Ali Imran, ayat 149-153

Ali Imran, ayat 149-153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ (151) وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (152) إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (153)

Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain memanggil kalian. Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas kesedihan, supaya kalian jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian dan terhadap apa yang menimpa kalian. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap sikap menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, karena sesungguhnya taat kepada mereka dapat mengakibatkan kehancuran dan kehinaan di dunia dan akhirat. Karena itulah Allah Swt. berfirman:

{إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ}

jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 149)

Selanjutnya Allah memerintahkan mereka agar taat kepada-Nya, berpihak kepada-Nya, membantu menegakkan agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ}

Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong. (Ali Imran: 150)

*******************

Kemudian Allah Swt. menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa Dia akan menimpakan ke dalam hati musuh-musuh mereka rasa takut dan hina terhadap mereka, disebabkan kekufuran dan kemusyrikan musuh-musuh mereka. Selain itu Allah telah menyiapkan buat musuh-musuh mereka itu azab dan pembalasan di kampung akhirat nanti. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

{سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}

Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 151)

Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain sebuah hadis dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Aku telah diberi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku, yaitu: Aku diberi pertolongan melalui rasa takut (yang ditimpakan ke dalam hati musuh) sejauh perjalanan satu bulan, dijadikan untukku tanah ini sebagai masjid (tempat salat) dan suci (lagi menyucikan), dihalalkan bagiku ganimah-ganimah (rampasan perang), aku diberi izin untuk meruberikan syafaat, dan dahulu seorang nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya sendiri, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Sayyar, dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah menjadikan aku lebih utama di atas para nabi —atau atas seluruh umat (manusia)— dengan empat perkara. Aku diutus untuk seluruh umat manusia; bumi seluruhnya dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan suci (lagi menyucikan), maka di mana pun seseorang dari umatku menjumpai waktu salat, di tempat itulah masjid dan sarana bersucinya; aku diberi pertolongan melalui rasa takut yang mencekam hati musuh-musuhku dalam jarak perjalanan satu bulan; dan ganimah (rampasan perang) dihalalkan bagiku.

Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman At-Taimi, dari Yasar Al-Qurasyi Al-Umawi —maula mereka adalah Ad-Dimasyqi, penduduk kota Basrah—, dari Abu Umamah (yaitu Sada ibnu Ajlan r.a.) dengan lafaz yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Sa’id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Abu Yunus telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diberi pertolongan dengan melalui rasa takut yang mencekam musuh.

Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Ibnu Wahb.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dianugerahi lima perkara, yaitu aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan hitam (seluruh umat manusia); tanah dijadikan untukku suci (lagi menyucikan) dan sebagai masjid; ganimah dihalalkan bagiku, sedangkan sebelumku ganimah tidak pernah dihalalkan buat seorang pun; aku diberi pertolongan dengan rasa takut (yang mencekam hati musuh) dalam jarak perjalanan satu bulan; aku diberi izin memberikan syafaat, tiada seorang nabi pun melainkan pernah meminta syafaat, dan sesungguhnya aku simpan syafaatku buat orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut. (Ali Imran: 151). Allah menimpakan rasa takut ke dalam hati Abu Sufyan (dalam Perang Ahzab, pent.), maka ia kembali ke Mekah (bersama pasukan bersekutunya). Lalu Nabi Saw. bersabda:

Sesungguhnya Abu Sufyan telah tertimpa suatu tekanan dari kalian; kini ia kembali, sedangkan Allah telah memasukkan rasa takut ke dalam hatinya.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah telah menjanjikan kepada kaum mukmin akan beroleh kemenangan. Menurut salah satu di antara dua pendapat yang disebut di muka, firman Allah Swt. yang mengatakan:

إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ بَلى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (Ali Imran: 124-125)

menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam Perang Uhud. Karena jumlah pasukan musuh mereka terdiri atas tiga ribu personel. Ketika pasukan kaum muslim menghadapi mereka, maka kemenangan dan keberuntungan berada di pihak pasukan Islam pada permulaan siang harinya. Tetapi setelah terjadi pelanggaran perintah yang dilakukan oleh pasukan pemanah kaum muslim dan sebagian pasukan kaum muslim merasa frustasi, maka janji ini ditangguhkan, karena syarat dari janji ini ialah hendaknya mereka sabar dalam menghadapi musuh dan taat kepada pimpinan (Nabi Saw.). Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:

{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ}

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian. (Ali Imran: 152),

Yakni pada permulaan siang hari.

{إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ}

Ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152),

Yaitu kalian dapat membunuh mereka dengan kekuasaan Allah yang diberikan kepada kalian terhadap mereka.

{حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ}

sampai pada saat kalian lemah. (Ali Imran: 152)

Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan al-fasyl ialah frustasi atau menjadi pengecut.

{وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ}

dan kalian berselisih dalam urusan itu dan kalian mendurhakai perintah (Rasul). (Ali Imran: 152), Seperti yang terjadi pada pasukan pemanah kaum muslim.

{مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ}

sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. (Ali Imran: 152)

Yakni kemenangan yang kalian raih atas mereka.

{مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا}

Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia. (Ali Imran: 152)

Mereka adalah orang-orang yang menginginkan dapat ganimah setelah melihat pasukan musuh terpukul mundur.

{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ}

dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152)

Kemudian Allah memberikan kesempatan menang kepada mereka atas kalian untuk menguji dan mencoba kalian.

{وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ}

dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152)

Yakni mengampuni kalian atas perbuatan kalian yang demikian itu, karena —hanya Allah Yang lebih mengetahui— jumlah personel pasukan musuh dan peralatan mereka lebih banyak, sedangkan pasukan kaum muslim dan peralatannya sedikit.

Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152) Yaitu dengan tidak memusnahkan kalian. Hal yang sama dikatakan pula oleh Muhammad ibnu Ishaq; kedua riwayat ini diceritakan oleh Ibnu Jarir.

{وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ}

Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 152)

*******************

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya, dari Ubaidillah, dari Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa Allah belum pernah menolong Nabi Saw. seperti pertolongan-Nya dalam Perang Uhud. Ketika kami mengingkari hal tersebut, maka Ibnu Abbas berkata bahwa ia berani bersumpah atas nama Kitabullah antara dirinya dan orang yang mengingkari hal tersebut. Karena sesungguhnya dalam Perang Uhud Allah Swt. telah berfirman: Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152); Ibnu Abbas dan Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna al-fasyl yang ada dalam firman-Nya: sampai pada saat kalian lemah dan berselisih pendapat dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152), hingga akhir ayat. Yang dimaksud dengan ‘kalian’ dalam ayat ini adalah pasukan pemanah, karena Nabi Saw. menempatkan mereka dalam suatu posisi yang sangat strategis, lalu beliau bersabda: Lindungilah punggung kami; jika kalian melihat kami terpukul, janganlah kalian membantu kami; dan jika kalian melihat kami menjarah ganimah, janganlah kalian ikut-ikutan dengan kami (yakni tetaplah kalian pada posisi kalian dalam keadaan apa pun). Tetapi ketika Nabi Saw. dan pasukannya berhasil menjarah ganimah dan menyingkirkan pasukan kaum musyrik, maka semua pasukan pemanah turun ke medan pertempuran, ikut menjarah ganimah. Ketika pasukan kaum musyrik melihat posisi pasukan pemanah telah dikosongkan, maka pasukan berkuda kaum musyrik masuk dari celah tersebut dan menyerang sahabat-sahabat Rasulullah Saw. sehingga terjadilah perang sengit; sebagian mereka memukul sebagian yang lain karena dalam keadaan kalut, sehingga banyak dari kalangan pasukan kaum muslim yang terbunuh. Padahal pada awal pertempuran, kemenangan berada di pihak pasukan Rasulullah Saw. sehingga mampu membunuh sekitar tujuh atau sembilan orang pasukan kaum musyrik yang memegang panji. Kemudian pasukan kaum musyrik beroleh kemenangan dan maju ke arah bukit, tetapi mereka tidak mampu sampai ke bukit karena orang-orang mengatakan bahwa pasukan kaum muslim berada di dalam posisi kuat. Lalu setan berseru bahwa Muhammad telah terbunuh, dan mereka tidak meragukan kebenaran seruan tersebut. Kami (pasukan kaum muslim) masih tetap dalam keadaan tidak meragukan bahwa berita itu benar sebelum Rasulullah Saw. muncul dengan diapit oleh dua Sa’d; beliau kami kenal melalui kedua pundaknya apabila berjalan. Maka kami gembira sehingga kami merasakan bahwa seakan-akan kami tidak tertimpa bencana yang sekarang menimpa diri kami. Lalu Rasulullah Saw. naik ke arah kami seraya bersabda: Murka Allah sangat keras terhadap kaum yang berani melukai wajah Rasulullah. Terkadang beliau bersabda: Mereka tidak akan dapat mengalahkan kita. Ketika beliau Saw. sampai pada kami, maka beliau tinggal sesaat. Tiba-tiba Abu Sufyan berseru dari arah bawah bukit, “Tinggilah Hubal,” sebanyak dua kali menyebut nama berhala sesembahannya, “Di manakah Ibnu Abu Kabsyah (maksudnya Nabi Saw.), di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?” Maka Umar r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku menjawabnya?” Nabi Saw. bersabda, “Ya.” Ketika Abu Sufyan menyerukan kalimat, “Tinggilah Hubal,” maka Umar r.a. menjawab, “Allah Mahatinggi lagi Mahaagung.” Abu Sufyan berkata, “Kamu telah enak sekarang?” Umar menjawab, “Karena meninggalkannya (Hubal).” Abu Sufyan kembali berkata, “Di manakah Ibnu Abu Kabsyah, di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?” Umar berkata, “Inilah Rasulullah, ini Abu Bakar, dan inilah aku, Umar.” Abu Sufyan berkata, “Kemenangan hari ini adalah pembalasan kekalahan dalam Perang Badar, hari-hari itu bergilir dan sesungguhnya perang itu silih berganti.” Umar menjawab, “Tidak sama. Orang-orang kami yang gugur berada di dalam surga, sedangkan orang-orang kalian yang gugur berada di dalam neraka.” Abu Sufyan berkata, “Itu hanyalah menurut dugaan kalian. Kalau demikian, berarti kami kecewa dan merugi.” Lalu Abu Sufyan berkata lagi, “Sesungguhnya kalian nanti akan menemukan di antara orang-orang kalian yang gugur ada yang dicincang, tetapi hal tersebut bukan keluar dari pendapat pemimpin-pemimpin kami.” Kemudian hati Abu Sufyan terbakar oleh fanatisme Jahiliah, lalu ia berkata lagi, “Ingatlah, jika hal tersebut terjadi, kami tidak membencinya (yakni menyetujuinya).”

Hadis ini garib, dan konteksnya mengherankan, ia termasuk salah satu di antara hadis mursal ibnu Abbas, karena sesungguhnya dia tidak ikut dalam Perang Uhud, baik dia sendiri ataupun ayahnya.

Imam Hakim mengetengahkannya di dalam kitab Mustadrak, dari Abun Nadr Al-Faqih, dari Usman ibnu Sa’id, dari Sulaiman ibnu Daud ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas dengan lafaz yang sama.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi dengan lafaz yang sama. Sebagian dari hadis ini ada saksi penguatnya di dalam kitab-kitab sahih dan kitab lainnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ata ibnus Saib, dari Asy-Sya’bi, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa kaum wanita dalam Perang Uhud berada di belakang pasukan kaum muslim, tugas mereka mengobati orang-orang yang terluka dari pasukan kaum musyrik. Seandainya aku bersumpah pada hari itu aku berharap dapat menunaikannya, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang menghendaki duniawi hingga Allah menurunkan firman-Nya: Di antara kalian ada yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152) Ketika sahabat-sahabat Rasulullah Saw. melanggar apa yang diperintahkan kepada mereka oleh Rasulullah Saw., maka beliau Saw. menyendiri bersama sembilan orang; tujuh orang dari kalangan Ansar dan yang dua orang lain dari kalangan Quraisy, sedangkan Nabi Saw. adalah orang yang kesepuluhnya. Ketika Nabi Saw. melihat bahwa mereka mengejar beliau, maka beliau bersabda: Semoga Allah merahmati seseorang yang dapat mengusir mereka (pasukan musuh) dari kami. Maka salah seorang Ansar maju bertempur selama sesaat hingga ia gugur. Ketika mereka masih mengejar beliau, maka beliau bersabda pula: Semoga Allah merahmati orang yang dapat mengusir mereka dari kami. Nabi Saw. terus-menerus mengucapkan demikian hingga tujuh orang yang melindungi dirinya gugur, lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada kedua temannya yang masih ada, “Kita tidak berbuat adil terhadap teman-teman kita.” Lalu Abu Sufyan tampil dan berkata, “Tinggilah Hubal!” Rasulullah Saw. bersabda, “Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi dan Mahaagung.” Maka mereka mengatakan, “Allah Mahatinggi dan Mahaagung.” Abu Sufyan berkata, “Kami mempunyai Uzza (yang artinya identik dengan pengertian kejayaan), sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza (berhala sesembahan mereka).” Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Jawablah oleh kalian, Penolong kami adalah Allah, dan orang-orang kafir tidak mempunyai penolong.” Abu Sufyan berkata, “Perang ini pembalasan Perang Badar, sehari kekalahan kami dan hari yang lain kemenangan kami, hari Nasa dan hari Nasar, Hanzalah dibalas dengan Hanzalah (kepahitan dibalas dengan kepahitan), dan si Fulan dibalas dengan si Fulan.” Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak sama. Adapun orang-orang kami yang gugur, mereka hidup dengan diberi rezeki, sedangkan orang-orang yang gugur dari kalian berada di dalam neraka dan diazab. Maka Abu Sufyan berkata.”Sesungguhnya di antara kaum yang gugur terdapat pencincangan. Dan jika hal itu memang ada, maka kami bersikap acuh terhadapnya. Aku tidak memerintahkan dan tidak pula melarang, aku tidak suka dan tidak pula benci, serta tidak membuatku sedih dan tidak membuatku senang.” Maka kaum muslim melihat-lihat, dan ternyata menjumpai Hamzah dalam keadaan perutnya telah dirobek. Hindun mengambil hatinya, lalu berupaya menelannya, tetapi ia tidak mampu memakannya. Ketika Rasulullah Saw. bertanya, “Apakah dia telah memakan sesuatu?” Mereka menjawab, “Tidak.” Maka Rasulullah Saw. bersabda: Allah tidak akan memasukkan sesuatu dari (tubuh) Hamzah ke dalam neraka. Lalu Rasulullah Saw. meletakkan jenazah Hamzah dan menyalatkannya. Lalu didatangkan jenazah seorang lelaki dari Ansar yang langsung diletakkan di sebelah jenazah Hamzah, kemudian beliau menyalatkannya. Jenazah orang Ansar itu diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak; hingga didatangkan lagi jenazah lainnya, lalu diletakkan di sebelah jenazah Hamzah, dan Rasulullah Saw. menyalatkannya. Setelah selesai, jenazah lain diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak, hingga dalam hari itu Rasulullah Saw. menyalatkan tujuh puluh jenazah.

Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad seorang.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa pada hari itu kami bersua dengan pasukan kaum musyrik, lalu Nabi Saw. menempatkan sepasukan pemanah (pada posisi yang strategis), dan mengangkat Abdullah ibnu Jubair sebagai pemimpin (komandan) mereka, lalu beliau Saw. bersabda: Janganlah kalian tinggalkan posisi ini; jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan atas mereka (musuh), kalian telap jangan meninggalkan ternpat ini. Dan juga jika kalian melihat mereka beroleh kemenangan atas kami, janganlah kalian membantu kami. Ketika kami bertempur dengan mereka dan mereka lari hingga aku melihat kaum wanita (musyrik) menaiki bukit seraya mengangkat kain mereka hingga gelang kaki mereka kelihatan. Maka pasukan kaum muslim berseru, “Ganimah, ganimah!” Abdullah ibnu Jubair berkata, “Ingatlah kalian kepada pesan Nabi Saw., jangan sekali-kali kalian meninggalkan posisi ini!” Tetapi mereka menolak (dan tetap turun merebut ganimah). Setelah mereka membangkang, perhatian mereka berpaling (ke arah ganimah), akibatnya tujuh puluh orang dari pasukan kaum muslim gugur di medan perang. Lalu muncullah Abu Sufyan dan berkata, “Apakah di antara kaum ada Muhammad?” Nabi Saw. bersabda, “Jangan kalian jawab dia.” Abu Sufyan berkata lagi, “Apakah di antara kaum ada Abu Quhafah?” Nabi Saw. bersabda, “Jangan kalian jawab dia.” Abu Sufyan berseru lagi, “Apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?” Karena tidak ada yang menjawab, akhirnya Abu Sufyan mengatakan, “Sesungguhnya mereka telah terbunuh. Seandainya mereka masih hidup, niscaya mereka akan menjawab seruanku ini.” Tetapi Umar tidak dapat menahan dirinya, maka ia berkata kepada Abu Sufyan, “Engkau dusta, hai musuh Allah! Semoga Allah mengekalkan apa yang menyusahkanmu.” Abu Sufyan berkata, “Tinggilah Hubal.” Nabi Saw. bersabda, “Jawablah dia.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apa yang harus kami katakan?” Nabi Saw. bersabda, “Katakanlah oleh kalian bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung.” Abu Sufyan berkata, “Kami mempunyai Uzza (kejayaan), sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza” Nabi Saw. bersabda, “Jawablah dia.” Mereka bertanya, “Apa yang harus kami katakan?” Nabi Saw. bersabda: Katakanlah oleh kalian bahwa Allah adalah Penolong kami, sedangkan kalian tidak mempunyai penolong. Abu Sufyan berkata, “Perang hari ini pembalasan Perang Badar. peperangan itu silih berganti, dan kalian akan menjumpai orang yang tercincang, tetapi aku tidak memerintahkannya dan tidak pula membuatku sedih (susah).”

Dari segi ini hadis hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri. Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Amr ibnu Khalid, dari Zuhair ibnu Mu’awiyah ibnu Abu Ishaq, dari Al-Barra dengan lafaz yang semisal. Nanti akan disebutkan hal yang lebih panjang lebar dari pembahasan ini.

Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa dalam peperangan Uhud ketika pasukan kaum musyrik terpukul mundur, iblis berseru, “Hai hamba-hamba Allah, mundurlah kalian ke belakang!” Maka pasukan yang terdepan mundur ke belakang hingga bertubrukan dengan pasukan yang berada di belakang (terlibat dalam pertempuran di antara sesama kawan). Dalam pertempuran itu tiba-tiba Huzaifah melihat ayahnya, yaitu Al-Yaman. Maka ia berseru, “Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku, dia adalah ayahku!” Akan tetapi, demi Allah, mereka tidak mempedulikannya hingga membunuhnya. Maka Huzaifah berkata, “Semoga Allah mengampuni kalian.” Urwah mengatakan, “Demi Allah, di dalam diri Huzaifah masih ada lebihan kebaikan hingga ia bersua dengan Allah Swt.”

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari kakeknya, bahwa Az-Zubair ibnul Awwam pernah menceritakan kisah berikut.”Demi Allah, aku melihat pelayan-pelayan Hindun dan semua teman wanitanya lari terbirit-birit seraya menyingsingkan kain mereka dengan meninggalkan semua barang bawaan mereka, baik yang banyak maupun yang sedikit. Kemudian pasukan pemanah menyerbu ke arah medan perang di saat kami mencegah mereka supaya jangan meninggalkan tempat mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan cegahanku demi merebut ganimah. dan mereka membiarkan kami pasukan kaum muslim tidak terlindungi dari arah belakang dari pasukan berkuda kaum musyrik. Kami diserang oleh pasukan berkuda dari arah belakang, ada seseorang yang menyerukan bahwa Muhammad telah terbunuh. Kami mundur, dan semua kaum pun (pasukan kaum muslim) mundur, padahal sebelumnya kami banyak membunuh para pemegang panji pasukan kaum musyrik, hingga tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mendekat kepadanya.” Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa pemegang panji pasukan kaum musyrik satu demi satu mati terbunuh hingga panji mereka dipegang oleh Amrah binti Alqamah Al-Harisiyyah, lalu ia menyerahkan panji itu kepada kabilah Quraisy, dan mereka langsung melipatnya.

As-Saddi meriwayatkan dari Abdu Khair, dari Ali ibnu Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa ia sama sekali belum pernah berpendapat bahwa ada seseorang di antara sahabat Rasulullah Saw. yang menghendaki duniawi sebelum diturunkan kepada kami apa yang diturunkan oleh Allah dalam Perang Uhud, yaitu firman-Nya: Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia. dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152)

Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Mas’ud. Hal yang sama diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf dan Abu Talhah. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ

Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152)

Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Rafi’ —salah seorang dari Bani Addi ibnun Najjar— yang menceritakan hadis berikut, bahwa Anas ibnu Nadr (paman Anas ibnu Malik) sampai kepada Umar ibnul Khattab dan Talhah ibnu Ubaidillah yang berada di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Ansar, mereka menjatuhkan semua senjata yang ada di tangan mereka. Anas ibnun Nadr bertanya, “Apakah yang menyebabkan kalian melepas senjata kalian?” Mereka menjawab, “Rasulullah Saw. telah gugur.” Anas Ibnun Nadr berkata, “Lalu apakah yang akan kalian lakukan dalam kehidupan sesudah peristiwa ini? Ayo bangkitlah, dan majulah sampai titik darah penghabisan untuk membela apa yang telah dibela beliau.” Kemudian Anas ibnun Nadr menghadapi pasukan musuh dan bertempur sendirian dengan gigihnya hingga gugur. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Talhah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas ibnu Malik, bahwa pamannya (yaitu Anas ibnun Nadr) tidak ikut dalam Perang Badar, lalu ia mengatakan, “Aku tidak ikut dalam permulaan peperangan yang dilakukan oleh Nabi Saw. (yakni Perang Badar). Sekiranya Allah memperkenankan aku ikut perang bersama Rasulullah-Saw. di masa datang, sungguh Allah akan menyaksikan apa yang akan aku lakukan.” Lalu ia ikut dalam Perang Uhud. Ketika orang-orang (pasukan kaum muslim) terpukul mundur, ia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta maaf kepada-Mu atas apa yang telah dilakukan mereka (pasukan kaum muslim yang mundur), dan aku nyatakan kepada-Mu berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik.” Kemudian ia maju dengan senjata pedangnya. Ketika bersua dengan Sa’d ibnu Mu’az, ia bertanya, “Hendak ke manakah engkau, hai Sa’d? Sesungguhnya aku menjumpai bau surga dari arah Uhud ini.” Lalu ia maju dan berperang dengan sengitnya hingga gugur. Tiada yang mengenalnya, hanya saudara perempuannya sendiri yang mengenalnya melalui tahi lalatnya atau jari jemarinya; sedangkan pada tubuhnya terdapat delapan puluh luka lebih akibat sabetan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah.

Demikianlah menurut lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari.

Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sabit ibnu Anas dengan lafaz yang semisal.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah. dari Usman ibnu Mauhib yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang melakukan ibadah haji, lalu ia melihat suatu kaum yang sedang duduk, maka ia bertanya, “Siapakah mereka yang sedang duduk itu?” Orang-orang menjawab, “Mereka adalah orang-orang Quraisy.” Lelaki itu bertanya, “Siapakah guru mengaji mereka?” Orang-orang menjawab, “Sahabat Ibnu Umar.” Lalu ia mendatanginya dan bertanya, “Sesungguhnya aku mau bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka aku memohon sudilah engkau menjawabnya.” Ibnu Umar berkata, “Bertanyalah.” Ia berkata.”Aku bertanya kepadamu demi kesucian Baitullah ini, tahukah engkau bahwa Usman ibnu Affan lari dalam Perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Ia bertanya lagi, “Kalau demikian, berarti engkau mengetahui pula bahwa dia absen dalam Perang Badar dan tidak (mengikuti)nya?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Ia berkata lagi, “Dan engkau pun pasti tahu pula bahwa dia absen pula dalam Bai’atur Ridwan dan tidak menyaksikan (mengikuti)nya.” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Lalu ia bertakbir. Maka Ibnu Umar berkata: Kemarilah, aku akan menceritakan kepadamu dan menjelaskan kepadamu hal-hal yang engkau tanyakan kepadaku tadi. Adapun mengenai dia (Usman) lari dalam Perang Uhud, maka aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkannya. Adapun mengenai ketidakhadirannya dalam Perang Badar, karena sesungguhnya dia sedang merawat putri Nabi Saw. yang menjadi istrinya yang saat itu sedang sakit. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Sesungguhnya engkau beroleh pahala seorang lelaki yang ikut dalam Perang Badar dan juga bagian (ganimah)nya.” Adapun mengenai ketidakhadirannya dalam Bai’at Ridwan, kisahnya adalah seperti berikut. Seandainya ada seseorang yang lebih dihormati di lembah Mekah daripada Usman, niscaya Nabi Saw. akan mengutusnya sebagai delegasi menjadi ganti Usman. Maka Nabi Saw. mengutus Usman, lalu terjadilah Bai’at Ridwan sesudah keberangkatan Usman ke Mekah. Maka Nabi Saw. bersabda seraya mengisyaratkan dengan tangan kanannya, “Inilah tangan Usman,” lalu beliau menepukkan tangan kanannya itu ke tangan kirinya seraya bersabda, “Ini adalah tangan Usman, sekarang pergilah engkau bersamanya!”

Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui jalur lain dari Abu Uwwanah, dari Usman ibnu Abdullah ibnu Mauhib.

*******************

Firman Allah Swt.:

إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلى أَحَدٍ

(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153)

Yakni kalian berpaling dari mereka (musuh kalian) ketika kalian terpaksa naik ke atas bukit, lari dari musuh kalian.

Al-Hasan dan Qatadah membacanya tas’aduna, yakni ketika kalian naik ke bukit.

{وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ}

dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153),

Yaitu sedangkan kalian tidak menoleh kepada seorang pun karena dalam keadaan kalut, takut, dan ngeri.

{وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ}

sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Artinya, kalian telah meninggalkan beliau di belakang kalian, sedangkan beliau berseru memanggil kalian agar jangan lari dari musuh, dan memerintahkan kalian agar kembali dan berperang menghadapi musuh.

As-Saddi mengatakan, ketika tekanan pasukan kaum musyrik bertambah berat atas pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik dapat memukul mundur pasukan kaum muslim, maka sebagian di antara pasukan kaum muslim ada yang lari masuk ke Madinah, sedangkan sebagian yang lain ada yang lari naik ke bukit dan berdiri di atas batu besar. Sedangkan Rasulullah Saw. menyeru mereka melalui sabdanya, “Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah. Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah!” Allah Swt. menceritakan perihal naiknya mereka ke atas bukit, lalu menceritakan pula perihal seruan Nabi Saw. yang ditujukan kepada mereka melalui firman-Nya: (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Qatadah, Ar-Rab’i, dan Ibnu Zaid.

Abdullah ibnuz Zaba’ri menceritakan perihal kekalahan pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud melalui qasidahnya, saat itu ia masih musyrik dan belum masuk Islam. Dalam permulaan qasidahnya itu ia mengatakan:

Wahai burung gagak pertanda perpisahan, apakah engkau mendengar? Katakanlah, sesungguhnya engkau hanya mengatakan sesuatu yang telah terjadi. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan itu ada masanya, masing-masing dari keduanya mempunyai bagian muka dan bagian belakang{nya).

Sampai ia mengatakan dalam qasidahnya:

Seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ia mengatakan:

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo