Ayat 1 surat Shad diawali dengan 1 huruf Hijaiyyah (huruf Arab), yaitu, shad. Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang awalnya dimulai dengan gabungan beberapa huruf seperti ini. Tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali hanya Allah. Rasul saw. tidak pernah menjelaskan maksudnya. Demikian juga para sahabat Rasul saw. yang kepada mereka Al-Qur’an diturunkan pertama kali, tidak pernah menjelaskan apa maksudnya. Sebab itu, jumhur ulama tidak berani menafsirkannya. Mereka hanya mengatakan: Allah-lah yang Mengetahui maksudnya.
Ayat 1 ini menjelaskan Allah bersumpah atas nama Al-Qur’an yang memuat peringatan terhadap orang-orang yang menolak isinya untuk dijadikan pedoman hidup di dunia. Sedangkan Ayat 2-16 menjelaskan :
- Alasan-alasan kaum kafir Quraisy menolak Al-Qur’an seperti, kesombongan, persaingan, menuduh Rasul saw. penyihir, pembohong, tidak bisa menerima konsep tauhid, fanatik buta pada peninggalan nenek moyang (konsep syirik), tidak pernah mendengar konsep Tauhid dalam agama Nasrani, menuduh Rasul saw. melakukan rakayasa, mengapa Muhammad yang menerima wahyu dan kenapa bukan tokoh kota Mekah atau Thaif?
- Kaum kafir itu tidak memiliki kunci-kunci rahmat Allah, tidak memiliki langit, bumi dan apa saja di antara keduanya sehingga mereka memahami rahasia-rahasia Allah. Mereka sebenarnya sedang menunggu kehancuran.
- Sebelumnya, kaum Nuh, ‘Ad, Fir’aun, Tsamud, kaum Luth dan Aikah (Madya) Allah hancurkan karena menolak ajaran para Rasul Allah.
Ayat 17-26 menjelaskan bahwa Rasul saw. harus bersabar menghadapi perilaku kaum kafir. Allah menghiburnya dengan kisah Nabi Daud yang memiliki kekuatan dan sangat taat pada Allah. Gunung-gunung bertasbih memuji Allah ketika mendengar Daud bertasbih di sore dan pagi. Begitu pula burung berkerumun ikut bertasbih bersamanya. Allah juga kuatkan kerajaannya dan berikan padanya hikmah dan kemampuan memutus perkara secara adil.
Sungguhpun demikian, Nabi Daud sempat merasa takut ketika dua orang datang ke Mihrabnya meminta diputuskan perselisihan diantara mereka dengan benar, adil dan minta ditunjukkan jalan yang lurus. Nabi Daud memutuskan perkara mereka dengan adil dan menjelaskan bahwa kebanyakan orang yang bekerjasama bisnis itu menzalimi partnernya, kecuali imannya kuat dan banyak beramal saleh. Mereka adalah minoritas.
Kendati sebagai penguasa yang adil, Nabi Daud sangat berhati-hati dalam memutus perkara sehingga ia minta ampun sambil bersujud pada Allah. Allah sangat mencintai perbuatan Daud itu sehingga di akhirat nanti diberi kedudukan yang sangat dekat dengan-Nya. Di dunia,
Allah jadikan ia khalifah dan memutuskan perkara di antara manusia dengan hak (kebenaran yang datang dari Allah) dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu, karena akan tersesat dari jalan Allah. Jika tersesat dari jalan Allah, maka di akahirat akan masuk neraka.