Asy-Syu’ara, ayat 213-220

Asy-Syu’ara, ayat 213-220

{فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ (213) وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ (214) وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (215) فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (216) وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (220) }

Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; juga memberitahu­ kan bahwa barang siapa yang menyekutukan-Nya, Dia pasti akan mengazabnya. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya agar memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali imannya kepada Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung. Lalu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang mengikutinya dari kalangan hamba-hamba Allah yang mukmin. Dan barang siapa di antara makhluk Allah durhaka kepada-Nya, hendaklah ia berlepas diri dari apa yang dilakukannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

{فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ}

Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Asy-Syu’ara’: 216)

Peringatan yang khusus ini tidak bertentangan dengan peringatan yang umum, bahkan ia merupakan bagian darinya, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

{لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ}

agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang leluhurnya belum pernah mendapat peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin: 6)

Dan firman Allah Swt.:

{لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا}

agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An’am: 92 dan Asy Syura: 7)

{وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An’am: 51)

{لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}

agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)

Dan firman Allah Swt.:

{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}

supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An’am: 19)

Dan dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:

{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}

Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan Rasulullah Saw. bersabda:

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali ada seseorang dari kalangan umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula yang beragama Nasrani mendengar tentang diriku, lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan pasti masuk neraka.

Banyak hadis yang menceritakan tentang turunnya ayat ini. Berikut ini kami sebutkan hadis-hadis tersebut.

Hadis pertama.

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, dari Al-A’masy ibnu Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Maka Nabi Saw. datang ke Bukit Safa, lalu menaikinya dan berseru, “Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini!” Maka orang-orang berkumpul di hadapannya, ada yang datang langsung dan ada yang hanya mengirimkan orang suruhannya. Lalu Rasulullah Saw. berseru: “Hai Bani Abdul Muttalib, hai Bani Fihr, hai Bani Lu-ay, bagaimanakah menurut kalian seandainya kuberitakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda musuh di lereng bukit ini hendak menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?” Mereka menjawab, “Ya, kami percaya.” Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang keras.” Maka Abu Lahab berkata, “Celakalah kamu sepanjang hari ini, apakah engkau memanggil kami untuk tujuan ini?” Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa” (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat.

Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A’masy dengan sanad yang sama.

Hadis kedua.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai Fatimah binti Muhammad, hai Safiyyah binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan apapun bagi kalian terhadap Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka kalian.

Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara tunggal.

Hadis ketiga.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah Abdul Malik ibnu Umair, dari Musa Ibnu Talhah, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Maka Rasulullah Saw. menyeru orang-orang Quraisy secara umum dan khusus, lalu beliau bersabda: Hai golongan orang-orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Ka’b, selamat­kanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Abdul Muttalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka, Hai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka. Karena sesungguhnya aku demi Allah, tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi kalian terhadap Allah melainkan hanya kalian mempunyai tali persaudaraan denganku yang mengikatku dengan kalian.

Imam Muslim dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa bila ditinjau dari jalurnya hadis ini berpredikat garib, Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnuTalhah secara mursal tanpa menyebutkan nama Abu Hurairah di dalamnya. Predikat mausul hadis ini adalah pendapat yang benar. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Az-Zuhri, dari Sa’id ibnul Musayyab dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah.

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hai Bani Abdul Muttalib, tebuslah diri kalian dari (azab) Allah. Hai Safiyyah bibi Rasulullah, hai Fatimah binti Rasulullah, tebuslah diri kamu berdua dari (azab) Allah, karena sesungguh­nya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun terhadap Allah, mintalah olehmu berdua dari hartaku sesukamu.

Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini.

Ia pun meriwayatkannya secara tunggal dari Mu’awiyah, dari Zaidah, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya pula dari Hasan yang telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah secara marfu’.

Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Damam ibni Israil, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Hai Bani Qusay, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdu Manaf, akulah pemberi peringatan, maut pasti datang menyerang, dan kiamat adalah hari yang telah dijanjikan.

Hadis keempat.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami At-Taimi, dari Abu Us’man, dari Qubaisah ibnu Mukhariq dan Zuhair ibnu Amr, keduanya mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Maka Rasulullah Saw. menaiki sebuah tumpukan batu besar yang ada di puncak sebuah bukit, lalu berseru: Hai Bani Abdu Manaf, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, dan sesungguhnya perumpamaan diriku dan diri kalian adalah bagaikan seorang lelaki yang melihat kedatangan musuh, lalu ia memberikan peringatan dini kepada kaumnya agar jangan kedahuluan oleh musuh. Untuk itu ia berseru dengan sekuat suaranya, “Awas serangan musuh!”

Imam Muslim meriwayatkannya—demikian pula Imam Nasai—melalui hadis Sulaiman ibnuTarkhan At-Taimi, dari Abu Us’man alias Abdur Rahman ibnu Sahi An-Nahdi, dari Qubaisas dan Zuhair ibnu Amr Al-Hilali dengan sanad yang sama.

Hadis kelima.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Maka Nabi Saw. mengumpulkan semua ahli baitnya, sehingga terkumpullah sebanyak tiga puluh orang, lalu mereka diberi jamuan makan dan minum. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda kepada mereka, ”Siapakah (di antara kalian) yang sanggup untuk menjamin keselamatan agama dan janji-janjiku? Maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga dan menjadi penggantiku di kalangan keluargaku.” Maka ada seorang lelaki —yang tidak disebutkan namanya oleh Syarik— berkata, “Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang lebih mengerti siapa yang dapat mengemban tugas ini.” Lalu ada lelaki lain yang menjawab hal yang sama sebanyak tiga kali. Akhirnya Rasulullah Saw. menawarkan hal tersebut kepada ahli baitnya, lalu Ali berkata, “Saya.”

Jalur lain yang meriwayatkannya lebih rinci disebutkan oleh Imam Ahmad,

telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwanah, telah menceritakan kepada kami Us’man ibnul Mugirah, dari Abu Sadiq, dari Rabi’ah ibnu Majid, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah mengumpulkan atau mengundang Bani Abdul Muttalib yang terdiri dari sejumlah banyak orang, yang untuk menjamu mereka diperlukan seekor unta jaza’ah dan satu farq air minum. Tetapi Rasulullah Saw. hanya membuat satu mud makanan untuk mereka, dan ternyata mereka semua kenyang, sedangkan makanan yang dijamu­kan masih tetap utuh seperti sediakala seakan-akan masih belum disantap. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar didatangkan satu kendi air minum, dan mereka minum darinya hingga kenyang, sedangkan air minum itu masih utuh seperti sediakala sebelum diminum. Lalu beliau Saw. bersabda: “Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku diutus kepada kalian secara khusus dan juga kepada seluruh manusia secara umum. Kalian telah menyaksikan sendiri mukjizat ini sebagai­mana yang telah kalian lihat, maka siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (berjanji setia) kepadaku untuk menjadi saudara dan temanku?” Ali mengatakan bahwa tiada seorang pun yang berdiri menyambut seruannya, “Maka aku bangkit menuju ke arahnya, ‘saat itu aku adalah orang yang termuda’ di antara yang hadir. Nabi Saw. bersabda, ‘Duduklah kamu!’ sebanyak tiga kali, yang pada masing-masingnya aku berusaha bangkit menuju ke arahnya, dan beliau selalu bersabda, ‘Duduklah kamu!’ Setelah ketiga kalinya, barulah beliau menjabatkan tangannya ke tanganku (pertanda setuju).”

Jalur lain lebih garib, tetapi lebih rinci daripada teks yang sebelumnya dengan ada beberapa tambahan.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seseorang yang mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal tanpa menyebutkan namanya, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan kepada Rasulullah Saw., yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu’ara’: 214-215) Maka Rasulullah Saw. berkata, “Aku mengetahui bahwa jika aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan melihat jawaban mereka yang tidak kusukai. Karena itu, terpaksa aku hanya diam.” Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah di­perintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu.” Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. memanggilku dan berkata, “Hai Ali sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai. Karena itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, “Hai Muhammad, jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu.’ Hai Ali buatkanlah makanan untuk kami dengan menyembelih seekor kambing dan satu sa’ makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib.” Maka saya lakukan perintahnya dan berkumpullah di rumah Nabi Saw. semua Banil Muttalib yang saat itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman beliau seperti Al-Abbas, Hamzah, Abu Talib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor itu. Lalu saya suguhkan hidangan itu kepada mereka. Rasulullah Saw. mengambil sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh hidangan tersebut seraya bersabda, “Makanlah dengan menyebut nama Allah.” Maka semua yang hadir makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan hidangan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Berilah mereka minum, hai Ali.” Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut, dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah, sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dan mengatakan, “Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini (maksudnya Nabi Saw. yang menyuguhkan makanan dan minuman sedikit, tetapi cukup untuk mereka semua).” Mereka bubar dan Rasulullah Saw. tidak sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin, yaitu jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku ber­bicara seperti yang telah kamu dengar sebelum aku berbicara dengan kaum.” Maka saya lakukan perintahnya, kemudian saya undang mereka untuk datang kepada Nabi Saw. Dan Rasulullah Saw. melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kemarin, lalu mereka semuanya makan hingga kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat meng­habiskan jamuan itu sendirian. Seusai mereka makan, Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Ali, berilah mereka minum!” Maka saya datangkan qirbah (wadah minum) itu dan mereka minum darinya hingga semuanya kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, “Sungguh teman kalian ini telah menyihir kalian.” Akhirnya mereka bubar, sedangkan Rasulullah Saw. belum sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Ali buatlah jamuan makan dan minum buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahului bicaraku seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan kaum.” Maka saya lakukan perintahnya. Saya kumpulkan mereka di rumah beliau Saw., dan beliau Saw. melakukan seperti apa yang telah dilakukan­nya kemarin (mengambil sepotong daging, lalu menyobek-nyobeknya dan menyebarkannya ke seluruh hidangan). Mereka semua makan hingga kenyang, dan saya beri mereka minum dari wadah minuman tersebut hingga semuanya merasa kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan jamuan makan dan minum itu sendirian. Kali ini Rasulullah Saw. langsung berbicara: Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang pemuda Arab yang menyam­paikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini. Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat.

Ahmad ibnu Abdul Jabbar mengatakan bahwa Ibnu Ishaq hanya mendengarnya dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris.

Abu Ja’far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Hanya ditambahkan dalam riwayat ini hal berikut: Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya Allah telah memerintah­kan kepadaku untuk mengajak kalian agar menyembah-Nya. Maka siapakah di antara kalian yang menjadi wakilku dalam menyampaikan perkara ini, dia kelak akan menjadi saudaraku dan beroleh anu dan anu. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa semua kaum yang hadir diam, dan ia saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, paling kurang awas matanya, paling besar perutnya dan paling kecil betisnya, lalu ia berkata, “Saya sanggup, wahai Nabi Allah, untuk menjadi pendukungmu dalam menyampaikannya.” Maka Rasulullah Saw. memegang pundakku dan bersabda, “Sesungguhnya orang ini adalah saudaraku dan anu dan anu, maka tunduk patuhlah kalian kepadanya.” Kemudian kaum yang hadir tertawa dan berkata kepada Abu Talib, “Dia telah memerintahkan kepadamu agar tunduk patuh kepada anakmu itu.”

Teks ini diriwayatkan secara tunggal oleh Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dia orangnya berpredikat matruk (tidak terpakai hadisnya) lagi pendusta, dan seorang syi’ah militan. Ali ibnul Madini dan lain-lainnya menuduhnya sebagai orang yang suka membuat-buat hadis, sedangkan para imam menilainya Daif (lemah).

Jalur lain,

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Isa ibnu Maisarah Al-Harisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris yang telah menceritakan bahwa Ali r.a. pernah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214) Rasulullah Saw. bersabda kepada saya, “Buatlah makanan untukku berupa kaki kambing satu sa makanan dan semangkuk susu.” Maka saya kerjakan perintahnya, dan setelah itu beliau bersabda, “Undanglah Bani Hasyim!” Maka saya mengundang mereka yang saat itu jumlah mereka kurang lebih empat puluh orang. Di antara mereka terdapat sepuluh orang (jago makan) yaitu dapat menghabiskan seekor unta jaza’ah berikut kulit-kulitnya. Ketika mangkuk yang berisikan makanan itu dihidangkan, Rasulullah Saw. mengambil (memotong) bagian puncaknya, lalu bersabda, “Silakan makan.” Maka mereka semua makan hingga kenyang, padahal makanan itu masih tetap utuh tidak menyusut kecuali hanya sedikit saja. Kemudian saya sajikan minuman itu kepada mereka, dan mereka semua minum hingga kenyang, sedangkan minuman itu masih tersisa banyak. Setelah mereka selesai dari jamuan itu Rasulullah Saw. hendak berbicara, tetapi tiba-tiba didahului oleh mereka, “Kami belum pernah melihat sihir seperti hari ini.” Rasulullah Saw. diam. Pada hari berikutnya Rasulullah Saw. bersabda, “Buatkanlah untukku masakan kaki kambing dengan satu sa” makanan.” Maka saya membuat­nya, dan Nabi Saw. mengundang mereka lagi. Setelah mereka makan dan minum, mereka mendahului perkataan Nabi Saw. dengan mengucapkan kalimat yang sama seperti kemarin. Akhirnya Rasulullah Saw. hanya diam. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Ali buatkanlah makanan kaki kambing dengan satu sa ‘makanan untukku.” Maka kulakukan perintahnya, lalu aku mengundang mereka. Setelah mereka makan dan minum, Rasulullah Saw. mendahului mereka berbicara. ”Siapakah dari kalian yang sanggup melunasi utangku dan akan menjadi penggantiku untuk mengurus keluargaku?” Mereka semua diam, dan Al-Abbas paman beliau pun diam karena khawatir utang Nabi Saw. dapat meludeskan semua hartanya. Rasulullah Saw. kembali mengucapkan sabdanya itu dan Al-Abbas tetap diam. Setelah kulihat semuanya diam, maka aku berkata, “Sayalah, wahai Rasulullah.” Pada saat itu saya adalah orang yang paling sederhana penampilannya, dan kedua mata saya mengalami kerabunan, perut saya besar, dan kedua betis saya kecil.

Semua riwayat yang bermacam-macam ini bersumber dari Ali r.a. Makna permintaan Nabi Saw. kepada paman-pamannya dan semua saudara sepupunya agar melunasi utangnya dan menjadi penggantinya untuk mengurus keluarganya ialah jika beliau tewas dalam jihad fi sabilillah. Seakan-akan beliau merasa khawatir bila mulai mengerjakan tugas memberi peringatan, kelak ia akan tewas. Tetapi setelah Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu. tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Maka barulah beliau merasa tenang, pada mulanya beliau selalu dikawal hingga turun firman Allah Swt. yang mengatakan:

{وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Pada saat itu tiada seorang pun dari kalangan Bani Hasyim yang lebih kuat imannya, lebih teguh keyakinannya, serta lebih membenarkan Rasulullah Saw. selain dari Ali r.a. Karena itulah maka Ali segera menyambut permintaan Rasulullah Saw. mendahului mereka semua saat beliau mengajukannya kepada mereka.

Seusai peristiwa tersebut —hanya Allah yang lebih mengetahui— beliau Saw. menyeru manusia dengan terang-terangan di atas Bukit Safa. Dan beliau memberikan peringatan kepada semua puak kabilah Qurai’sy secara umum dan khusus, sehingga beliau menyebut nama tiap-tiap orang dari kalangan paman-paman dan bibi-bibinya serta tidak ketinggalan pula putri-putri beliau sendiri, agar dipandang tidak pandang bulu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, sedangkan Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.

Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Abdul Wahid Ad-Dimasyqi telah meriwayatkan melalui jalur Amr ibnu Samurah, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Abdul Wahid Ad-Dimasyqi yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia melihat Abu Darda r.a. sedang memberi ceramah dan fatwanya kepada orang banyak, sedangkan anaknya berada di sebelahnya dan ahli baitnya sedang duduk-duduk mengobrol di serambi masjid. Maka dikatakan kepadanya, “Mengapa orang-orang begitu suka menimba ilmu darimu, padahal ahli bait (keluarga)mu sedang enak-enak duduk mengobrol?” Maka Abu Darda menjawab, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling berzuhud di dunia ini adalah para nabi, dan yang paling memusuhi mereka adalah kaum kerabat(nya).

Demikian itu terbukti melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:

{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِين}

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu’ara’: 214)

sampai dengan firman-Nya:

فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

maka katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Asy-Syu’ara’: 216)

******

Adapun firman Allah Swt.:

{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ}

Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu’ara’: 217)

Maksudnya, bertawakallah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan mendukungmu, memeliharamu, menolongmu, memenangkanmu, dan meninggikan kalimatmu.

Firman Allah Swt.:

{الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ}

Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (salat). (Asy-Syu’ara’: 21 8)

Yakni Dia selalu memperhatikanmu, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا}

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (At-Tur: 48)

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat). (Asy-Syu’ara’: 218) Artinya, melihatmu berdiri untuk salatmu.

Ikrimah mengatakan bahwa Allah melihat berdiri, rukuk, dan sujudnya.

Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri. (Asy-Syu’ara’: 218) Yakni manakala kamu salat sendirian.

Menurut Ad-Dahhak, Allah melihat­mu ketika kamu bangun dari tempat tidurmu atau dari majelismu.

Qatadah mengatakan bahwa Allah melihatmu berdiri, duduk dan semua keadaanmu.

*****

Firman Allah Swt.:

{وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}

dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu’ara’: 219)

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu’ara’: 218-219) Maksudnya, dalam salatmu yang sendirian Allah melihatmu, begitu pula dalam salatmu bersama jamaah (salat berjamaah). Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, dan Al-Hasan Al-Basri.

Mujahid mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dapat melihat belakangnya sama dengan beliau melihat depannya. Hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:

Luruskanlah saf kalian, karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakangku.

Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui dua jalur dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengemukakan takwilnya sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah perpindahan sulbi Nabi Saw. dari sulbi nabi ke sulbi nabi lainnya hingga Allah mewujudkannya ke dunia ini sebagai seorang nabi.

****

Firman Allah Swt.:

{إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}

Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu’ara’: 220)

Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo