Ayat 13-26 menjelaskan:
- Allah Maha Mengetahui bisikan hati kita. Mustahil kita dapat menghindari kontrol-Nya. Sebab itu, janganlah kita merasa aman dari azab-Nya, seperti gempa bumi yang bisa menelan kita atau angin kencang mengandung batu seperti yang menimpa umat terdahulu, karena mereka menolak para Rasul dan wahyu-Nya.
- Allah mengajak kita untuk merenungkan ciptaan-Nya, seperti burung yang dapat terbang dengan sayapnya. Tidak ada yang dapat menahan burung itu dari kejatuhan kecuali Allah; Maha Penyayang. Adakah selain Allah yang Maha Pemurah itu yang mampu mengirim bala tentara untuk menolong kaum mukmin?
- Kaum kafir itu tertipu diri. Yang memberi dan menahan rezeki itu hanya Allah. Mengapa mereka terus saja sombong dan lari dari Allah? Apakah orang sesat itu lebih baik dari orang yang mendapat hidayah? Allah lah yang membesarkan kita, Dia ciptakan telinga, mata dan hati untuk kita. Mengapa kita tidak bersyukur pada-Nya? Dia mengembangbiakkan manusia di atas bumi dan kepada-Nya mereka dikembalikan. Kaum kafir menantang agar kiamat yang dikabarkan Rasul saw. segera terjadi. Allah perintah Rasul saw. untuk menjelaskan bahwa tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Rasul saw. itu hanya memberi peringatan. Yang beriman silahkan dan yang kafir silahkan.
Ayat 27-30 meneruskan ayat sebelumnya terkait ketidak yakinan kaum kafir terhadap azab akhirat. Setelah mereka melihatnya nanti di akhirat dari dekat, wajah mereka menjadi hitam pekat ketakutan. Padahal sewaktu di dunia mereka menantangnya. Nabi Muhammad saw. dan para pengikut setianya akan mendapat rahmat Allah. Sedangkan kaum kafir itu tidak ada yang menolong mereka dari azab neraka. Saat itu, kaum kafir akan menyadari kekufuran mereka. Di antara bukti kekuasaan Allah di dunia adalah air. Jika Allah keringkan sumbernya, tidak ada yang mampu mendatangkannya.