Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

nabi

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Tamu Ibrahim – Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Ibrahim meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah Kaldanin, tempat kelahirannya di Irak, dan melalui Yordania dan tinggal di negeri Kan’an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama kali beriman kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi kepada kaum yang menentang kebenaran.

Nabi Ibrahim duduk di luar kemahnya dan memikirkan tentang anaknya Ismail, dan kisah mimpinya serta tentang tebusan dari Allah SWT berupa kurban yang besar. Hatinya penuh dengan gelora cinta. Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT. Mulailah butiran-butiran air matanya bercucuran. Nabi Ibrahim mengingat Ismail dan mulai rindu kepadanya.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Dalam situasi seperti itu, turunlah malaikat (Jibril, Israfil, dan Mikail) ke bumi Jibril. Mereka berubah wujud menjadi manusia yang indah dan tampan. Mereka memegang misi dan tugas khusus. Mereka berjalan di depan Nabi Ibrahim dan menyampaikan berita gembira padanya, kemudian mereka akan mengunjungi kaum Nabi Luth dan memberikan hukum atas kejahatan kaumnya.

Melihat wajah-wajah yang bersinar itu, Nabi Ibrahim tercengang dan mengangkat kepalanya. Nabi Ibrahim tidak mengenal mereka. Mereka mengawali ucapan salam. Dan Nabi Ibrahim membalas salam mere­ka. Nabi Ibrahim bangkit dari tempatnya dan menyambut mereka. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka masuk ke dalam rumahnya.

Nabi Ibrahim mengira bahwa mereka adalah tamu-tamu asing. Nabi Ibrahim mempersilahkan mereka duduk, dan kemudian ia meminta izin kepada mereka untuk keluar dan menemui keluarganya. Sarah, istrinya, bangun ketika Nabi Ibrahim masuk menemuinya. Saat itu Sarah sudah mulai tua dan rambutnya mulai memutih.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim berkata kepada istrinya: “Aku dikunjungi oleh tiga orang asing.”Istrinya bertanya: “Siapakah mereka?”Nabi Ibrahim menjawab: “Aku tidak mengenal mereka. Sungguh wajah mereka sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka pasti datang dari tempat yang jauh, tetapi pakaian mereka tidak menunjukkan mereka berasal dari daerah yang jauh.

Oh iya, apakah ada makanan yang dapat kita berikan kepada mereka?”Sarah berkata: “Separo daging kambing.”Nabi Ibrahim berkata: “Hanya separo daging kambing. Kalau begitu, sembelihlah satu kambing yang gemuk. Mereka adalah tamu-tamu yang istimewa. Mereka tidak memiliki hewan tunggangan atau makanan. Barangkali mereka lapar, atau barangkali mereka orang-orang yang tidak mampu.”

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya. Kemudian disiapkanlah makanan. Setelah siap, Nabi Ibrahim memanggil tamu-tamunya untuk makan. Istrinya membantu untuk melayani mereka dengan penuh kehormatan. Nabi Ibrahim mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah SWT, kemu­dian Nabi Ibrahim mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai makan.

Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan dan beliau mengetahui bahwa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada hewan lain selain kambing itu, tetapi karena kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk tamunya.

Nabi Ibrahim memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun di antara tamunya yang mengulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan itu kepada mereka sambil berkata: “Mengapa kalian tidak makan?”Nabi Ibrahim kembali ke tempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka masih tidak memakannya. Saat itu Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahwa tamu yang tidak mau makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini berarti bahwa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berpikir dengan penuh keheranan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali berpikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya.

Mereka tidak memiliki binatang tunggangan yang mengantarkan mereka. Mereka juga tidak membawa bekal perjalanan. Wajah-wajah mereka sangat aneh baginya. Mereka adalah para musafir, tetapi anehnya tidak ada bekas debu perjalanan. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak mereka makan, lalu mereka duduk di atas meja makan tetapi mereka tidak makan sedikit pun. Bertambahlah ketakutan Nabi Ibrahim.

Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau mendapati istrinya Sarah berdiri di ujung kamar. Melalui pandangannya yang membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahwa ia merasa takut terhadap tamu-tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berpikir bahwa tamu-tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan ia sudah tua.

Para malaikat dapat membaca pikiran yang bergolak dalam diri Nabi Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: “Janganlah engkau takut.”Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia berkata: “Aku mengakui bahwa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mau memakannya. Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?”Salah seorang malaikat tersenyum dan berkata: “Kita tidak makan wahai Ibrahim, karena kita adalah malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth.”

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Mendengar semua itu, istri Nabi Ibrahim tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan rnereka. Salah seorang malaikat menoleh kepadanya dan memberinya kabar gembira tentang kelahiran Ishak. Allah SWT memberimu kabar gembira dengan kelahiran Ishak. Wanita tua itu dengan penuh keheranan berkata:

“Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?”(QS. Hud: 72)

Dan salah seorang malaikat kembali berkata kepadanya:

“Dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya’qub.”(QS. Hud: 71)

Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu. Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan istrinya. Suasana di kamar pun berubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Istrinya yang mandul berdiri dalam keadaan gemetar, karena berita gembira yang dibawa oleh para malaikat itu cukup menggoncangkan jiwanya. Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal dia adalah wanita tua. Di tengah-tengah berita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:

“Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku ielah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?”(QS. al-Hijr: 54)

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Apakah beliau ingin mendengarkan kabar gembira untuk kedua kalinya, ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar kedua kalinya karunia dari Allah SWT padanya? Atau­kah Nabi Ibrahim ingin menampakkan kegembiraannya kedua kali­nya? Para malaikat menegaskan padanya bahwa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.

“Mereka menjawab: ‘Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.'”(QS. al-Hijr: 55)

“Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.'”(QS. al-Hijr: 56)

Para malaikat tidak memahami perasaan kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi Ibrahim memahamkan mereka bahwa ia tidak berputus asa tetapi yang ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Kemudian istri Nabi Ibrahim turut bergabung dalam pembicaraan bersama me­reka. la bertanya dengan penuh keheranan: “Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang sudah tua. Sungguh hal ini sangat mengherankan.”Para malaikat menjawab:

“Para malaikat itu berkata: ‘Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahhan atas kamu, hai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'”(QS. Hud: 73)

Berita gembira itu bukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan istrinya. Nabi Ibrahim tidak mempuyai anak kecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab. Istrinya Sarah selama puluhan tahun bersamanya dan tidak memberinya anak. Ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya, Hajar. Maka dari Hajar lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak. Oleh karena itu, Sarah memiliki kerinduan besar terhadap anak.

Para malaikat berkata padanya: “Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya.”Kemudian saat ia berusia senja, ia mendapatkan kabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak, bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat juga menyampaikan kepadanya bahwa anaknya akan mempunyai anak (cucunya) dan ia pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia memasuki usia senja dan lupa.

Lalu datanglah balasan Allah SWT dengan tiba-tiba yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat ia berdiri karena saking gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang mengherankan. Hatinya dipenuhi dengan kasih sayang dan kedekatan. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa ia sekarang berada di hadapan suatu nikmat yang ia tidak mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak memiliki tanaman dan air. Demikian­lah perintah tersebut tanpa ada keterangan yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT memberinya kabar gembira saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari istrinya Sarah, dan setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak rnarnpu lagi melanjutkan makan karena saking gembiranya.

Ia memerintahkan pembantunya untuk mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.

Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini berarti akan terjadi suatu hukuman yang mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim mulai mendebat para malaikat tentang kaum Luth. Nabi Ibrahim berbicara kepada me­reka, bahwa boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para malaikat memahamkannya bahwa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan bahwa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi orang-orang yang melampaui batas.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu, Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: “Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?”Para malaikat menjawab: “Tidak.”Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka: “Apakah desa itu akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini.”

Para malaikat menjawab: “Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya.”Kemudian mereka memahamkannya bahwa perkara tersebut telah ditetapkan dan bahwa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan kaum Luth. Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu karena Allah SWT telah memutuskan perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun. Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: ‘Salamun’ (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: ‘Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.

Kabar Gembira dari Tamu Istimewa Nabi Ibrahim

Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.’

Para malaikat itu berkata: ‘Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.’ Maka tatkala rasa takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soaljawab ini sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.”(QS. Hud: 69-76)

Pernyataan malaikat itu sebagai syarat untuk mengakhiri perdebatan itu. Ibrahim pun terdiam.

Amaliyah
Logo