Al-An’am, ayat 1-3

Al-An’am, ayat 1-3

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (1) هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ (2) وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ (3)

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah, sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematian kalian), dan ada lagi satu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah menge­tahuinya), kemudian kalian masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan.

Allah Swt. berfirman memuji diri-Nya sendiri Yang Mahamulia, karena Dia telah menciptakan langit dan bumi sebagai suatu pernyataan yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya, juga karena Dia telah menjadikan gelap dan terang untuk kemanfaatan hamba-hamba-Nya, yaitu di malam hari dan di siang hari mereka.

Lafaz zulumat diungkapkan dalam bentuk jamak, sedangkan lafaz nur diungkapkan dalam bentuk tunggal, karena cahaya lebih mulia daripada gelap. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:

{عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ}

Ke kanan dan ke kiri. (An-Nahl: 48)

Sama seperti yang disebutkan di akhir surat ini melalui firman-Nya:

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus. – maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya (Al-An’am: 153)

*****

Kemudian Allah Swt. berfirman:

{ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ}

namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (Al-An’am: 1)

Yakni sekalipun demikian ada juga sebagian dari hamba-hamba-Nya yang kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu bagi-Nya, serta menjadikan baginya istri dan anak. Mahatinggi Allah dari semuanya itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Firman Allah Swt.:

{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ}

Dialah yang menciptakan kalian dari tanah (Al-An’am: 2)

Yakni bapak mereka semua, yaitu Nabi Adam; dialah asal mereka, dan darinya mereka keluar, lalu menyebar ke timur dan barat.

Firman Allah Swt.:

{ثُمَّ قَضَى أَجَلا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ}

Sesudah itu ditentukan-Nya ajal, dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An’am: 2)

Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ajal pertama adalah mati, sedangkan yang kedua dimaksudkan ialah ketentuan untuk berbangkit di akhirat.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Atiyyah, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan serta lain-lainnya.

Menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri dalam suatu riwayat yang bersumber darinya sehu­bungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal (Al-An’am: 2) Bahwa yang dimaksud ialah ‘masa antara sejak ia diciptakan sampai meninggal dunia’. Sedangkan firman-Nya: dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An’am: 2) Yakni antara dia meninggal dunia sampai ia dibangkitkan.

Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya. Penentuan ajal yang pertama bersifat khusus, yakni menyangkut usia setiap manusia; sedangkan penentuan ajal kedua bersifat umum, yakni menyangkut usia dunia seluruhnya; kemudian habislah usia dunia, lalu lenyap dan kembali ke alam akhirat.

Dari Ibnu Abbas dan Mujahid disebutkan sehubungan dengan firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An’am: 2) Yakni usia dunia. dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada di sisi-Nya. (Al-An’am: 2) Yakni usia seseorang sampai saat kematiannya.

Seakan-akan takwil ini berpangkal kepada pengertian yang terkandung pada ayat berikutnya yang menyebutkan:

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ

Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. Dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An’am: 60), hingga akhir ayat.

Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An’am: 2) Yakni tidur. Di dalam tidur roh seseorang dimatikan, kemudian kembali lagi kepadanya saat ia terbangun dari tidurnya. dan ada lagi suatu ajal yang ketentuannya ada di sisi-Nya. (Al-An’am: 2) Yakni batas usia seorang manusia.

Tetapi pendapat ini berpredikat garib.

****

Makna firman-Nya:

{عِنْدَهُ}

ada di sisi-Nya. (Al-An’am: 2)

Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah. Perihalnya sama dengan makna dalam firman-Nya:

{إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}

Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A’raf: 187)

Sama pula dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya:

{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}

Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi’at: 42­44)

****

Mengenai firman Allah Swt.:

{ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ}

Kemudian kalian masih ragu-ragu. (Al-An’am: 2)

Menurut As-Saddi dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah ‘kemudian kalian meragukan tentang hari kiamat’.

****

Firman Allah Swt.:

{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}

Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan. (Al-An’am: 3)

Para ulama tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini menjadi berbagai pendapat sesudah mereka sepakat mengingkari pendapat golongan Jahmiyah pertama, yaitu yang mengatakan hal-hal yang Allah Swt. Mahatinggi dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Mereka menginterpretasikan ayat ini dengan pengertian bahwa Allah berada di semua tempat.

Pendapat yang paling sahih mengatakan bahwa Dialah yang diseru di langit dan di bumi, yakni Tuhan yang disembah dan ditauhidkan. Semua makhluk yang di langit dan di bumi mengakui-Nya sebagai Tuhan, mereka semuanya menyembah kepada-Nya dengan rasa harap dan takut, kecuali orang yang kafir dari kalangan jin dan manusia. Takwil seperti ini semisal dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

{وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ}

Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi (Az-Zukhruf: 84)

Yakni Dialah Tuhan semua makhluk yang di langit dan Tuhan semua makhluk yang di bumi.

Dengan demikian, berarti firman Allah Swt.:

{يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ}

Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan. (Al-An’am: 3)

berkedudukan sebagai kalimat berita atau keterangan keadaan.

Pendapat kedua mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ‘Dia adalah Allah Yang mengetahui semua yang di langit dan semua yang di bumi, yakni semua yang tersembunyi dan semua yang kelihatan’. Berdasarkan takwil ini, berarti lafaz ya’lamu (mengetahui) berkaitan dengan firman-Nya:

{فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ}

di langit dan di bumi (Al-An’am: 3)

Penjabarannya ialah bahwa Dialah Allah Yang mengetahui rahasia kalian dan lahiriah kalian, baik yang di langit maupun yang di bumi, dan Dia mengetahui semua apa yang kalian usahakan.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa firman Allah Swt.:

{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ}

Dan Dialah Allah (yang disembah) di langit. (Al-An’am: 3)

diwaqafkan (dihentikan bacaannya) secara sempurna. Kemudian dimulai dengan berita baru, yaitu firman-Nya:

{وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}

Dan Dia di bumi mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan. (Al-An’am: 3)

Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Dan firman-Nya:

{وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}

dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan. (Al-An’am: 3)

Yakni mengetahui semua amal perbuatan kalian, yang baik dan yang buruknya.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo