Ayat 41-45 menjelaskan tiga hal:
- Sistem pembagian ghanimah (harta rampasan perang) sepenuhnya ketentuan Allah. Orang mukmin tidak boleh memprotes apa saja keputusan Allah dan Rasul-Nya karena akan merusak keimanan. Allah telah tentukan ghanimah itu 20{45db7a4250496fb5191597f6ce00b71a11d6d5f29d767412b57a54f3e1a092ac} untuk Allah, Rasul-Nya, kerabat Rasul, anak yatim, fakir miskin dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya.
- Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah memiliki strategi dalam memenangkan agama Islam seperti: a) membenturkan kaum mukmin dengan musuh mereka sesuai dengan tempat dan waktu yang dikehendaki-Nya. Perang Badar adalah salah satu contohnya, karena Perang Badar itu bukan target Rasulullah saw. saat itu. Target Beliau hanya manuver terhadap kafilah Quraisy yang melewati kawasan tidak jauh dari kota Madinah. Allah menskenariokan Perang Badar itu untuk merealisasikan kehendak-Nya, yaitu peperangan antara kaum mukmin dengan musuh mereka dan agar orang-orang kafir itu memahami kebatilan mereka dan orang-orang mukmin itu memahami kebenaran mereka. b) Allah tampakkan dalam mimpi Rassul saw. bahwa jumlah musuh sedikit, padahal sesungguhnya mereka banyak. c) Waktu dua pasukan berhadap-hadapan, Allah perlihatkan musuh itu di mata kaum mukmin sedikit dan begitu juga
- Allah perlihatkan kaum mukmin di mata musuh sedikit. Dengan demikian, kehendak Allah terlaksana.
- Etika berperang dalam Islam, yakni saat menghadapi musuh harus teguhkan hati, kuatkan keyakinan pada Allah dan banyak-banyak berzikir pada Allah. Insya’allah menang.
Ayat 46-52 meneruskan ayat sebelumnya terkait perang dan strategi Allah memenangkan Islam serta mengajarkan dua hal:
Kunci kekuatan dan kesuksesan Rasulullah dan para Sahabat ialah:
- Taat mutlak pada perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya.
- Ikhlaskan niat dalam semua perkataan dan perbuatan hanya untuk Allah, apalagi berjuang di jalan Allah. Pada waktu yang sama, hapuskan dari dalam diri semua kepentingan selain ridha Allah. Kalau niat tidak ikhlas, akan menimbulkan perselisihan. Sedangkan perselisihan itu akan menyebabkan kegagalan dan kehilangan soliditas serta kekuatan. c) Sabar dan tawadhu’ (rendah hati), karena Allah bersama orang yang sabar dan tawadhu’.
- Karakter orang-orang beriman itu harus berbeda dengan orang-orang kafir Quraisy, munafik Madinah dan keluarga Fir’aun. Orang kafir Quraisy itu sombong dan senang dipuji orang serta menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Setan selalu merekayasa perbuatan jahat dan dosa mereka menjadi terlihat indah dan baik. Setan juga menanamkan kesombongan dalam diri mereka agar selalu merasa superior. Sayangnya, saat mereka kalah dalam peperangan, setanpun kabur dari mereka.
Adapun karakter orang-orang munafik ialah ragu dan bahkan curiga pada ajaran Islam, sehingga menilai orang-orang mukmin itu tertipu oleh Islam. Padahal menjalankan ajaran Islam itu secara benar merupakan bukti tawakkal pada Allah. Dengan menerapkan Islam itulah Allah akan melihatkan Keperkasaan dan Kebijaksanaan-Nya. Adapun karakter keluarga Fir’aun dan orang-orang kafir, sebelum mereka menolak wahyu Allah yang berfungsi sebagai sistem hidup mereka karena kesombongan yang ada dalam diri mereka. Allah pun menyiksa mereka.
Tafsir
- Al-Anfal, ayat 41
- Al-Anfal, ayat 42
- Al-Anfal, ayat 43-44
- Al-Anfal, ayat 45-46
- Al-Anfal, ayat 47-49
- Al-Anfal, ayat 50-51
- Al-Anfal, ayat 52