Al-A’raf, ayat 144-145

Al-A’raf, ayat 144-145

{قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (144) وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الألْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْعِظَةً وَتَفْصِيلا لِكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ (145) }

Allah berfirman, “Hai Musa. sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepada kalian, dan hendaklah kalian termasuk orang-orang yang bersyukur.” Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman), “Berpeganglah kepadanya dengan teguh, dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia berbicara kepada Musa, Dia memilihnya di atas semua orang-orang yang semasanya untuk membawa risalah-Nya dan untuk berbicara langsung dengan-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah penghulu semua anak Adam dari yang pertama hingga yang terakhir. Karena itulah Allah Swt. menjadikannya sebagai penutup para nabi dan para rasul, dan syariatnya terus berlaku sampai hari kiamat terjadi. Para pengikutnya lebih banyak daripada para pengikut nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya. Sesudah beliau Saw. dalam hal kemuliaan dan keutamaan menyusul Nabi Ibrahim a.s. kekasih Allah, kemudian Musa ibnu Imran yang pernah diajak berbicara langsung dengan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dalam ayat ini disebutkan:

{فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ}

sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu. (Al-A’raf: 144)

Yakni pembicaraan dan munajat secara langsung ini.

{وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ}

dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (Al-A’raf: 144)

Maksudnya, bersyukur atas karunia tersebut, dan janganlah kamu meminta apa yang tidak ada kekuatan bagimu terhadapnya.

Selanjutnya Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menuliskan untuk Musa di dalam luh-luh (kitab Taurat) segala sesuatunya sebagai pelajaran dan keterangan bagi segala sesuatu. Menurut suatu pendapat, luh-luh tersebut dari pertama, dan bahwa Allah Swt. menuliskan di dalamnya semua pelajaran dan hukum-hukum yang terinci menerangkan tentang halal dan haram. Dan luh-luh tersebut di dalamnya tercakup isi kitab Taurat yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya.

{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ}

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia. (Al-Qashash: 43)

Menurut suatu pendapat, luh-luh itu diberikan kepada Musa sebelum dia menerima kitab Taurat.

Pada garis besarnya luh-luh tersebut merupakan pengganti bagi Musa dari permohonan yang dia mintakan untuk dapat melihat Allah, lalu Allah Swt melarangnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

{فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ}

Berpeganglah kepadanya dengan teguh. (Al-A’raf: 145)

Yakni dengan tekad yang bulat untuk taat.

{وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا}

dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya. (Al-A’raf: 145)

Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’b, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Musa a.s. diperintahkan (oleh Allah) untuk memegang teguh perintah-perintah yang paling berat yang ia anjurkan kepada kaumnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

{سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ}

nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A’raf: 145)

Yaitu kamu akan melihat akibat orang-orang yang menentang perintah­Ku dan menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku, bagaimanakah kehancuran dan kebinasaan serta kerusakan yang akan mereka alami.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya dikatakan oleh firman Allah Swt.: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik. (Al-A’raf: 145) Hal ini perumpamaannya sama dengan perkataan seseorang kepada lawan bicaranya, “Besok saya akan memperlihatkan kepadamu apa yang akan dialami oleh orang yang menentang perintahku,” mengandung nada ancaman dan peringatan terhadap orang yang membangkang dan menentang perintahnya. Kemudian dinukil pula hal yang semisal dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri.

Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud oleh firman-Nya: nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik (Al-A’raf: 145) Yakni penduduk negeri Syam, dan Aku akan memberikannya kepadamu.

Sedangkan menurut pendapat lainnya lagi, negeri yang dimaksud ialah negeri tempat tinggal kaum Fir’aun. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih utama, karena hal ini terjadi setelah Musa dan kaumnya meninggalkan negeri Mesir, sedangkan khitab ini ditujukan kepada kaum Bani Israil sebelum mereka memasuki Padang Tih.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo