Ar-Rum, ayat 1-7

Ar-Rum, ayat 1-7

(Bangsa Rumawi)

تَفْسِيرُ سُورَةِ الرُّومِ

Makkiyyah, 60 ayat. Kecuali ayat 17, Madaniyyah. Turun sesudah surat Al-Insyiqaq.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

{الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4) بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5) وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (6) يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (7) }

Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arabia, juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhirnya kawasan kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) Yakni dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah penyembah berhala sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslim merasa suka bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia, karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, “Marilah kita menentukan batas waktunya antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami mendapat anu dan anu; dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan anu.” Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan ternyata pasukan Romawi tidak mengalami kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun (di atas lima tahun)?” Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa masa itu di bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh kemenangan. Sa’id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai yang keduanya dari Al-Husain ibnul Hurayyis, dari Muawiyah ibnu Amr, dari Abu Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, sesungguhnya kami mengenal hadis ini hanya melalui riwayat Sufyan, dari Habib. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ishaq As-San’ani, dari Muawiyah ibnu Amr dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir meriwayatkannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa’id atau Sa’id As’-Sa’labi yang dikenal dengan sebutan Abu Sa’id, dari kalangan ulama Tartus, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Fazzari, lalu ia menyebutkan hadis yang semisal. Dan dalam riwayat mereka disebutkan bahwa Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai kepadanya berita yang menyatakan bahwa orang-orang Romawi mengalami kemenangan sesudah pecahnya Perang Badar.

Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A’masy telah meriwayatkan dari Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah berkata, “Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab, pem­balasan, rembulan, dan Romawi.” Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Amir Asy-Sya’bi, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang telah mengatakan bahwa dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada bangsa Persia yang Wasani. Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang.” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami?” Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka orang-orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut, sehingga kaum muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: “Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, “Di bawah sepuluh tahun.” Nabi Saw. bersabda, “Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.” Abdullah ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6)

Hadis lain.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Umar Al-Waki’i, telah menceritakan kepada kami Mu-min, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) Orang-orang musyrik berkata kepada Abu Bakar, “Tidakkah kamu lihat apa yang telah dikatakan oleh temanmu (Nabi Saw.), dia menduga bahwa bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia.” Abu Bakar menjawab, “Benar apa yang dikatakan oleh temanku itu.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami?” Maka Abu Bakar menerima tantangan mereka dan menetapkan batas waktu yang dijadikan pegangan antara Abu Bakar dan mereka. Setelah batas waktu itu berlalu, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Ketika berita itu sampai kepada Nabi Saw., maka beliau merasa sukacita dan tidak senang mendengarnya, lalu beliau Saw. bersabda kepada Abu Bakar, “Apakah yang mendorongmu berani berbuat demikian?” Abu Bakar menjawab, “Sebagai bukti membenarkan Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar, “Tantanglah mereka lagi, besarkanlah taruhannya, dan jadikanlah batas waktunya sampai beberapa tahun (lagi).” Orang-orang musyrik kembali datang menemui Abu Bakar, maka Abu Bakar berkata, “Maukah kalian kutantang lagi, karena mengulangi hal ini lebih baik?” Mereka menjawab, “Baiklah.” Ternyata belum lagi habis beberapa tahun yang dimaksud, bangsa Romawi menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar (negeri Syam), dan mereka membangun kota Ar-Rumiyah. Lalu datanglah Abu Bakar kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda, “Itu adalah harta haram, maka sedekahkan harta tersebut (yang dihasilkan dari taruhan itu).”

Hadis lain.

Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari Urwah ibnu Zubair, dari Niyar ibnu Makram Al-Aslami yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Saat ayat ini diturunkan bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi dan mengalahkan mereka. Dan kaum muslim senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi dan mereka sama-sama Ahli Kitabnya (yakni agama yang mempunyai kitab suci). Sehubungan dengan peristiwa tersebut diturunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5) Sedangkan orang-orang musyrik Quraisy suka bila bangsa Persia beroleh kemenangan, karena mereka semua bukan Ahli Kitab, juga sama-sama tidak beriman terhadap hari berbangkit. Setelah ayat-ayat tersebut diturunkan, Abu Bakar keluar ke sekeliling penjuru kota Mekah seraya membacakan firman-Nya dengan suara keras, yaitu: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). (Ar-Rum: 1-4) Maka segolongan orang-orang musyrik Quraisy berkata kepada Abu Bakar, “Peristiwa tersebut menyangkut antara kami dan kalian, teman kalian mengira bahwa bangsa Romawi akan menang atas bangsa Persia dalam beberapa tahun mendatang, maukah kamu bertaruh dengan kami untuk hal ini?” Abu Bakar menjawab, “Ya, saya setuju.” Demikian itu terjadi sebelum diharamkannya taruhan. Maka Abu Bakar bertaruh dengan orang-orang musyrik dan mereka saling menetapkan jumlah taruhan itu. Orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Bakar, “Kita sepakat menamakan beberapa tahun dimulai dari tiga tahun sampai sembilan tahun. Bagaimana kalau kita tetapkan batas pertengahan di antara kamu dan kami untuk kita jadikan pegangan?” Akhirnya mereka sepakat menetapkan batas pengertian beberapa tahun itu dengan pengertian pertengahan menjadi enam tahun. Setelah berlalu masa enam tahun, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh kemenangan. Akhirnya orang-orang musyrik menarik taruhan Abu Bakar, dan setelah masuk tahun yang ketujuh barulah bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Kaum muslim mencela sikap Abu Bakar yang setuju dengan batas masa enam tahun, padahal Allah Swt. telah berfirman dalam Kitab-Nya, “Beberapa tahun.” Dengan terjadinya peristiwa tersebut banyak orang yang masuk Islam.

Demikianlah menurut teks yang diketengahkan oleh Imam Turmuzi. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad.

Hal yang semisal telah diriwayatkan secara mursal bersumber dari sejumlah tabi’in, seperti Ikrimah, Asy-Sya’bi, Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Az-Zuhri serta lain-lainnya.

Di antara teks yang paling garib sehubungan dengan kisah ini adalah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Sunaid ibnu Daud di dalam kitab tafsirnya.

Ia mengatakan: telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Abu Bakar ibnu Abdullah, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa di negeri Persia terdapat seorang wanita yang semua putranya adalah pendekar-pendekar dalam perang. Maka Kisra (Raja Persia) mengundangnya dan mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya aku berniat akan mengirimkan sejumlah pasukan untuk melawan bangsa Romawi, dan aku ingin agar yang memimpin pasukan itu adalah seorang lelaki dari anak-anakmu. Maka kemukakanlah pendapatmu kepadaku, siapakah yang pantas aku gunakan untuk tugas ini?” Wanita itu menjawab, “Inilah si Fulan, dia lebih licik daripada musang dan lebih awas daripada burung elang. Ini si Farkhan, dia lebih tajam daripada ujung tombak. Dan ini si Syahriraz, dia lebih hati-hati daripada semuanya. Silahkan pilih, mana di antara mereka yang engkau sukai.” Raja Persia berkata, “Sesungguhnya aku akan memakai orang yang paling hati-hati dari mereka.” Maka Raja Persia mengangkat Syahriraz sebagai panglima pasukannya. Syahriraz berangkat membawa pasukan Persia menuju ke negeri Romawi, dan ternyata dia berhasil memenangkan peperangan, banyak tentara Romawi yang gugur dalam perang itu; Syahriraz merusak kota-kota besar negeri Romawi dan menebangi pohon-pohon zaitunnya. Abu Bakar ibnu Abdullah (perawi) menceritakan kisah ini kepada Ata Al-Khurrasani, maka Ata berkata, “Sudahkah kamu melihat negeri Syam?” Aku (Abu Bakar ibnu Abdullah) menjawab, “Belum.” Ata berkata, “Ingatlah, bila kamu berkunjung ke negeri Syam, tentulah kamu akan menyaksikan kota-kota besar yang telah dihancurkan dan pohon-pohon zaitun yang telah ditebangi.” Sesudah itu aku pergi berkunjung ke negeri Syam, dan ternyata aku menyaksikan bekas-bekas tersebut. Ata Al-Khurrasani mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ya’mur, bahwa Kaisar Romawi mengirimkan seorang panglima perang bernama Qatmah untuk memimpin pasukan Romawi, sedangkan Kisra mengirimkan Syahriraz untuk memimpin pasukan Persia. Kedua pasukan bertemu dalam medan perang di antara azri’at dan Basra, kawasan negeri Syam yang paling dekat dengan kalian (orang Arab). Akhirnya pasukan Romawi dikalahkan oleh pasukan Persia. Mendengar berita tersebut orang-orang musyrik Quraisy merasa senang, sedangkan kaum muslim tidak suka dengan berita itu. Orang-orang musyrik menjumpai sahabat Nabi Saw. dan mengata­kan, “Sesungguhnya kalian Ahli Kitab dan orang Nasrani pun Ahli Kitab, sedangkan kami adalah orang-orang ummi. Dan saudara-saudara kami bangsa Persia (yakni dalam hal akidah) beroleh kemenangan atas saudara-saudara kalian Ahli Kitab. Dan sesungguhnya jika kalian memerangi kami, pastilah kami pun akan beroleh kemenangan atas kalian.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim, Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. (Ar-Rum: 5) Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang kafir dan mengatakan kepada mereka, “Apakah kalian merasa gembira dengan kemenangan saudara-saudara kalian atas saudara-saudara kami, janganlah kalian bergembira dahulu, kelak Allah pasti akan membuat hati kalian tidak senang. Demi Allah, sesungguhnya Dia akan memenangkan bangsa Romawi atas bangsa Persia; hal ini telah diberitakan kepada kami oleh Nabi kami.” Maka bangkitlah Ubay Ibnu Khalaf, lalu berkata, “Hai Abu Fudail (nama julukan lain Abu Bakar), kamu dusta.” Abu Bakar berkata kepadanya, “Engkau lebih dusta, hai musuh Allah.” Ubay berkata, “Aku berani bertaruh denganmu sepuluh ekor unta dariku dan sepuluh ekor unta darimu. Jika bangsa Romawi menang atas bangsa Persia, maka aku kalah. Dan jika bangsa Persia tetap menang, maka engkaulah yang kalah. Kita tunggu sampai tiga tahun mendatang.” Kemudian Abu Bakar datang menghadap Nabi Saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Nabi Saw. bersabda, “Bukan demikian yang kumaksudkan, sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu adalah antara tiga sampai sembilan tahun. Sekarang tambahlah taruhannya dan perpanjanglah masanya.” Abu Bakar keluar, lalu menjumpai Ubay. Ubay langsung berkata kepadanya, “Barangkali kamu menyesal.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, sekarang aku akan menambah taruhanku kepadamu dan memperpanjang masanya. Aku setuju bertaruh dengan seratus ekor unta sampai dengan masa sembilan tahun.” Ubay menjawab, “Saya setuju.” Dan ternyata belum lagi masa sembilan tahun habis, bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, akhirnya kaum muslim berhasil memenangkan taruhan itu. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa setelah bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, Farkhan (saudara Syahriraz) duduk sambil minum-minum, lalu berkata kepada teman-teman bawahannya, “Sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan diriku sedang duduk di atas singgasana Kisra (Raja Persia).” Ternyata pembicaraannya itu disadap, lalu sampai ke Kisra. Maka Kisra menulis surat perintah kepada Syahriraz yang isinya mengatakan, “Jika engkau telah membaca suratku ini, kirimkanlah kepadaku kepala Farkhan.” Syahriraz menjawab surat Kisra dengan mengatakan, “Wahai tuan raja, sesungguhnya engkau tidak akan dapat menjumpai orang yang seperti Farkhan. Dia ahli dalam bersiasat perang dan sangat disegani oleh lawan, jangan engkau lakukan hal tersebut.” Maka Kisra menjawab suratnya, “Sesungguhnya di kalangan pasukan Persia banyak dijumpai orang yang mampu menggantikan kedudukannya. Sekarang serahkanlah kepala Farkhan kepadaku.” Syahriraz kembali menjawab surat Kisra dan masih belum memenuhi perintahnya. Maka Kisra berkirim surat kepada pasukan Persia yang isinya mengatakan, “Sesungguhnya aku telah memecat Syahriraz sebagai panglima kalian, dan sebagai penggantinya aku angkat Farkhan.” Kemudian Kisra menulis surat rahasia kepada penyampai suratnya seraya mengatakan kepadanya, “Jika Farkhan telah menjabat sebagai panglima perang dan saudaranya (yaitu Syahriraz) tunduk kepadanya, maka berikanlah surat rahasia ini kepadanya.” Setelah Syahriraz membaca surat Kisra, ia mengatakan, “Aku tunduk dan patuh kepada perintah Kisra,” lalu ia turun dari jabatannya dan kedudukannya diganti oleh Farkhan. Maka surat rahasia itu disampaikan kepada Farkhan. Setelah ia membaca surat itu, berkatalah ia, “Hadapkan­lah kepadaku Syahriraz.” Ketika Syahriraz telah dihadapkan kepadanya, Farkhan bersiap-siap hendak memenggal kepalanya, tetapi Syahriraz berkata, “Jangan terburu-buru, sebelum aku menulis surat wasiatku.” Farkhan menjawab, “Baiklah.” Maka Syahriraz mengambil arsip dan memberikan kepada Farkhan beberapa lembar surat seraya berkata, “Semua surat ini membuktikan sanggahanku terhadap Kisra sehubungan dengan hukuman mati atas dirimu, dan sekarang engkau hendak membunuhku hanya dengan sebuah surat saja.” Maka Farkhan menyerahkan kembali tampuk kepemimpinan kepada saudaranya Syahriraz. Lalu Syahriraz berkirim surat kepada Kaisar Romawi yang isinya mengatakan, “Sesungguhnya aku mempunyai keperluan penting denganmu yang tidak dapat disampaikan melalui juru kirim surat dan tidak dapat ditulis di dalam lembaran-lembaran kertas, melainkan harus kusampaikan secara langsung kepadamu. Temuilah aku dengan mem­bawa lima puluh orang pasukan Romawi, aku pun akan menemuimu hanya dengan membawa lima puluh orang pasukan Persia.” Tetapi Kaisar Romawi datang dengan membawa lima ratus ribu orang pasukan dan memasang mata-matanya dijalan yang akan dilaluinya. Dia merasa khawatir bila berita ini hanya semata-mata tipu muslihat dari pihak musuh yang hendak menjebaknya. Kemudian datanglah mata-matanya melaporkan bahwa Syahriraz datang hanya dengan membawa lima puluh orang personil pasukannya. Kemudian raja (panglima pasukan) Romawi menyambut kedatangan panglima pasukan Persia dan keduanya mengadakan pertemuan di dalam sebuah tenda sutra yang khusus dibuat untuk pertemuan ini. Masing-masing pihak hanya membawa sebuah belati, lalu masing-masing pihak memanggil juru terjemahnya. Maka Syahriraz membuka pembicaraan, “Sesungguhnya orang-orang yang merusak kota-kota besarmu adalah aku dan saudaraku dengan tipu muslihat kami dan berkat keberanian kami. Dan sesungguhnya sekarang Kisra (Raja Persia) merasa dengki terhadap kami. Dia ingin agar aku membunuh saudaraku, tetapi aku menolaknya. Setelah itu Kisra memerintahkan kepada saudaraku untuk membunuhku. Sekarang kami berdua telah dipecat dari jabatan kami, dan berniat akan memeranginya bersama-sama denganmu.” Panglima pasukan Romawi berkata, “Kamu berdua benar.” Kemudian salah satu pihak berisyarat kepada pihak lain yang mengandung arti bahwa rahasia itu harus dipegang oleh dua orang. Bila lebih dari itu, maka rahasia tersebut akan terbongkar. Pihak yang lain memahami isyarat tersebut, lalu keduanya membunuh juru terjemahnya masing-masing dengan pisau belati. Setelah kejadian itu Allah membinasakan Kisra (yakni membuatnya kalah dalam peperangan), dan beritanya sampai kepada Rasulullah Saw. pada hari Perjanjian Hudaibiyah. Maka bergembiralah hati beliau bersama kaum muslim yang ada bersamanya saat itu. Hadis ini berpredikat garib, begitu pula teksnya.

Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini.

******************

Firman Allah Swt.:

{الم. غُلِبَتِ الرُّومُ}

Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2)

Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur’an di dalam tafsir surat Al-Baqarah.

Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s., mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama “orang-orang yang berkulit kuning (putih).” Mereka pada mulanya berpegang kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki. Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh buah, dikenal pula dengan sebutan “al-mutahayyirah.” Salat mereka menghadap ke arah utara; merekalah orang-orang yang membangun kota Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat mihrab-mihrab yang menghadap ke arah utara. Orang-orang Romawi pada mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih, yakni tiga ratus tahun kemudian.

Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri Syam bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukan kaisar. Raja pertama yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah Al-Gandaqiyah dari tanah Haran. Pada mulanya dialah yang lebih dahulu masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani. Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti ajakan ibunya.

Menurut suatu pendapat, ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka berdebat dengan Abdullah ibnu Arius, lalu mereka berselisih pendapat dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran.

Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup bersatu dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut dengan istilah “Amanat yang besar,” padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain merupakan pengkhianatan yang rendah.

Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan oleh golongan mereka. Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa a.s. dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad. Mereka menyembah salib, menghalalkan babi, dan membuat-buat hari perayaan yang mereka ada-adakan —seperti hari raya salib, hari raya kudus, dan lain sebagainya—yang merupakan buat-buatan mereka sendiri.

Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin seorang paulus yang merupakan pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan pendeta. Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban).

Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja dan tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja dan membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya membangun Al-Qumamah.

Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.

Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya’qubiyah, yaitu pengikut Ya’qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw.:

Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.

Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya hingga kaisar yang terakhir bernama Heraklius. Dia adalah seorang cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai masa keemasannya sehingga sebanding dengan kerajaan Persia. .

Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak, Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab penduduknya. Nama Raja Persia saat itu adalah Sabur yang dijuluki dengan nama Zul Aktaf. Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan Romawi; tampuk kepemimpinan orang-orang ‘Ajam dan bangsa Persia berada di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.

Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang memerangi Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel.

Kisra mengepung kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama sehingga membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut karena bentengnya yang sangat kuat dan letaknya sangat strategis.

Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel dari arah laut.

Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra me­rencanakan tipu muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya. Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang banyak sekali jumlahnya kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di dunia ini yang mampu memenuhinya. Harta tersebut berupa emas, perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai macam permintaan lainnya. Semuanya itu disetujui oleh kaisar, dan kaisar memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan bahwa seandainya dia dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra.

Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari benteng menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang terdapat di daerah-daerah tersebut.

Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng. Ketika kaisar telah siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata, “Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah kurencanakan sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah terlatih. Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun, berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak kembali kepada kalian sesudahnya, maka kalian boleh memilih: Jika kalian suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian; dan jika kalian lebih suka memilih selainku, aku persilakan.” Maka mereka menjawab bahwa mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka seumur hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun.

Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel bersama pasukannya menunggu kedatangan kaisar kembali ke Konstantinopel.

Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia dan pasukannya membuat kerusakan padanya dan membunuhi para penduduknya yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal. Dia terus melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh semua orang yang ada padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai, lalu mengirimkannya bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, “Inilah yang kamu minta, silakan ambil.”

Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra, tiada yang dapat menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah Swt., dan amarahnya makin bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi. Lalu ia melancarkan serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tetapi usahanya itu kandas dan sia-sia.

Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di celah Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan bagi kaisar untuk mencapai Konstantinopel.

Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang pun. Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun. Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa makanan hewan kendaraan, kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan satu hari. Sesampainya di atas, ia memerintahkan kepada pasukannya untuk melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui celah Jaihun).

Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai Sam sampai di tempat Kisra, maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintah­kan seluruh pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak dijaga oleh pasukan Persia.

Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di benteng Konstantinopel dengan selamat.

Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya. Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Negeri-negeri kaisar tidak dapat mereka taklukkan, sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan Romawi; semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan anak-anak mereka serta kaum wanita mereka telah dijadikan tawanan.

Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.

Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia —di mana pasukan Romawi mengalami kekalahan— terjadi di antara Azri’at dan Basra. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah serta selain keduanya. Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz.

Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan dengan perbatasan negeri Persia. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata “beberapa tahun,” yang menurut bahasa Arab pengertiannya menunjukkan antara tiga sampai sembilan.

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir serta selain keduanya melalui riwayat Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2), hingga beberapa ayat berikutnya.

“Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai sembilan tahun.”

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

*************

Firman Allah Swt.:

{لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ}

Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Ar-Rum: 4)

Maksudnya, sebelum dan sesudah peristiwa kemenangan itu; hal ini diungkapkan dengan mabnidam karena diputuskan dari idafah-nya.

{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ}

Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. (Ar-Rum: 4-5)

Yakni ditolong-Nya orang-orang Romawi pasukan kaisar raja negeri Syam atas pasukan Persia pendukung Kisra yang Majusi. Kemenangan pasukan Romawi atas pasukan Persia bertepatan dengan terjadinya Perang Badar, menurut pendapat sebagian besar ulama, seperti Ibnu Abbas, As-Sauri, As-Saddi, dan lain-lainnya.

Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, Abu Hatim, dan Al-Bazzar melalui hadis Al-A’masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa’id yang telah menceritakan bahwa ketika Perang Badar terjadi, bertepatan dengan itu bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin gembira mendengar berita tersebut, dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5)

Ulama lainnya mengatakan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia justru terjadi di tahun ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah. Demikianlah menurut pendapat Ikrimah, Az-Zuhri, dan Qatadah serta yang lainnya yang bukan hanya seorang. Sebagian dari mereka yang berpendapat demikian mengemukakan alasannya untuk mendukung pendapatnya ini, bahwa kaisar telah bernazar bahwa bila Allah memberikan kemenangan kepadanya atas Kisra, dia benar-benar akan berjalan kaki dari Himsa ke Yerussalem —yaitu berziarah ke Baitul Maqdis— sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah Swt. dan nazarnya itu benar-benar ia kerjakan.

Setelah berada di Baitul Maqdis dan belum lagi ia meninggalkannya, datanglah surat Rasulullah Saw. yang beliau kirimkan melalui Dihyah ibnu Khalifah. Dihyah menyerahkan surat itu kepada gubernur Basrah, lalu gubernur Basrah menyerahkannya kepada kaisar.

Setelah kaisar membaca surat Rasulullah Saw., ia meminta agar dapat berbicara dengan orang-orang Arab Hijaz yang sedang ada di negeri Syam. Saat itu Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb Al-Umawi sedang berada di Gazzah bersama sejumlah orang Quraisy dalam misi dagangnya. Maka mereka dipanggil menghadap kaisar dan duduk di hadapannya.

Lalu kaisar bertanya, “Siapakah di antara kalian yang paling dekat hubungan nasabnya dengan lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) yang mengakui dirinya sebagai seorang nabi?” Abu Sufyan menjawab, “Saya.”

Kaisar berkata kepada pembantu-pembantunya, “Persilakanlah mereka untuk duduk di belakang orang ini, karena sesungguhnya aku akan menanyainya tentang lelaki itu. Jika dia dusta, tentu mereka akan memprotesnya.” Abu Sufyan berkata (dalam hatinya), “Demi Allah, seandainya mereka tidak menekanku agar jangan berdusta, tentulah aku akan berdusta.”

Kemudian Heraklius Kaisar Romawi menanyai Abu Sufyan tentang nasab lelaki itu dan sifatnya. Pertanyaannya antara lain, “Apakah dia pernah ingkar janji?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak pernah. Kami sekarang berada dalam ikatan perjanjian dengannya, dan kami tidak mengetahui apakah yang akan dia lakukan terhadap perjanjian tersebut.” Yang dimaksud Abu Sufyan adalah Perjanjian Hudaibiyah yang telah ditandatangani oleh Rasulullah Saw. dan orang-orang kafir Quraisy untuk gencatan senjata selama sepuluh tahun.

Berdasarkan kisah ini mereka menyimpulkan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi di tahun Perjanjian Hudaibiyah, sebab kaisar baru memenuhi nazarnya setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Akan tetapi, bagi orang-orang yang berpendapat seperti pendapat pertama dapat mengemukakan alasannya, bahwa saat usai perang tentu saja negeri kaisar dalam keadaan rusak dan berantakan sehingga ia belum sempat memenuhi nazarnya sebelum memperbaiki apa yang telah rusak dari negerinya, ia sibuk memeriksa semua kawasan negerinya dan membangunnya kembali seperti semula. Setelah berlalu masa empat tahun seusai kemenangannya itu, barulah ia memenuhi nazarnya. Hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui.

Masalah ini tidaklah sulit. Yang jelas ketika bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi orang-orang mukmin merasa sedih dengan berita tersebut. Dan ketika bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, orang-orang mukmin gembira dengan berita tersebut. Karena bangsa Romawi secara garis besarnya adalah Ahli kitab, dan mereka lebih dekat dengan orang-orang mukmin dibandingkan dengan orang-orang yang beragama Majusi, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

{لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguh­nya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” (Al-Maidah: 82) sampai dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.). (Al-Maidah: 83)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}

Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepadaku Usaid Al-Kilabi yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Al-Ala ibnuz Zubair Al-Kilabi menceritakan dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia menyaksikan kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi, kemudian menyaksikan pula kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Lalu ia menyaksikan pula kemenangan kaum muslim atas bangsa Persia dan bangsa Romawi; semuanya itu terjadi dalam kurun waktu yang lamanya lima belas tahun.

*****

Firman Allah Swt.:

{وَهُوَ الْعَزِيزُ}

Dialah Yang Mahaperkasa. (Ar-Rum: 5)

dalam pertolongan dan pembalasan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya.

{الرَّحِيمُ}

lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5)

terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.

Firman Allah Swt.:

{وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ}

(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6)

Yakni apa yang Kami beritakan kepadamu, Muhammad, bahwa aku akan menolong bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan janji dari-Ku yang sebenar-benarnya dan berita yang benar yang tidak akan diingkari kejadian dan peristiwanya. Karena sudah merupakan sunnatullah bila Allah menolong golongan yang lebih dekat kepada kebenaran di antara kedua golongan yang berperang itu, kemudian menjadikan kesudahan yang baik bagi golongan tersebut.

{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}

*****

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo