Al-Waq’iah, ayat 83-87

Al-Waq’iah, ayat 83-87

{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (86) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87) }

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal ketika itu kamu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar.

Firman Allah Swt.:

{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ}

Maka mengapa ketika sampai. (Al-W’aqi’ah: 83)

Yakni nyawa atau roh.

{الْحُلْقُومَ}

di kerongkongan. (Al-Waqi’ah: 83)

Maksudnya, tenggorokan. Hal ini terjadi di saat seseorang mengalami ihtidar (sekarat)nya, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{كَلا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ. وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ. وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ. وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ}

Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu digiring. (Al-Qiyamah: 26-30)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan:

{وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ}

padahal ketika itu kamu melihat. (Al-Waqi’ah: 84)

Yakni kepada orang yang sedang ihtidar dan sakaratulmaut yang dialaminya.

{وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ}

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. (Al-Waqi’ah: 85)

Yaitu melalui malaikat-malaikat Kami.

{وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ}

Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi’ah: 85)

Artinya, tetapi kalian tidak melihat mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah. Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat. (Al-An’am: 61-62)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

{فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ تَرْجِعُونَهَا}

maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya). (Al-Waqi’ah: 86-87)

Maknanya ialah bahwa mengapa kamu tidak mengembalikan roh yang sekarang telah sampai di kerongkonganmu ke tempatnya semula dalam tubuhmu, jika kamu merasa tidak berada dalam kekuasaan Allah? Menurut Ibnu Abbas r.a. makna madinin ialah dihisab. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Abu Hirzah.

Sa’id ibnu Jubair dan Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mengapajika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (Al-Waqi’ah: 86) Yakni tidak percaya bahwa kamu akan dibalasi dan dibangkitkan serta dihisab, maka kembalikanlah rohmu itu ke tempatnya.

Diriwayatkan pula dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak dikuasai (oleh Allah). (Al-Waqi’ah: 86) Yaitu tidak meyakini.

Maimun ibnu Mahran mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak diazab dan tidak dikalahkan.

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo