Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

nabi

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Setelah tujuh tahun berlalu, Nabi Ya’qub menagih janji laban yang mengizinkan menikahi salah satu puterinya jika sudah bekerja mengurus ternal selama tujuh tahun. Laban tidak ingkar janji, namun laban menawrkan agar menikahi puter pertamanya yang bernama Laiyla, atau kakak dari Rahil. Namun Nabi Ya’qub menginginkan menikahi Rahil karena Rahil lebih cantik, dan sudah terlanjur menyukainya sejak pertemuan pertamanya. Laban memahami dan mengerti apa yang dirasakan Nabi Ya’qub, namun adat yang berlaku saat itu tidak mengizinkan seorang adik mendahului kakaknya menikah.

Jadi sebagai jalan tengah agar tidak mengecewakan Nabi Ya’qub dan tidak melanggar adat yang berlaku saat itu, Laban menyarankan agar Nabi Ya’qub menerima Laiya sebagai isteri pertama, dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan dinikahkan suatu saat nanti setelah Ya’qub menjalani kerja dipeternakan selama tujuh tahun.

Nabi Ya’qub yang begitu menghormati Laban dan merasa berutang budi, yang telah menerima di rumahnya sebagai keluarga, melayaninya dengan baik dan tidak membeda-bedakan, bahkan dianggap seperti anak kandung sendiri tidka bisa berbuat apa apa, selain menerima saran itu. Pernikahan dengan dengan Laiya pun dilaksanakan dan kontrak kerja selama tujuh tahun pun ditandatangani.

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Setelah tujuh tahun kedua berlalu, akhirnya Nabi Ya’qub dinikahkan dengan Rahil, gadis yang sangat ia cintai dan selalu dikenang sejak pertemuan pertama ketika ia baru memasuki kota Fadan A’raam. Pernikahan Nabi Ya’qubub dengan dua orang wanita bersaudara, yaitu kakak dan adik ini tidak melanggar aturan, baik menurut agama maupun adat saat itu.

Seperti yang difirmankan Allah SWT. : “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara-saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dan isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan iserimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghidupkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi maha penyanyang”

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Labar memberi hadiah kepada kedua puterinya yang telah menjadi isteri Nabu Ya;’ub as seorang hamba sahaya untuk membantu mengurus rumah mereka. Dan dari kedua iterinya serta hamba sahaya yang bernama Zulfah dan Balhah yang juga dinikahi oleh Nabi Ya’qub as dan beliau dikarunia dua belas nanak, yang semuanya disebut dalam Al Qur an adalah Al-Asbaath

Bertahun-tahun kemudian, Ya’qub memiliki kekayaan yang berlimpah di negeri Haran karena senantiasa berpegang kepada perintah-perintah Allah dimanapun ia berada serta ia tidak mengikuti kebiasaan penduduk yang ada di sekitarnya. Selama hidup di negeri ini pula, Ya’qub mendapat dua belas anak dari keempat istrinya. Kesebelas putra Ya’qub adalah Rubin, Simeon, Lawwy, Yahudah, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Zebulaon, Yisakhar, dan Yusuf; sementara seorang putrinya bernama Dinah. Ketika Allah berfirman agar kembali ke rumah ayahnya, Ya’qub menjadi seorang hartawan kaya raya dengan banyak anak, banyak ternak, juga banyak budak sewaktu meninggalkan negeri Haran, meski ia tanpa membawa muatan perbekalan sewaktu pertama kali tiba di negeri tersebut.

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Laiya melahirkan Rabin, Syam’un, Lawi, Yahuza, Yasakir, Zebulon. Rahil melahirkan Yusuf dan Banyumin. Rahil meninggal dunia pada waktu melahirkan Banyumin. Zulfar melahirkan Daan dan Naftali. Dan Balhah melahirkan Yad dan Asyir. Mereka semua disebut Al Asbaath artinya qabila Bani Israil, karena masing-masing dari mereka mempunyai keturunan yang banyak.

Pada suatu masa terjadilah perang antara raja dengan keluarga Nabi Ya’qub as. Nabi Ya’qub mempercayakan kepada anaknya yang bernama Syam’un untuk menghadapi serangan dari raja itu. Kemudian kemenangan anda di pihak Nabi Ya’qub, lalu ia beserta anak-anaknya masuk ke dalam benteng pertahanan yang telah hancur, kemudian harga yang ada pada pihak yang kalah dijadikan sebagai harta rampasan perang.

Nabi Ya’qub Menikahi Laiya dan Rahil dalam Islam

Bertahun-tahun kemudian, Ya’qub memiliki kekayaan yang berlimpah di negeri Haran karena senantiasa berpegang kepada perintah-perintah Allah dimanapun ia berada serta ia tidak mengikuti kebiasaan penduduk yang ada di sekitarnya. Selama hidup di negeri ini pula, Ya’qub mendapat dua belas anak dari keempat istrinya. Kesebelas putra Ya’qub adalah Rubin, Simeon, Lawwy, Yahudah, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Zebulaon, Yisakhar, dan Yusuf; sementara seorang putrinya bernama Dinah. Ketika Allah berfirman agar kembali ke rumah ayahnya, Ya’qub menjadi seorang hartawan kaya raya dengan banyak anak, banyak ternak, sewaktu meninggalkan negeri Haran, meski ia tanpa membawa muatan perbekalan sewaktu pertama kali tiba di negeri tersebut.

Nabi Ya’qub menerima wahyu dari Allah

Beberapa waktu kemudian Nabi Ya’qub as hijrah ke palestina untuk menemui pamannya. Ia berjalan pada malam hari dan beristirahat pada siang harinya. Dalam perjalanan hijrat itu, beliau tertidur di atas sebuah batu, kemudian bermimpi. Dalam mimpi itu Nabi Ya’qub as menerim a wahyu dari Allah yang berbunyi “Aku Allah, tiada Tuhan melainkan aku. Aku Tuhan engkau dan Tuhang bapak engkau. Aku telah mewariskan bumi yang suci (Baitul Maqdis) untukmu dan keturunanmu, dan aku memberi berkat padanya dan aku berikan engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan keNabian”

Pada usia yang telah lanjut, Nabi Ya’qub mengikuti puteranya di Mesir yang yang juga seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di Negerinya. Nabi Ya’qub tinggak di mesir dan menurunkan banyak keturunan di mesir. Dari sinilah asal muasal bangsa israil tersebsar di Negeri Mesir yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa as dari penjajahan Fir’aun. Nabi Ya’qub meninggal dunia atau wafat pada usia 147 tahun di negeri Mesir.

Dalam Al Qur’an telah dinyatakan bahwa Nabi Ya’qub as telah memberikan wasiat kepada putera-puteranya, setelah beliau mendekati ajalnya, Firman Allah dalam Al Qur an adalah sebagai berikut :

“adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : “Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?”Mereka menjawab : “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan neneng moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”(QS. 2 : 133) Ya’qub disebut pula sebagai Israel, leluhur umat Bani Israel. Nama Nabi Ya’qub disebut sebanyak dua kali di Al-Qur’an, serta memiliki banyak keturunan yang termasuk golongan nabi.

Amaliyah
Logo