau misalnya, pemuda-pemuda yang masuk ke gua (Al-Kahf, QS 18) berumur hingga lebih dari 300 tahun, atau sebuah riwayat menyebutkan, orang-orang dahulu bahkan bisa mencapai umur 2000 tahun.

(2) Seandainya kita melakukan kalkulasi berdasar Al-Qur’an, sorang manusia sangat mungkin mencapai umur ratusan atau bahkan ribuan tahun. Saya sepenuhnya yakin, karena Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an (QS:97) yang memberi konsesi bagi manusia, sehingga makhluknya ini bisa mencapai usia yang amat panjang.

(3) Lalu, bagaimana caranya? Any idea? Satu-satunya cara untuk menjangkau usia panjang ini, yakni lewat ‘pintu’ Lailatul-Qadr, yang setiap tahun ‘dibuka’ oleh Al-Fattaah (Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat).

Eiiit, . . . tunggu dulu!

Sebelum kita lanjutkan, mari dengarkan dulu sebuah lagu legendaris “Lailatul Qadar” dari album Ruhani Bimbo berikut ini (if not mistaken, lirik: Sam/Taufik Ismail, Vocal: Iin, backing vocal: semua, kecuali Taufik Ismail? tentu saja). Silakan masuk ke: www.tembang.com, klik pinggir kiri “denger musik”, setelah tampilan baru mucul, klik kotak ke empat dari sebelah kiri (bawah), ketik Bimbo pada menu CARI, lalu pilih: “Lailatul Qodar”, kemudian play dan silakan hayati. Sambil mendengarkan lagunya, kalau masih ingin baca, silakan dilanjutkan (atau denger lagunya saja (mungkin) sudah cukup membuat bulu kuduk merinding bagi yang “sadar”, insyaAllah).

Berikut ini bait-baitnya:

LAILATUL-QODAR

Margasatwa tak berbunyi
Gunung menahan nafasnya
Angin pun berhenti
Pohon-pohon tunduk
Dalam gelap malam
Pada Bulan Suci

Qur’an turun ke bumi !
Qur’an turun ke bumi !

Inilah malam
Seribu bulan

Ketika cahaya sorga menerangi bumi
Ketika cahaya sorga menyinari bumi

Inilah malam seribu bulan
Ketika Tuhan menyeka air mata kita
Ketika Tuhan menyeka dosa-dosa kita

Qur’an turun ke bumi !
Turun ke bumi !

Lailatul Qadr. . .
Lailatul Qadr. . .
Lailatul Qadr. . .

(4) Okey, dilanjutkan ya. Seperti tadi disebutkan, “pintu” Lailatul-Qadr bisa dicari penjelasannya melalui QS: 97 (Al-Qadr), terutama ayat ke-3.
Allah SWT berfirman:
1. Sesungguhnya, Kami telah menurunkan ini (Al-Qur’an ini) pada malam Al-Qadr 2. Dan dengan apakah kamu akan mengetahui apa yang dinamakan Al-Qadr?
3. Malam Al-Qadr lebih baik dari seribu bulan (83 tahun dan 4 bulan) 4. Di sana, para malaikat dan Jibril (Ar-Ruh) turun ke bumi dengan ijin Tuhannya dengan membawa segalaperaturan (untuk setahun mendatang) 5. Tenteram! sampai terbit fajar

Sebelum kita lihat bagaimana ayat ke-3 ini dapat menjelaskan usia panjang yang bisa dicapai seorang anak manusia, ada baiknya kita lihat dulu tanda-tanda fisik Lailatul-Qadar. Pada malam kemuliaan itu (sebentar lagi hadir, nih!), akan terjadi hal-hal sebagai berikut (Ooh…, ini mirip sekali dengan liriknya Bimbo di atas):

(a) Binatang malam diam seribu bahasa,
(b) Udara tanpa angin,
(c) Daun-daun diam tak bergerak,
(d) Langit tanpa sinar bulan dan cahaya sorga menggantikannya menerangi bumi,
(e) Pohon-pohon merunduk memuji Al-Jabbaar (Yang Maha Perkasa), dst.

Banyak sekali hadits tentang tanda-tanda fisik Lailatul-Qadr ini. Hanya saja sebagian besar ulama berpendapat bahwa hadits-hadits ini sangat lemah. Dloif! Bahkan, Hamka dan Quraisy Syihab berpendapat bahwa tanda-tanda fisik Lailatul-Qadar di atas sulit dipertanggungjawabkan (dapat diperselisihkan).

Meskipun demikian, ada sebuah hadits dengan kategori hasan (diriwayatkan bukan oleh Bukhari dan Muslim) sebagai berikut: Dari Ibnu Abbas, RA berkata bahwa Muhammad SAW(*) bersabda, “Malam kemuliaan ini tenang dan menggembirakan, tidak panas atau dingin, matahari yang muncul pagi harinya bersinar lemah sekali (bahkan tak bersinar, atau bersinar putih–Abu Daud) dan (sedikit) merah.” (At-Tayalis, Ibnu Khuzaimah, Al-Bazar). Namun, yang mendekati kebenaran, insyaAllah, datang dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (dia terkenal sangat ketat menyaring hadits), bahwa Lailatul-Qadr datang (setelah) bulan membentuk setengah piring (setengah lingkaran). (HR. Muslim). Ini berarti Lailatul-Qadr terjadi setelah tanggal 15 Ramadhan. Tanggal ini sesuai benar dengan ucapan Rosulullah SAW yang akan disampaikan nanti.

(5) Pada malam penuh kemuliaan itu, para malaikat turun ke bumi (QS 97:4, Tanazzalul malaaikatu… dst). Dilukiskan, bahawa malaikat (yang tinggal di Arsy) memendam rindu dan cinta yang teramat dalam, ingin berjumpa dengan manusia, makhluk ciptaan Al-Badii’u (Yang Maha Pencipta) yang menghabiskan hidupnya dari generasi ke generasi di bumi. Maka, dengan seijin Al-Mujiibu (Yang Maha Mengabulkan), para malaikat, termasuk Jibril, diberi kesempatan turun ke bumi pada Lailatul-Qadr, sekali setiap tahun.

(6) Malaikat-malaikat itu turun berbondong-bondong. Mereka terbagi dalam rombong-rombongan (I imagine, this is just like departures of jamaah haji Indonesia ke Tanah Suci. “Tumplek-bleg” di bandar udara, menunggu giliran terbang). Mereka berbondong-bondong ingin sekali menjumpai makhluk di bumi yang amat disayanginya. Berarak-arak, penuh khidmat dan semangat, teratur dalam antrean, para malaikat itu meluncur menembus langit turun ke bumi pada malam mulia itu. Kemudian setelah semalaman di bumi sampai terbit fajar esok-harinya, para malaikat ini membentuk shaf dan antri bergelombang kembali naik ke langit beriring-iringan(**)

(7) Inilah malam kesempatan itu! Satu-satunya malam dalam setahun, ketika para malaikat amat merindukan kesempatan buat melihat, menjenguk, membagi kasih mereka, serta mendo’akan manusia yang taat dan senang beribadah kepada Tuhannya. Subhanallah! Begitu sayangnya mereka kepada kita!

(8) Kemudian ketika fajar esok-harinya, secara berangsur-angsur, mereka naik kembali ke langit.
Ooh… betapa sedihnya mereka… karena the next chance is next year! Masih 365 hari lagi harus nunggu. Sebuah penantian baru yang panjang dan menumbuhkan kembali kerinduan mendalam pada qalbu mereka. Ooh… betapa takjubnya, seandainya kita diberi kemampuan untuk menyaksikan yang gaib, pada malam kemuliaan ini dengan mata telanjang kita. Kita saksikan bagaimana para malaikat itu antri, bagaimana mereka berbondong-bondong secara berombongan turun, bagaimana mereka memananjatkan do’a, kemudian berangsur-angsur naik lagi ke langit sambil melambaikan tangan, menunduk melihat ke bawah, memandangi mu’minin dan mu’minat yang sedang sholat, berdoa’a, i’tikaf, tadarus Al-Qur’an dan yang sedang berusaha keras mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Berlinang-linang air mata mereka ketika beranjak meninggalkan yang terkasih di bumi ini. Subhanallah! Meski hanya membayangkan, bulu kuduk dan syaraf di sekitar punggungku jadi berdiri. Rasanya, ada orang besar memeluk saya dari belakang! Merinding. . .

(9) Kemudian, yang jadi pertanyaan, mengapa mereka rindu setengah mati bertemu manusia, padahal dahulu ketika Allah SWT akan menciptakan manusia, para malaikat ini “protes” dengan mengatakan (QS 2:30), “. . . Apakah Engkau akan menciptakan manusia yang nanti hanya akan saling menumpahkan darah . . .” (Ups! saya jadi ingat film the God-Father I-III: manusia itu keras, penuh akal-akalan dan saling bunuh). Lalu, Allah SWT menjawab, “Aku tahu apa yang kamu tidak tahu.” Maka, ketika Adam diminta untuk menjelaskan nama-nama benda kepada para malaikat–setelah para malaikat terkunci mulutnya gagal menjawab permintaan Allah SWT itu–serta-merta, para malaikat itu pun mulai menghormati dan mencintai Adam dan terus mendo’akannya untuk tetap tinggal di sorga.

Sayangnya, do’a mereka akhirnya tak terkabul, karena Adam harus turun ke bumi. The mega scenario must go on!

(10) Kembali ke pertanyaan di awal tulisan, mari kita baca sekali lagi ayat ke-3 (QS 97), “Malam Al-Qadr lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun dan 4 bulan).” Menurut beberapa ulama tafsir, Allah SWT khusus menciptakan malam kemuliaan ini terutama untuk manusia yang berumur pendek, misalnya 60-70 tahun seperti kita. Apa tujuannya? Boleh jadi, maksud Allah SWT adalah untuk memberi peluang kepada manusia berumur pendek ini, untuk mengumpulkan pahala (bekal ke akhirat) sebagaimana mu’min-mu’minat terdahulu yang telah menabung amal kebajikan dalam ratusan atau ribuan tahun umurnya.

(11) Kalau manusia jaman duhulu bisa hidup i.e. 500 tahun, dan usia kematangan ruhaniahnya katakanlah dicapai pada saat usianya 100 tahun, maka 400 tahun sisa hidupnya mestinya lebih banyak digunakan untuk kebajikan dan mendekatkan diri kepada Tuhannya, karena ia telah matang secara ruhaniah.
Ketika usianya menginjak 100 atau 101, orientasi dunia yang serba material sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkannya. Konsekuensinya adalah, mereka punya peluang mengumpulkan pahala lebih banyak dibandingkan para manusia yang berumur pendek seperti kita. Manusia jaman ini paling-paling berusia 60-70 tahun, dan i.e. “produktifitas ruhaninya” baru mencuat sejak usia 40 tahun (mudah-mudahan saudara-saudaraku memulainya pada usia akil baligh atau sebelumnya). Jadi, sisa usia yang 20-30 tahun untuk semakin taat beribadah ini kalah jauh rentangnya dibandingkan sisa usia amal kebaikan orang-orang terdahulu. Maka, beberapa ulama ada yang berpendapat, malam Al-Qadr ini diberikan kepada kita untuk memperpanjang usia amal kebaikan ini, insyaAllah. (Di samping itu, alasan lain ditetapkannya Lailatul-Qadr yang lebih baik dari seribu bulan ini adalah karena beberapa sahabat Nabi iri mendengar ada seorang Yahudi yang berperang pada siang harinya dan beribadah selama 1000 bulan pada malam harinya.)

(12) Secara demikian, salah satu fungsi Lailatul-Qadr adalah untuk menyejajarkan pahala orang-orang yang berumur pendek, agar sebanding dengan pahala manusia terdahulu yang ratusan tahun umurnya. Hitung-hitungan kasarnya sebagai berikut: Let suppose kita meninggal pada usia 60 tahun.
Jika dalam seperlima saja dari umur kita (12 tahun), kita menjumpai Lailatul-Qadr tiap tahunnya (12x bersua), maka Al-Qur’an memberitahu kepada kita bahwa usia minimal kita sesungguhnya(***) adalah 60th + 12(83.333)th = 1060 tahun (dikurang 12 malam, kalau mau tepat). Bukankah ini menarik sekali??? Apalagi, selama 1000 tahun itu (12×83.333th), kita save pahala terus-menerus (karena pas 12 kali Lailatul-Qadr, ibadah kita pas sedang khusu’-khusu’nya). Sedangkan sisanya (60 tahun minus 12 malam) berisi kombinasi antara dosa dan pahala yang harus ditimbang di padang mahsyar nanti. Kalau begitu, bukan main untungnya seseorang yang telah mendapatkan 1000 tahun tambahan umur yang berisi 1000 tahun rewards ini. Suppose again, kita bikin dosa terus-menerus selama 60 (kecuali yang 12 malam itu), maka timbangan kita masih berat pada sisi kebaikan, karena kalau dikorbankan 60 tahun kebaikan untuk membayarnya, kita masih punya sisa 940 tahun kebaikan yang tersisa. Ooh…, begitu murahnya Engkau ya Allah, seandainya sedikit saja Engkau berikan malam Al-QadrMU kepada kami.

(13) Malam Lailatul-Qadr ini ternyata juga penuh dengan ampunan dosa. Dari shohih Bukhari dan Muslim: Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Rosulullah SAW
bersabda: “Siapa saja yang beribadah pada malam Lailatul-Qadr, dengan keyakinan penuh dan harapan pahala semata dari Allah SWT (i.e. bukan mengharap pujian orang), akan diampuni semua dosanya yang telah lalu”. Keadaan orang ini akan menjadi seperti bayi baru lahir plus kebaikan yang telah dikerjakannya.

(14) Tentang do’a. Pada malam kemuliaan itu, do’a yang sering diulang-ulang oleh Nabi SAW, terutama pada sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah “Allaahumma innaka ‘afuwwun Kariim, tukhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii yaa Kariim (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mulia dan sangat suka memaafkan, maka (mohon) ampunilah (kesalahan-kesalahan) kami ya Yang Maha Mulia). Sedangkan yang paling sering dibaca Rosulullah SAW adalah QS 2:201 “Robbana aatina fiddunyaa khasanah wa fil ‘aaKHiroti khasanah wa qinaa ‘adzaa bannaar” (Ya Tuhan kami, (mohon) anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan (mohon) peliharalah kami dari siksa neraka).

(15) Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: Kapankah Lailatul-Qadr ini terjadi? Sebuah hadits menjelaskan bahwa suatu saat Nabi didatangi sahabat yang menanyakan mimpinya. Dalam mimpinya, sahabat itu bermimpi bahwa Lailatul-Qadr jatuh pada seminggu, malam terakhir bulan Ramadhan. Nabi SAW bersabda, “Diperlihatkan kepadaku (untuk mengatakan) kebenaran mimpi kalian, yaitu telah sesuai pada tujuh hari terakhir. Oleh karena itu, barangsiapa yang akan mencari malam tersebut, carilah pada tujuh hari malam terakhir.” (HR Bukhari dan Muslim). Hadits lain menerangkan, Ibnu Umar mengatakan, Rosulullah SAW bersabda, “Carilah itu (Lailatul-Qadr) pada 10 malam terakhir, dan apabila seorang di antara kamu terlalu lemah (kondisinya) atau tak sanggup (melakukan amalan-amalan pada 10 malam pungkasan), maka jangan sampai dia kehilangan tujuh hari terakhir.” (HR Bukhari dan Muslim). Namun, kalau mau ‘aman’, just do konsentrasi i’tikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan, dari malam sebelum tanggal 6 Desember sampai malam sebelum 14 Desember 2001. InsyaAllah, kita akan menjumpai malam kemuliaan itu (AMIIIN). Sebagian terbesar ulama Al-Qur’an sepakat bahwa Lailatul-Qadr akan jatuh pada 10 malam terakhir Ramadhan. Hal ini diperkuat oleh shohih Bukhari dan Muslim sbb: Dari A’isyah RA, berkata, “Muhammad SAW melakukan i’tikaaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan (Rosul)bersabda, “Carilah Lailatul-Qadr pada (malam ganjil) dari 10 malam terakhir Ramadhan.” Kemudian juga dari sebuah hadits lain: “Apabila telah masuk sepuluh yang akhir di bulan Ramadhan, Rosulullah SAW lebih giat menghidup-hidupkan malamnya dengan beribadah, Beliau membangunkan keluarganya, Beliau lebih tekun, dan Beliau mengencangkan ikat pakaiannya.” (HR Muslim).

(16) Perbedaan penetapan awal puasa (i.e. tahun ini), untungnya tidak menimbulkan beda hitungan 7 atau 10 malam terakhir (ganjil) Ramadhan ini.
Dengan meyakini kebenaran hadits Nabi yakni Lailatul-Qadr akan datang setiap tahun (dari ucapan Nabi, “Carilah… dst”) pada 10 malam terakhir (ini pasti mencakupi 7 malam terakhir juga), maka tanggal kehadirannya, insyaAllah, adalah salah satu dari tanggal-tanggal sbb: malam sebelum tgl 6, 8, 10, 12, atau 14 Desember 2001. Oleh karena itu, mari kita siapkan lahir-bathin menghadapinya. Investasi yang relatively RINGAN, dengan risiko yang insyaAllah KECIL (paling-paling ngantuk!) dan dengan return jangka panjang yang TAK TERPERIKAN nilainya, telah menunggu kita semua. Marilah kita manfaatkan ini dengan sebaik-baiknya. Mumpung masih hidup!

(17) Mudah-mudahan malam kemuliaan itu berkunjung dan singgah meresap ke qolbu saudara-saudaraku. Demikian pula mudah-mudahan saudara-saudaraku diberi kemampuan untuk menjalankan segala macam amal ibadah terutama pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini yang, insyaAllah, akan mendorong kita, menjadi manusia yang bertambah taqwanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amiin yaa robbal ‘alamiin.

(18) Akhirnya, bagimana kalau kita mulai persiapkan dan konsentrasi beribadah pada 10 malam terakhir (terutama yang ganjil) di bulan Ramadhan kali ini? Waktunya sudah dekat sekali.

(19) Mudah-mudahan tulisan kecil ini dapat menggerakkan semangat kita untuk konsentrasi beribadah dan khusu’ pada Lailatul-Qadr kali ini, sehingga usia (kebaikan/ibadah) kita menjadi panjang (ratusan atau ribuan tahun). So at the end of the day? DENGAN SUKACITA?kita bisa mendownload tambahan saving 83 tahun 4 bulan kali ini di akhirat kelak, insya Allah.

(20) Sekian dulu. Terima kasih buat waktunya dan mohon maaf kalau ada yang salah dalam tulisan ini. Wallaahu a’lam bishshowaab, Allah SWT knows best.

“Gut-lak” di (malam) Lailatul-Qadr ya !

Catatan:
(*) Menurut beberapa ahli tafsir, Muhammad telah diberitahu oleh Allah SWT kapan tepatnya Lailatul-Qadr turun, sehingga bahasa yang digunakan Al-Qur’an
adalah: “Wa MAA ADROKA MAA lailatul qadr” (QS 97:2). Artinya: “Dan apakah yang akan membuat kamu tahu apakah malam Al-Qadr itu”. Sedangkan terhadap hal-hal yang Allah SWT menyimpan rahasiaNYA kepada siapapun, termasuk kepada Nabi, biasanya Allah menggunakan kata:”MAA YUDRIIKA” misalnya seperti dalam QS Abasa (80:3) “Wa maa yudriika la ‘allahu yazzakka” yang artinya, “Dan apakah yang membuatmu (menjadi) tahu bahwa ia akan mensucikan diri (dari dosa).” Waktu itu Nabi langsung ditegur oleh Allah SWT ketika membelakangi seorang buta yang datang kepada Nabi (e.g. Abdullah bin Umm-Maktum) ketika Rosulullah SAW sedang menjamu pembesar musyrik Quraisy. Pada detik itu juga-LANGSUNG-Muhammad SAW ditegur Allah SWT dengan bahasa: “Wa maa yudriika la ‘allahu yazzakka.” Di sini dijelaskan bahwa Muhammad SAW sama sekali TIDAK tahu karena TIDAK diberitahu oleh Allah SWT tentang kesucian jiwa seseorang. Sungguh, keadaan kesucian jiwa ini sebuah hal ghaib yang tidak diketahui orang lain. Allah tidak memberitahukan ini kepada Rosulullah Muhammad SAW.

(**) Di sini, “al-qadr” lebih tepat diartikan sebagai “kemuliaan” dibandingkan “sempit” (lihat misalnya Shihab 1997), karena para malaikat diciptakan Allah SWT dari Nur, sehingga–dengan logika orang biasa–Nur ini tak akan pernah berdesak-desakan, meski yang ingin turun ke bumi tak terhingga banyaknya. Al-Qadr bisa juga berarti pengaturan (ada ulama yang berpendapat bahwa pada malam itu diatur perkara penuh bijaksana untuk seluruh manusia setahun yad).

(***) 1000 bulan = 83.333 tahun atau 83 tahun ditambah 4 bulan.

Sumber Bacaan:
1. Al-Qur’anul-Karim.
2. Rafiudin dan Djaliel, M.A. (1998). Kumpulan Mutiara Do’a, Menuju Ridha Illahi. Pustaka Setia, Bandung.
3. Shihab, Q. (1997). Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Mizan, Bandung.
4. Shihab, Q. (1997). Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudlu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan, Bandung.
5. Shihab, Q. (1999). Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Mizan, Bandung.
6. Beberapa website.

[Tulisan kecil ini boleh diforward kepada temen muslim atau mailing list Islam, jika dipandang ada manfaatnya].

Wassalamu’alaikum,
* Contact penulis: M. Edhie Purnawan, Dept of Economics, Unimelb. E-mail:
m.purnawan@pgrad.unimelb.edu.au atau purnawan@hotmail.com

[[[Dari seorang hamba yang sangat merindukan para malaikat (juga Ar-Ruh) singgah sejenak saja kepada hamba dan keluarga (demikian pula mudah-mudahan mereka berkunjung kepada saudara-saudaraku). Namun, sudah pantaskah hamba dikunjunginya? Ah! Untuk ini, marilah kita saling do’a-mendo’akan, agar tamu mulia ini berkenan menghampiri kita, walau sebentar sahaja (bukankah kita tidak tahu dari mana do’a yang membuat kita berhasil?]]]

support by:

umroh-haji.net

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo