Ayat 12-15 menjelaskan kondisi manusia saat melewati shirath (jembatan yang membentang antara mahsyar dan surga dan di bawahnya (neraka). Kaum mukmin lelaki dan perempuan yang banyak beramal saleh, diberi Allah cahaya di hadapan dan di sebelah kanan. Besarnya cahaya tergantung amal saleh mereka. Itulah berita gembira bahwa mereka pasti sampai masuk ke dalam surga yang mengalir di bawahnya berbagai sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kesuksesan besar tanpa batas.
Adapun kaum munafik lelaki dan perempuan tidak diberi Allah cahaya. Mereka berteriak agar kaum mukmin menunggu mereka. Tiba-tiba dikatakan pada mereka: Berbaliklah ke belakang dan carilah cahaya di sana. Saat itu, Allah jadikan dinding pemisah, seakan di dalamnya rahmat, padahal dibaliknya azab. Lalu mereka berkata: Bukankah kita waktu di dunia dulu bersama-sama? Kaum mukmin menjawab: Benar, tapi kalian mencelakakan diri kalian, selalu mengharap bencana pada kami, kalian ragu-ragu pada Islam dan tertipu angan-angan sampai Allah putuskan kematian, kalian tetap saja dalam kemunafikan. Pada hari ini tidak ada lagi tebusan bagi kaum kafir. Neraka tempat kalian. ItuIah seburuk-buruk tempat kembali.
Ayat 16-18 menjelaskan kaum mukmin harus segera sadar khusyuk berzikir pada Allah dan memegang teguh Al-Qur’an. Berlama-lama jauh dari Allah dan Al-Qur’an menyebabkan hati keras seperti yang terjadi pada Ahlul Kitab. Allah menjelaskan bagaimana Ia menghidupkan bumi setelah mati agar menjadi tanda Kebesaran-Nya bagi yang berfikir. Allah melipat gandakan pahala orang yang berzakat dan berinfak di jalan-Nya dan surga tempat kembali mereka.
Tafsir Ibnu Katsir