Ayat 62 dan 63 mempertegas bahwa cerita tentang hamba-hamba pilihan Allah itu adalah cerita yang sesungguhnya. Semua itu membuktikan bahwa hanya Allah Tuhan yang berhak disembah, karena Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kalau manusia berpaling dari mentauhidkan-Nya, maka mereka kan rusak dan merusak.
Ayat 64-70 kembali menyoroti kekeliruan konsep ketuhanan Ahli Kitab. Sebab itu, Allah memerintahkan Rasul saw. dan umatnya untuk menyeru mereka agar sama-sama menauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, termasuk dengan Nabi dan para ulama. Jika mereka tidak mau, katakan dengan tegas bahwa kami adalah muslim.
Diantara kebodohan Yahudi dan Nasrani ialah berdebat tentang Ibrahim. Masing-masing mengkalim Ibrahim penganut agamanya. Padahal Yahudi dengan Kitab Tauratnya dan Nasrani dengan Kitab Injil jauh jauh setelah Ibrahim. Kenapa mereka tidak berfikir? Kenapa mereka berdebat apa yang mereka tidak ketahui. Allah Maha Tahu Ibrahim bukanlah penganut Yahudi dan bukan pula Nasrani. Dia adalah penganut tauhid, muslim dan bukan dari kalangan musyrikin. Sebab itu, Ibrahim lebih dekat kepada para pengikutnya, Nabi Muhammad dan kaum mukmin.
Ada segolongan Ahlul Kitab yang menginginkan kaum muslimin sesat. Yang sesat itu adalah Ahlul kitab. Mereka tidak sadar. Sebab itu, Allah menegur penolakan mereka terhadap ayat-ayat Allah, padahal mereka menyaksikan kebenarannya.
Ayat 71-77 masih menjelaskan beberapa sifat Ahlul Kitab yang dimurkai Allah, yaitu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil, menyembunyikan yang hak padahal mereka mengetahuinya, mengajak orang lain beriman di pagi hari dan kafir di sore harinya agar mereka murtad, dan tidak percaya kecuali kepada sesama Ahlul Kitab. Padahal petunjuk Allah bukan monopoli mereka. Allah berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, diantaranya kepada Muhammad saw. Diantara Ahlul Kitab ada yang amanah dalam bermuamalah dan ada yang tidak amanah kendati satu dinar, karena mereka yakin tidak berdosa menipu orang diluar golongan mereka. Itu adalah kebohongan atas Allah, tidak sesuai dengan keinginan-Nya. Lagi pula, menepati janji itu adalah ciri takwa kepada Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang menjual sumpah-sumpah mereka pada Allah dengan kepentingan dunia, mereka tidak akan mendapat keredaan Allah di akhirat, tidak akan dilihat Allah dan tidak akan diajak bicara dan tidak dibersihkan dosa-dosa mereka oleh Allah. Mereka akan dimasukkan ke dalam azab neraka yang amat pedih. Sebab itu, wahai para da’i, asatiz dan ulama kaum muslimin yang menjual ayat-ayat Allah demi mengejar keuntungan dunia. Azab Allah di akhirat kelak sangatlah berat.