Yunus, ayat 62-64

Yunus, ayat 62-64

{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64) }

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.

Allah Swt. memberitahukan bahwa kekasih-kekasih-Nya adalah mereka yang beriman dan bertakwa, seperti yang ditafsirkan oleh banyak ulama. Dengan demikian, setiap orang yang bertakwa adalah wali (kekasih) Allah. Maka:

{لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}

tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Yunus: 62)

dalam menghadapi masa mendatangnya, yaitu kengerian-kengerian dan hal-hal yang sangat menakutkan di hari akhirat nanti.

{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}

dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)

terhadap apa yang ada di belakang mereka di dunia. Abdullah ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah mengatakan bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang apabila terbersit perasaan riya dalam hati mereka, maka mereka segera ingat kepada Allah.

Hal ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu’, diriwayatkan oleh Imam Al-Bazzar. Disebutkan bahwa:

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa’id ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Abdullah Al-Asy’ari (yaitu Al-Oummi), dari Ja’far ibnu Abul Mugirah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Yaitu orang-orang yang apabila terbersit rasa riya dalam hatinya, maka segera ia ingat kepada Allah.

Kemudian Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini telah di­riwayatkan dari Sa’id secara mursal.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Ar-Rifa’i, telah menceritakan kepada kami Abu Fudail, telah mencerita­kan kepada kami ayahku. dari Imarah ibnul Qa”qa’, dari Abu Zur’ah, dari Amr ibnu Jarir Al-Bajali, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat banyak hamba yang para nabi dan para syuhada merasa iri melihat mereka. Ketika ditanyakan, “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Mudah-mudahan kami dapat mencintai mereka.” Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah suatu kaum yang saling mengasihi karena Allah tanpa ada harta benda dan tanpa nasab (keturunan di antara sesama mereka), wajah mereka bercahaya berada di atas mimbar-mimbar dari nur (cahaya). Mereka tidak merasa khawatir di saat manusia dicekam oleh kekhawatiran, mereka pun tidak bersedih hati di saat manusia bersedih hati. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)

Imam Abu Daud meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir. dari Imarah ibnul Qa’qa’ dari Abu Zur’ah. dari Amr ibnu Jarir. dari Umar ibnul Khattab r.a., dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.

Sanad hadis ini pun termasuk jayyid, hanya di dalam sanadnya terdapat inqita’ (mata rantai urutan sanad yang terputus) antara Abu Zur’ah dan Umar ibnul Khattab r.a.

Di dalam hadis Imam Ahmad, dari Abun Nadhr, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab. dari Abdur Rahman ibnu Ghanam, dari Abu Malik Al-Asy’ari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kelak akan datang dari golongan-golongan manusia dan puak-puak kabilah suatu kaum yang di antara sesama mereka tidak ada hubungan rahim kekerabatan, tetapi mereka saling mengasihi karena Allah dan saling berikhlas diri karena Allah. Kelak di hari kiamat Allah meletakkan mimbar-mimbar dari nur buat mereka, lalu mendudukkan mereka di atasnya. Semua manusia merasa khawatir, tetapi mereka tidak khawatir. Mereka adalah wali-wali Allah yang tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A’masy, dari Zakwan ibnu Abu Saleh, dari seorang lelaki, dari Abu Darda r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Nabi Saw. bersabda menerangkan hal tersebut: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi yang baik yang diperlihatkan kepadanya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang lelaki dari kalangan penduduk Mesir, dari Abu Darda sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64); Bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, lalu Abu Darda menjawab, “Sesungguhnya engkau telah menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar ada seseorang menanyakannya selain seorang lelaki yang pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentangnya. Maka Rasulullah Saw. menjawab: ‘Hal itu berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi baik yang diperlihatkan kepadanya, sebagai berita gembira buatnya dalam kehidupan di dunia, sedangkan berita gembira untuknya dalam kehidupan di akhirat adalah surga’.”

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Sufyan, dari Ibnul Munkadir, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang ulama dari kalangan penduduk Mesir, bahwa ia bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, kemudian disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Abu Saleh yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Darda ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira. (Yunus: 63-64) Lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu Salamah, dari Ubadah ibnus Samit; ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kamu menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan dari kalangan umatku atau tiada seoran pun yang menanyakannya sebelum kamu; itu adalah mimpi yang baik­ yang dilihat seseorang atau diperlihatkan kepadanya.

Demikian pula Abu Daud Attayalisi meriwayatkannya dari Imran Alqattan, dari Yahya Ibnu Abu Kasir dengan sanad yang sama, juga Al-Auza’i meriwayatkannya dari Yahya Ibnu Abu Kasir, lalu menyebutkan hadis tersebut. Dan Ali ibnuI-Mubarak meriwayatkannya dari Yahya, dari Abu Salamah yang mengatakan; telah menceritakan kepada kami. dari Ubadah ibnu Samit; Ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai ayat ini, lalu Ubadah menyebutkan ayatnya.

Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abu Hamid Al-Himsi. telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Amr ibnu Abdul Akhmusyi, dari Hamid ibnu Abdullah Al-Muzni, ia mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Ubadah ibnus-Samit, lalu berkata, “Ada suatu ayat Al-Qur’an yang akan aku tanyakan kepadamu yaitu firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia. (Yunus: 64); Ubadah ibnus-Samit menjawab, “Tiada seorang pun yang menanyakan­nya sebelum kamu, aku pernah menanyakannya kepada Nabi dan beliau mengatakan hal yang sama. yaitu: Tiada seorang pun yang menanyakannya sebelum kamu, bahwa berita gembira itu adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba mukmin dalam tidurnya atau diperlihatkan kepadanya.

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari hadis Musa ibnu Ubadah, dari Ayyub ibnu Khalid ibnu Safwan, dari Ubadah ibnu Samit; ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw. mengenai firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Ia mengatakan, “Kami telah mengetahui bahwa berita gembira di akhirat adalah surga, maka apakah yang dimaksud dengan berita gembira di dunia?” Rasulullah Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau yang diperlihatkan kepadanya. Mimpi yang baik itu merupakan suatu bagian dari empat puluh empat atau tujuh puluh bagian dari kenabian.

Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu Imran, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan seorang lelaki yang melakukan amalnya, lalu mendapat pujian dari manusia dan sanjungan mereka kepadanya atas amalnya itu?” Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu adalah berita gembira yang disegerakan untuk orang mukmin.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan (yakni Al-Asy-yab), telah menceritakan kepada kami Ibnu kahi’ah. telah menceritakan kepada kami Daraj dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang disampaikan kepada seorang mukmin sebagai berita gembira baginya adalah suatu bagian dari empat puluh sembilan bagian dari kenabian. Maka barang siapa yang melihat hal itu dalam mimpinya, hendaklah ia menceritakannya. Dan barang siapa yang melihat selain itu, maka sesungguhnya hal itu hanyalah dari setan dengan maksud untuk membuatnya bersedih hati. Untuk itu hendaklah ia meludah ke arah kirinya sebanyak tiga kali seraya bertakbir, dan janganlah ia menceritakan hal itu kepada seorang pun.

Para ahli hadis lainnya tidak mengetengahkannya.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada­ku Amr ibnul Haris, bahwa Darij alias Abus Samah pernah menceritakan kepadanya hadis berikut dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64)’ Lalu beliau Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang diperlihatkan kepada orang mukmin sebagai berita gembira untuknya adalah suatu bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian.

Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Hatim Al-Mu-addib. telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda: Di dunia berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau diperlihatkan kepadanya, sedangkan di akhirat berita gembira itu adalah surga.

Kemudian Imam Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Abu Husain, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa mimpi yang baik adalah berita gembira dari Allah, dan mimpi yang baik itu merupakan salah satu dari kabar gembira. Demikianlah riwayatnya dari jalur ini secara mauquf.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengata­kan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Mimpi yang baik adalah berita gembira yang dilihat oleh orang muslim atau diperlihatkan kepadanya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Hammad Ad-Daulabi. telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah ibnu Abu Yazid, dari ayahnya, dari Siba’ ibnu Sabit, dari Ummu Kuraiz Al-Ka’biyyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kenabian telah tiada, dan yang masih ada adalah berita-berita gembira (mimpi-mimpi yang baik).

Hal yang sama telah diriwayatkan bersumber dari Ibnu Mas’ud, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, Yahya ibnu Abu Kasir. Ibrahim An-Nakha’i. Ata ibnu Abu Rabah. dan lain-lainnya, bahwa mereka menafsirkan hal tersebut dengan arti mimpi yang baik.

Menurut pendapat lain. hal itu merupakan berita gembira dari para malaikat buat orang mukmin di saat menjelang ajalnya, yaitu dengan menampakkan surga dan ampunan kepadanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah, ” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Jangan­lah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah Pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 30-32)

Di dalam hadis Al-Barra r.a. disebutkan:

“أَنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، جَاءَهُ مَلَائِكَةٌ بِيضُ الْوُجُوهِ، بِيضُ الثِّيَابِ، فَقَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ إِلَى رَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَتَخْرُجُ مِنْ فَمِهِ، كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فَمِ السِّقَاءِ”.

bahwa seorang mukmin itu apabila ajalnya telah habis, maka para malaikat yang berwajah putih datang kepadanya dengan berpakaian serba putih, lalu mereka mengata­kan, “Keluarlah, hai roh yang baik, untuk menuju kepada ketenteraman dan rezeki serta Tuhan yang tidak murka!” Maka keluarlah rohnya dari mulutnya, sebagaimana tetesan air keluar mengalir dari mulut wadah minuman.

Adapun mengenai berita gembira bagi mereka di akhirat, maka hal ini adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya.

{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}

Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat. (Para malaikat berkata), “Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian.” (Al-Anbiya: 103)

{يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan dan sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kalian kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Hadid: 12)

Adapun firman Allah Swt.

{لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}

Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Yunus: 64)

Maksudnya, janji ini tidak akan diubah, tidak akan diingkari, dan tidak akan diganti; bahkan ditetapkan, dikukuhkan, dan pasti akan terjadi.

{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}

Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus: 64)

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo