Ayat 19 menjelaskan mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya meraih gelar di sisi Allah sebagai shiddiqin dan syuhada’. Di akhirat kelak, mereka pahala dan cahaya. Sedangkan orang-orang yang kafir kepada Allah dan menolak wahyu Allah, mereka akan menjadi penghuni neraka.
Ayat 20 dan 21 menjelaskan hakikat kehidupan dunia adalah permainan, senda gurau, hiasan, bermegah-megah dan berlomba-lomba memperbanyak harta dan anak. Persis seperti hujan yang menyebabkan para petani kagum pada tanaman mereka. Tiba-tiba tanaman tersebut berubah menjadi kering kemudian kuning sehingga hancur. Azab akhirat jauh lebih dahsyat dari itu. Ampunan dan keridhaan Allah juga luar bisa. Sebab itu, berhati-hatilah agar tidak tertipu oleh kesenangan dunia yang tidak seberapa dibanding surga. Ampunan Allah dan surga-Nya harus dikejar secara kontinu dan sekuat tenaga. Siapa yang tidak tergiur? Luas surga itu seperti luas langit dan bumi. Disediakan spesial bagi orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya atau orang yang bertakwa pada-Nya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakiNya. Sungguh Allah itu memiliki karunia yang amat besar.
Ayat 22-24 menjelaskan, setiap musibah yang menimpa bumi dan diri manusia sudah tertulis dalam kitab Allah di Lauhil Mahfuz jauh sebelum musibah itu terjadi. Hal seperti itu bagi Allah mudah saja. Sebab itu, janganlah kita berduka terhadap harta yang hilang dari kita dan jangan pula berbangga disebabkan harta yang Allah anugerahkan kepada kita. Sesunggguhnya Allah tidak menyukai setiap orang sombong dan membanggakan diri.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong dan membanggakan diri itu biasanya kikir dan mengajak orang lain berbuat kikir pula. Siapa yang berpaling dari Allah dan tidak mau berinfak di jalan-Nya, maka sesungguhnya Allah itu Mahakaya lagi Maha Terpuji.