Ayat 23-35 meneruskan kisah Sulaiman dan Hud-Hud sebelumnya. Hud-Hud menjelaskan bahwa negeri Saba’ dipimpin seorang ratu. Namun, disayangkan mereka menyembah matahari, bukan Allah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hanya Dia yang berhak disembah dan memiliki Arasy yang Maha-agung. Mendengar cerita itu, Sulaiman ingin menguji Hud-Hud apakah ceritanya benar atau tidak. Untuk itu, Sulaiman menyerahkan suratnya untuk disampaikan kepada Raja Saba’. Hud-hud pun terbang menuju Kerajaan Saba’ dengan penuh semangat seorang prajurit yang taat.
Setelah surat itu sampai, Ratu Saba’ menyampaikannya kepada para pembesarnya bahwa ia mendapat surat mulia dari Sulaiman yang dimulai dengan Bismillah ar-Rahman ar-Rahim. Isinya singkat, tapi padat, yakni, jangan kalian membangkang kepada saya dan datanglah kepada saya dalam keadaan menyerah. Lalu sang Ratu meminta pendapat para pembesarnya sebelum mengambil keputusan. Para pembesarnya mengatakan: Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang tangguh. Apa pun perintah Tuan akan kami lakukan. Mendengar ucapan itu, sang Ratu menyadari kekuatan Sulaiman yang tiada tandingannya dan berkata: Jangan kita lawan. Biasanya bila raja-raja itu masuk ke suatu negeri, mereka akan memporak-porandakannya dan menghinakan orang-orang yang mulianya. Mereka pasti lakukan itu. Lebih baik saya utus delegasi yang akan memberikan hadiah kepada Sulaiman. Lalu kita lihat nanti apa hasilnya.
Ayat 36-44 meneruskan cerita Sulaiman dan Ratu Saba’. Sulaiman menolak tawaran harta yang disodorkan padanya, menyuruh delegasi Ratu Saba’ pulang dan berjanji akan mengirimkan pasukannya yang tidak mungkin dikalahkan. Akhirnya, Ratu Saba’ menyerah dan masuk Islam. Dari kisah Sualaiman dan Ratu Saba’ ini dapat kita ambil pelajaran sebagai berikut:
- Nabi Sulaiman tidak silau dengan harta yang ditawarkan Raja Saba’ karena kenabian dan keislaman jauh lebih mahal dari dunia dan seisinya.
- Kekuatan prajurit Sulaiman sangat tangguh jauh melebihi teknologi canggih saat ini. Buktinya, Jin Ifrit bisa memindahkan kerajaan Saba’ yang terletak di Yaman ke Palestina sebelum Sulaiman beranjak dari tempat duduknya. Ada lagi yang lebih dahsyat, seorang manusia yang menurut ahli tafsir, sekretarisnya yang mampu melakukannya sekedipan mata.
- Nabi Sulaiman adalah orang bersyukur dan melihat semua karunia itu sebagai ujian, bukan kemuliaan dan kebanggaan.
- Kemusyrikan telah menutup pikiran dan hati Ratu Saba’ dan kaumnya untuk tidak bisa beriman kepada Allah. Setelah melihat mukjizat Allah, barulah Ratu tersebut menyadari kezalimannya.