Pemimpin Gereja Anglikan Wacanakan Penerapan Hukum Islam
LONDON – Syariah Islam mendadak menjadi perbincangan kontroversi di Negeri Ratu Elizabeth. Itu terjadi setelah pemimpin tertinggi Gereja Anglikan Inggris Dr Rowan Wiliams muncul dengan pernyataan yang menggemparkan dan menjunjung tinggi nilai Islam pada Jumat (8/2).
Orang nomor satu di komunitas Gereja Anglikan tersebut mengatakan, adopsi sejumlah syariah Islam dalam dasar hukum Inggris adalah hal yang tak terhindarkan. Sebab, syariah Islam tak sering
bertentangan dengan struktur dan pola hidup warga di negeri kerajaan itu.
Williams mengakui bahwa syariah Islam mencakup aturan yang sangat luwes, tapi komprehensif. Aplikasi dasar-dasar hukum Islam tersebut dalam struktur kenegaraan Inggris akan mampu mengatasi kohesi sosial yang saat ini melanda bangsa kolonialis itu. Dia lantas mencontohkan, tiap muslim yang terlibat
dalam sengketa pernikahan sampai finansial dapat menemukan solusi pada syariah Islam. Hal tersebut, lanjut dia, menunjukkan betapa lengkapnya syariah Islam.
“Ketergantungan muslim terhadap syariah seharusnya dipahami dan diteliti lagi dengan baik,” tutur Williams. “Sebab, bagaimanapun juga, jika pemerintah Inggris memaksa menerapkan satu hukum untuk
semua warganya, hal tersebut justru akan lebih berbahaya,” sambungnya.
Namun, Williams juga menekankan, tidak semua hal dalam syariah Islam layak diadopsi. Misalnya, hukum Islam yang memberikan sanksi tegas potong tangan untuk pencuri. Juga, aksi diskriminasi terhadap
perempuan. “Yang patut diadopsi oleh pemerintah Inggris adalah kemajemukan syariah yang mampu
meng-cover berbagai aspek hidup muslim, bukan yang lain,” tegasnya.
Williams kemudian mencontohkan pengadilan Yahudi Ortodoks yang telah dijalankan oleh para pengikut Kristen. Mekanisme hukum Yahudi Ortodoks itu terkenal dengan visi keagamaan yang ketat dan konsep
antiaborsi. Serupa dengan hal tersebut, peradilan syariah juga layak mendapatkan tempat di dalam struktur hukum kenegaraan di Inggris. “Ide yang seharusnya ditangkap adalah bagaimana menemukan cara yang lebih layak untuk menghormati budaya dan komunitas beragama lain yang juga sudah berkembang di Inggris,” tegasnya.
Pernyataan kontroversial itu tak urung segera menuai protes dari berbagai kalangan dan politisi nasional Inggris. Juru bicara Perdana Menteri (PM) Inggris Gordon Brown segera menyampaikan pernyataan
yang terkesan menjaga jarak dengan isu sensitif tersebut. “Bagaimanapun, hukum Inggris harus
berlandas pada dasar-dasar hukum setempat,” jelasnya.
Menteri Kebudayaan Inggris Andy Burnham justru tak ingin setengah-setengah dalam menanggapi pernyataan Williams itu. Dalam wawancara dengan stasiun televisi BBC, dia langsung menembakkan amunisinya seraya menuding bahwa pernyataan Williams tersebut salah besar. Dia menamai resep yang dianjurkan oleh petinggi Gereja Anglikan itu sebagai “resep untuk kekacauan sosial”. Pernyataan tersebut segera diamini oleh penganut aliran konservatif Inggris.
Integrasi budaya dan syariah Islam di Inggris menjadi sensitif sejak terjadi pengeboman pada 2005 di London yang dilakukan oleh empat pelajar muslim Inggris. Aksi bom bunuh diri itu menewaskan sedikitnya 52 orang lain yang berada di lokasi peledakan tersebut. Padahal, faktanya, saat ini Inggris
adalah tempat tinggal bagi 1,6 juta muslim yang merupakan 2,7 persen dari populasi keseluruhan negara kecil itu.
Di sisi lain, wacana Williams tersebut disambut baik oleh Yayasan Ramadhan yang bergerak untuk mempromosikan perbaikan hubungan antara warga muslim dan nonmuslim di Inggris. Muhammad Umar, ketua yayasan itu, mengatakan tak percaya bahwa visi terhadap Islam sudah berkembang
sedemikian pesat dan konkret. “Kami mengakui, selama ini visi terhadap syariah Islam sedikit salah. Kami siap memperdebatkan fakta-faktanya jika diperlukan,” ucapnya.
(AFP/BBC/zul)
http://jawapos. com/index. php?act=detail_ c&id=325441
support by:
umroh-haji.net