Al-Anbiya, ayat 44-47

Al-Anbiya, ayat 44-47

{بَلْ مَتَّعْنَا هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ (44) قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ وَلا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ (45) وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (46) وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ (47) }

Sesungguhnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? Katakanlah (hai Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan.” Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, “Aduhai, celakalah kami, bahwa kami , adalah orang yang menganiaya diri sendiri.”Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik; sesungguhnya yang mendorong dan menjerumuskan mereka ke dalam lembah kesesatan ialah karena mereka diberi kenikmatan kehidupan dunia dan mereka tenggelam ke dalam kesenangannya. Umur mereka dipanjangkan dalam kesesatannya sehingga mereka menduga bahwa diri mereka mempunyai sesuatu pegangan hidup. Kemudian Allah berfirman menasihati mereka:

{أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا}

Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. (Al-Anbiya: 44)

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini. Dalam tafsir surat Ar-Ra’d telah kami sebutkan bahwa tafsir yang paling baik sehubungan dengan makna ayat ini ialah dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:

{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami telah datangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al-Ahqaf: 27)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah suatu berita gembira akan menangnya Islam atas kekufuran. Dengan kata lain, tidakkah mereka mengambil pelajaran dari pertolongan Allah kepada kekasih-kekasih-Nya atas musuh-musuh-Nya, dan Allah telah membinasa­kan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dari kalangan penduduk negeri-negeri yang aniaya, dan Dia menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman? Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

{أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ}

Maka apakah mereka yang menang? (Al-Anbiya: 44)

Yakni bahkan merekalah yang dikalahkan, direndahkan, dirugikan lagi terhina.

Firman Allah Swt.:

{قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ}

Katakanlah (hai Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu.” (Al-Anbiya: 45)

Yaitu sesungguhnya aku hanya menyampaikan dari Allah apa yang aku peringatkan kepada kalian, yaitu pembalasan dan azab-Nya, melalui wahyu yang diturunkan-Nya kepadaku. Akan tetapi, peringatan ini tiada gunanya lagi bagi orang-orang yang pandangan hatinya dibutakan oleh Allah dan pendengaran serta hatinya telah dikunci mati oleh-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:

{وَلا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ}

dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan. (Al-Anbiya: 45)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

{وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}

Dan sesungguhnya jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhan­mu, pastilah mereka berkata, “Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri.” (Al-Anbiya: 46)

Maksudnya, bilamana mereka yang mendustakan rasul-rasuI-Nya itu tertimpa oleh sedikit dari azab Allah, tentulah mereka mengakui dosa-dosanya dan bahwa mereka adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri di dunia ini.

Firman Allah Swt.:

{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا}

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. (Al-Anbiya: 47)

Yakni Kami akan meletakkan timbangan (neraca) yang tepat kelak di hari kiamat bagi amal perbuatan mereka. Menurut pendapat kebanyakan ulama, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah sebuah neraca, dan sesungguhnya diungkapkan dalam ayat ini dalam bentuk jamak hanyalah karena me­mandang dari segi banyaknya amal perbuatan yang ditimbang dengannya.

Firman Allah Swt.:

{فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}

maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)wya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47)

Semakna dengan apa yang disebutkan Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}

Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49)

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40)

Dan firman Allah Swt., menyitir kata-kata Luqman kepada anak-anaknya:

{يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ}

Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 16)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Ada dua kalimat yang ringan dibaca lisan, tetapi berat di dalam timbangan lagi disukai oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu Subhanallah (Mahasuci Allah) Wabihamdihi (dan dengan memuji kepada-Nya) Subhanallahil ‘Azim (Mahasuci Allah lagi Mahabesar).

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Lais ibnu Sa’d, dari Amir ibnu Yahya, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul ‘As menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. memanggil seorang lelaki dari kalangan umatku di antara para makhluk kelak di hari kiamat. Lalu dibeberkan di hadapan lelaki itu sembilan puluh sembilan catatan, setiap catatan selebar sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman, “Apakah engkau mengingkari sesuatu dari catatan ini? Dan apakah para malaikat pencatat amal-Ku berbuat aniaya kepadamu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak, ya Tuhanku.” Allah berfirman, “Apakah kamu punya alasan atau suatu kebaikan?” Lelaki itu terdiam, lalu menjawab, “Tidak punya, ya Tuhanku.” Allah berfirman, “Tidak demikian, kamu punya suatu amal kebaikan di sisi Kami, pada hari ini kamu tidak akan dianiaya.” Lalu dikeluarkanlah sebuah kartu yang padanya tercatat kalimat, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Maka Allah berfirman, “Datangkanlah ia.” Lalu lelaki itu bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah kartu ini dan semua lembaran catatan ini?” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu tidak dianiaya.” Maka diletakkan­lah lembaran catatan pada salah satu dari kedua sisi neraca itu, sedangkan di sisi lainnya diletakkan kartu tersebut. Ternyata timbangan lembaran catatan amal perbuatan ringan, sedangkan timbangan kartu itu berat. Rasul Saw. bersabda, “Tiada sesuatu pun yang lebih berat daripada Bismillahir Rahmanir Rahim.”

Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini —juga Ibnu Majah melalui hadis— Al-Lais ibnu Sa’d; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Amr ibnu Yahya, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat neraca akan diletakkan, lalu dihadapkan seorang lelaki (yang akan ditimbang), maka ia diletakkan di salah satu dari kedua sisi neraca itu, sedangkan di sisi lainnya di letakkan catatan amal perbuatannya, dan ternyata catatan amal perbuatannya lebih berat. Kemudian lelaki itu dikirimkan ke neraka. Tetapi ketika lelaki itu dibawa ke neraka, tiba-tiba terdengarlah suara seruan dari sisi Tuhan Yang Maha Pemurah seraya mengatakan, “Janganlah kalian (para malaikat) tergesa-gesa, karena sesungguhnya ia masih mempunyai suatu amal lagi.” Lalu didatangkanlah sebuah kartu yang padanya tertulis kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah.” Dan kartu itu diletakkan di timbangannya, sehingga timbangannya jauh lebih berat dari catatan perbuatannya).

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Nuh, telah menceritakan kepada kami Laioe ibnu Sa’d, dari Malik ibnu Anas, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Absyah, bahwa seorang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah Saw. duduk di hadapan beliau, lalu lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki budak-budak yang pernah berdusta, berkhianat dan menentang perlakuan terhadap caci maki mereka. Bagaimanakah tentang perlakuanku terhadap mereka itu? Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Kelak akan diperhitungkan kadar khianat, durhaka, dan dusta mereka kepadamu, dan hukuman yang kamu jatuhkan kepada mereka. Jika hukumanmu kepada mereka sesuai dengan kadar pelanggaran mereka, maka hal itu impas, tidak membawa manfaat kepadamu dan tidak pula menimpakan mudarat kepadamu. Jika hukumanmu kepada mereka masih di bawah kadar pelanggaran mereka, maka hal itu merupakan suatu keutamaan bagimu. Dan jika hukumanmu kepada mereka lebih dari kadar pelanggaran mereka, maka mereka akan menuntut balas darimu kelebihan hukuman yang kamu jatuhkan kepada mereka. Kemudian lelaki itu menangis di hadapan Rasulullah Saw. seraya bergumam. Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Mengapa dia tidak membaca firman Allah Swt. yang mengatakan: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan sesesorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya sebesar biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat Perhitungan’ (Al-Anbiya: 47).” Maka lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah, tiadajalan lain yang lebih baik bagiku selain berpisah dari mereka —yakni budak-budaknya—. Sesungguhnya aku bersaksi kepadamu bahwa mereka semuanya merdeka.”

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo