Nabi Ibrahim dan Keluarganya yang Hijrah

Nabi Ibrahim dan Keluarganya Hijrah
Setelah nabi Ibrahim mengawini Siti Hajar dan melahirkan seorang anak laki-laki (Ismail) ternyata membuat Kecemburuan dihati Siti Sarah, la sangat iri dengan anak yang dilahirkan Siti Hajar sebab sampai usia tua ia belum juga dikaruniai seorang anak. Sedangkan Siti Hajar yang baru dinikahi nabi Ibrahim, telah dikaruniai anak.
Meskipun demikian Siti Sarah tidak berhenti memohon pada Allah. Sebab ia meyakini jika suatu saat doanya pasti terkabul. Dan hal ini menjadi kenyataan sebab dikala lanjut usia ia diberi kabar oleh tiga malaikat yang menyamar sebagai manusia. Ketiga malaikat itu mengabarkan bahwa Siti Sarah akan mempunyai anak laki-laki
Mendengar berita ini Siti Sarah tertawa geli sebab ia sudah tua dan merasa dirinya telah mandul. Akhirnya khabar itu menjadi kenyataan. Karena suka citanya anak laki-laki yang dilahirkan diberi nama Ishaq yang artinya tertawa.
Nabi Ibrahim dan Keluarganya yang Hijrah
Kita kembali pada masalah hijrahnya Siti Hajar beserta anaknya. Kala itu nabi Ismail masih berupa bayi sudah dibawa oleh ayahnya (nabi Ibrahim) beserta ibunya pindah dari negeri Syam dengan tujuan yang tak pasti. Kepergian mereka disebabkan oleh kecemburuan Siti Sarah yang merasa iri dengan Siti Hajar.
“Wahai Ibrahim, jika kau masih mencintai aku dan Siti Hajar aku meminta suatu persyaratan. Sebab selama ini aku belum mempunyai seorang anakpun. Sedangkan dia (Siti Hajar) sudah dikaruniai anak. Jika mereka masih tinggal satu atap denganku, maka membuat hatiku hancur, “kata Siti Sarah kepada Ibrahim pada suatu malam. Mendengar permintaan ini, nabi Ibrahim sangat terkejut. Sebab sebelumnya tidak ada perselisihan antara dua isterinya. Kemudian nabi Ibrahim menanyakan maksud ucapan Siti Sarah.
“Wahai Dinda, bukanlah kemauanku menikahi Siti Hajar. Tapi semua itu kulakukan karena permintaanmu. Dan mengapa sekarang mempunyai pikiran seperti itu ? “tanya nabi Ibrahim pada Siti Sarah. Yang ditanya tidak langsung menjawab. Di dasar hatinya juga menyesal setelah berkata demikian. Meskipun demikian disisi lain ia merasa iri jika melihat Ismail ditimang nabi Ibrahim.
“Bukan maksudku untuk mengusir kalian. Namun demi kebaikan kita bersama, aku minta engkau meninggalkan saya untuk memberi tempat tersendiri bagi adikku Hajar. Sebab setiap aku melihat engkau menimang Ismail hatiku terasa hancur, “kata Siti Sarah sejurus kemudian. Karena nabi Ibrahim adalah seorang utusan dan kepercayaan Allah, maka ia tidak mau melihat isteri tuanya tersiksa. la juga menyadari bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya dan anaknya. la terima dengan lapang dada.
“Baiklah jika hal ini yang dinda inginkan. Aku juga tidak tega melihat dirimu menderita, besok pagi-pagi aku dan mereka akan berangkat, “kata nabi Ibrahim pada Siti Sarah.
Pembicaraan nabi Ibrahim dengan Siti Sarah tidak diketahui oleh Siti Hajar sebab kamar yang ditidurinya berjauhan letaknya. Setelah menidurkan Ismail, Siti Hajarpun tertidur pulas. Sehingga semua pembicaraan nabi Ibrahim dan Siti Sarah tidak sempat terdengar olehnya.
Setelah keesokan harinya, pagi-pagi benar nabi Ibrahim membicarakan hal itu dengan Siti Hajar. la mengatakan bahwa Siti Sarah menyuruh demikian untuk kebaikan bersama. Sehingga tidak melukai hati Siti Hajar.
Nabi Ibrahim dan Keluarganya Hijrah
Semua perbekalan yang diperlukan telah disiapkan. Kemudian mereka minta diri pada Siti Sarah. Melihat hal ini Siti Sarah meneteskan air mata seraya berkata: “Aku minta maaf terhadap kalian. Sebab aku telah melukai hatimu, adikku, “katanya pada Siti Hajar.
Siti Hajar juga meneteskan air mata ketika hendak berangkat. ia berkata: Tidak apalah engkau, ini adalah suatu ujian bagi kami yang diberikan Allah. Aku mengharapkan engkau tetap sehat wal-afiat setelah sepeninggalanku, “katanya pada Siti Sarah. Kemudian mereka berpelukan. Siti Sarah mengecup pipi dan kening nabi Ismail yang masih bayi.
“Semoga Tuhan bersama kalian, dan sekali lagi aku minta maaf, “kata Siti Sarah sambil melambaikan tangannya dan dibalas pula oleh Siti Hajar.
Nabi Ibrahim dan Hajar yang menggendong Ismail berjalan menuruti kakinya melangkah. Mereka berjalan tanpa ada tujuan pasti. Walaupun diterpa angin gurun dan panasnya matahari, namun mereka tetap berjalan. Hingga di suatu tempat, nabi Ibrahim mendapat wahyu dari Allah agar berhenti disitu.
Nabi Ibrahim dan Keluarganya Hijrah
Dinda ! “Allah menyuruh kita berhenti dan tinggal disini, “kata nabi Ibrahim pada isterinya. Isterinya terkejut sebab daerah yang menjadi tempat tinggalnya itu masih lengang dan tidak ada sumber air sedikitpun.
“Duhai suamiku, berarti kita tinggal disini dan menjadikan daerah yang sepi ini perkampungan baru, “katanya sambil meneteskan air mata. Sebab dalam hatinya ia takut dan ngeri tinggal pada daerah gurun yang sangat panas jika siang hari dan sangat dingin jika malam hari. Nabi Ibrahim sebenarnya tidak tega mendengar ucapan ini.
“Sebenarnya aku juga tidak tahu hidup disini, namun Allah telah mewahyukan demikian. Kita tidak dapat berbuat apa-apa. Sabarlah dan berdoalah pada Allah agar semua kesusahan dapat diatasi, “kata nabi Ibrahim menghibur. Meskipun demikian dalam lubuk hatinya sangat kasihan pada penderitaan isterinya.
Nabi Ibrahim dan Keluarganya Hijrah
Kemudian nabi Ibrahim memasang tenda untuk tempat berlindung mereka dari terik matahari. Sesuai dengan perkataan jika ia telah menemukan tempat untuk dijadikan tempat tinggalnya, maka akan segera kembali lagi pada Siti Sarah guna menjenguk dan mengabarinya.
“Isteriku, sekarang tenda sudah terbentang dan kalian tidak akan terkena terik matahari lagi. Maka aku akan kembali ke negeri Syam untuk mengabari kakakmu sekalian menjenguk kesehatannya, “kata nabi Ibrahim kepada isterinya. Mendengar hal ini Siti Hajar terkejut
“Dengan siapa aku akan memecahkan persoalan. Dan kepada siapa engkau akan menitipkan kami ? “tanyanya sambil meneteskan air mata. Hal ini membuat hati nabi Ibrahim trenyuh. Meskipun demikian ia tetap berpegang pada Allah. Dan ia yakin bahwa Allah akan menjaga isteri serta anaknya jika ditinggalkan kelak.
“Aku akan menitipkan kalian pada Allah Tuhanku, “kata nabi Ibrahim pada isterinya. Siti Hajar hanya menundukkan kepalanya saja seraya meneteskan air matanya. “Jika Tuhan telah menghendaki demikian kita harus menerimanya dengan lapang dada, “kata Siti Hajar dengan iba.
Nabi Ibrahim dan Keluarganya Hijrah
Nabi Ibrahim dengan berat hati meninggalkan anak dan isterinya ditengah gurun pasir.
“Dinda, aku minta pamit. Semoga Allah menjaga kalian, dan jagalah anak kita, “kata nabi Ibrahim minta diri dan berpesan agar selalu menjaga anaknya. Kemudian ia mengatakan kelak akan mendatangi anak dan isterinya.
“Silahkan pergi suamiku, aku berdoa agar Allah menjaga keselamatanmu diperjalanan hingga di rumah engkau (Siti Sarah), salamku buatnya, “kata Siti Hajar merelakan kepergian suaminya. Kemudian nabi Ibrahim mengecup kening anaknya. Dan berangkatlah ia meninggalkan dua insan ditengah ganasnya gurun pasir.