Al-Haqqah, ayat 19-24

Al-Haqqah, ayat 19-24

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (19) إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ (20) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (22) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ (24)

Adapun orang-orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata.”Ambillah, bacalah kitabku(ini).”Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”

Allah Swt. menceritakan perihal kebahagiaan yang diperoleh oleh orang-orang yang menerima kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya di hari kiamat dan kegembiraan mereka dengan hal tersebut. Bahwa karena gembiranya ia mengatakan kepada tiap-tiap orang yang dijumpainya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:

{هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ}

“Ambillah, bacalah kitabku (ini).”(Al-Haqqah: 19)

Yakni kemarilah dan bacalah kitabku ini. Ia mengatakan demikian karena mengetahui bahwa apa yang terdapat di dalamnya hanyalah kebaikan belaka, sebab dia termasuk orang-orang yang keburukannya telah diganti oleh Allah dengan kebaikan.

Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Ambillah, bacalah kitabku (ini). (Al-Haqqah: 19) Maksudnya, inilah kitabku, bacalah ia. Lafaz umu adalah ziyadah; demikianlah menurutnya, tetapi yang jelas lafaz haumu’ ini bermakna hakum, yakni ambillah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Matar Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Asim Al-Ahwal, dari Abu Usman yang telah mengatakan bahwa orang mukmin diberikan kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya dengan ditutupi oleh Allah. Lalu ia membaca keburukan-keburukannya; dan manakala ia lewati suatu amal keburukan, berubahlah roman wajahnya. Hingga manakala sampai pada amal-amal kebaikannya dan ia membacanya, maka roman wajahnya kembali berseri. Lalu ia mengulangi bacaan kitab catatan amalnya, tiba-tiba ia melihat catatan keburukannya telah diganti dengan kebaikan. Maka saat itulah ia mengatakan, “Ambillah, bacalah kitabku ini.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Walid ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah alias Hanzalah yang dimandikan oleh malaikat. Ia mengatakan, sesungguhnya Allah menghentikan hamba-Nya di hari kiamat, lalu menampakkan kepadanya keburukan-keburukannya yang tertulis di bagian luar catatan amal perbuatannya, lalu Allah berfirman kepadanya, “Engkau tentu mengetahui ini.” Si hamba yang bersangkutan menjawab, “Ya, wahai Tuhanku.” Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya, “Sesungguhnya Aku tidak akan mempermalukanmu dengannya, dan sesungguhnya sekarang Aku telah mengampunimu.” Maka pada saat itulah si hamba yang bersangkutan mengatakan: “Ambillah, bacalah kitabku (ini).” Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 19-20) karena yakin dirinya telah selamat dari hal yang mempermalukan dirinya di hari kiamat.

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan sebuah hadis sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Umar ketika ditanya tentang pembicaraan rahasia. Lalu ia menjawab bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Allah Swt. mendekatkan hamba-Nya di hari kiamat, lalu membuatnya mengakui semua dosanya, hingga manakala hamba yang bersangkutan merasa bahwa dirinya akan binasa. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menutupinya terhadapmu ketika di dunia, dan pada hari ini Aku memaafkannya bagimu.” Kemudian diberikan buku catatan amal kebaikannya dari sebelah kanannya. Adapun orang kafir dan orang munafik, maka para saksi mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhannya. Ingatlah, laknat Allah menimpa orang-orang yang zalim.”

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلاقٍ حِسَابِيَهْ}

Sesungguhnya aku yakin bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 20)

Yakni sesungguhnya aku ketika di dunia meyakini bahwa hari ini pasti akan terjadi, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُوا رَبِّهِمْ

(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya. (Al-Baqarah: 46)

Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:

{فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ}

Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (Al-Haqqah;21)

Lafaz radiyah bermakna mardiyyah, yakni diridai.

{فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ}

dalam surga yang tinggi. (Al-Haqqah: 22)

Artinya, yang gedungnya tinggi-tinggi, bidadarinya cantik-cantik, tempat-tempat tinggal yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Atabah alias AL-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari Sa’id ibnu Yusuf. dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut, bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang keadaan ahli surga, apakah mereka saling berkunjung di antara sesamanya? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Benar, Sesungguhnya para penghuni derajat yang tertinggi benar-benar turun ke tempat para penghuni derajat yang di bawahnya, lalu mengucapkan salam penghormatan kepada mereka dan mereka menjawab salam penghormatannya. Para penghuni derajat yang di bawah tidak mampu naik ke tempat para penghuni derajat yang tertinggi disebabkan kurangnya amal perbuatan mereka.

Di dalam kitab sahih telah disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:

Sesungguhnya surga itu terdiri dari seratus tingkatan, dan jarak di antara satu tingkatan ke tingkatan yang lainnya sama dengan jarak antara langit dan bumi.

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

{قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ}

Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23)

Menurut Al-Barra ibnu Azib, dekat artinya mudah dipetik oleh seseorang dari mereka, sekalipun ia berada di atas tempat tidurnya dalam keadaan berbaring. Hal yang sama telah dikatakan bukan hanya oleh seorang.

Imam Tabrani telah meriwayatkan dari Ad-Duburi, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdur Rahman ibnu Ziad ibnu An’am, dari Ata ibnu Yasar. dari Salman Al-Farisi yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun yang masuk surga kecuali dengan membawa jawaz (paspor), yaitu Bismillahir Rahmanir Rahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) ini adalah surat izin dari Allah buat si Fulan bin Fulan. Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi, yang buah-buahannya dekat!

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ad-Diya dalam Bab “Sifatul Jannah” melalui jalur Sa’dan ibnu Sa’id, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

Orang mukmin diberi izin lewat di Sirat, yaitu: “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ini adalah izin masuk dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana buat si Fulan.” Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi yang buah-buahannya dekat.

*******************

Firman Allah Swt.:

{كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ}

(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqqah: 24)

Yakni dikatakan kepada mereka hal tersebut sebagai anugerah buat mereka dan kebaikan serta kebajikan dari Tuhan mereka. Karena sesungguhnya telah disebutkan di dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa beliau Saw. telah bersabda:

“Beramallah, luruslah dan dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), dan ketahuilah bahwa seseorang dari kalian tidak akan dapat dimasukkan ke dalam surga oleh amal perbuatannya.” Mereka bertanya, “Termasuk juga engkau, ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. menjawab, “Dan tidak pula aku, kecuali bila Allah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia dari-Nya.”

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo