Pahitnya Menjadi Orang Yang Sendiri

Pahitnya Menjadi Orang Yang Sendiri

Sebentar lagi Ramadhan kan berlalu…para khadimat ( pembantu ) pun sudah berkemas2, bergembira tuk “mudik”lebaran. Baju baru, kue lebaran, dan berbagai bingkisan penyambung silaturahim…tradisi yang tak dilewatkan.

Suatu pagi, saya bertanya pada mbak yang selama ini mengasuh anak2 di rumah..
” Mbak, kamu mau pulang lebaran ini ? “ Karena memang sudah 3 tahun lebaran ini, ia tak pernah pulang.
Tatapannya jauh menerawang…” Nggak bu “,jawabnya lirih.
Saya tanya “ Kenapa ? “.
Sedikit berkaca ia berkata “ Sejak saya ditinggal bapak meninggal, tak lama ibu menyusul krn sakit, terakhir sebelum saya ke Jakarta, kakak laki2 saya satu2nya pun…berpulang. Padahal dia, tempat saya bergantung. Saya tak punya apa2 lagi bu, krn rumah satu2 nya tempat kami tinggal..sudah dijual paman, buat biaya berobat kakak. Meski akhirnya kakak meninggal juga di hadapan saya…awalnya saya berat menerima ini, kenapa Allah ambil juga satu2nya harapan saya..”. Air matanya mulai jatuh, membasahi wajahnya yang pucat.

Sudah,tak apa2…tapi kamu masih punya paman kan ? “., Hiburku.
Ya bu, tapi saya takut, paman saya galak sekali, sejak ditinggal kakak, saya diminta paman ke Jakarta buat bekerja, dan paman selalu meminta uang hasil kerja saya, sekarang saya disekolahkan, saya takut jika tak dapat bawa uang banyak, paman marah “

Terbayang di benakku, ketika 4 tahun y.l dengan wajahnya yang lugu, ia kami ambil dari sebuah yayasan, menjadi baby Sitter…dirumah kami, sampai si bungsupun kini telah besar.,lewat asuhan tangannya juga.

Dapat dirasakan oleh kita, betapa pahitnya menjadi orang yang sendiri, jauh dari orang2 yang kita cintai. Pernah suatu kali kulihat ia menangis, ketika takbiran tahun lalu berkumandang, menjelang sholat Ied.
Katanya, ia rindu ibunya, rindu kakaknya, rindu bapaknya, rindu rumahnya.
Kupeluk ia, kamipun menangis bersama…

Karenanya, akupun jadi rindu pada almarhum ibu mertuaku…yang sangat baik. Sebagaimana mungkin teman2 pun rindu orang tua yang tiada, jauh, apalagi yang jauh berada dibelahan benua lain….Meski kitapun bersyukur, masih memiliki belahan cinta kita yang lain…
Kita masih dihibur oleh permata hati, dan suami yang membimbing dengan berjuta kesabaran,,juga masih memiliki orang tua yang senantiasa menebarkan kasih sayangnya.., dengan cinta yang tidak terputus. Dalam milis terakhir, mulai banyak teman2 kita yang kehilangan ayah/ibunya ya…?

Suatu saat, mungkin kitapun akan merasakan pahitnya menjadi orang yang sendiri, ditinggal oleh pasangan yang kita sayangi, atau oleh orang2 disekitar kita.

Namun kita memang tak boleh tergilas dengan kesendirian kita, masih ada Allah yang selalu bersama, jika kita meyakininya.
Kisah tadi hanya petikan kecil, ketika seorang yatim piatu harus melawan perasaan2nya..atas kepahitan hidup yang dijalaninya.

Saya katakan ” Orang tuamu telah menanti di syurga lewat do’amu…dan roda kehidupan ini terus berputar…jangan pernah menjadi orang yang kalah atas ujian
Ya..bu,..terimakasih telah memberi saya tempat..tahun depan saya akan pulang, untuk ziarah ke makam bapak, ibu,dan kakak, mudah2an saya sudah lulus ( SMU ), setelah itu saya akan bekerja dengan ijazah saya, agar tak merepotkan ibu lagi.”

Dadaku rasanya tersekat.Ada sesuatu yang kurasakan, bahwa ia telah menjadi bagian dari hari2 kami. Ya Allah, ternyata engkau telah tumbuhkan rasa cinta yang mengalir…atas perjalanan dan kebersamaan ini.
Disinilah tempat mbak kembali. Saya yakin, kamu juga menyayangi anak2 yang ada dirumah ini, jika kamu pergi kamu akan merindukan mereka sebagaimana kamu rindu pada keluargamu…ya kan? dikala mereka sakit, kamu ikut merawat, kamu menjadi kakak yang menjadi teman mereka curhat…
Dia tertunduk, terisak dalam.
Dengar mbak, saya dan seisi rumah ini akan kehilangan…kami juga ingin mbak bahagia. Mbak boleh pergi, dengan satu syarat keberhasilan, tapi tetap jadikan rumah ini sebagai tempat kembali…

Terkadang begitu banyak kesalahan yang telah kita lakukan, penghargaan kita atas orang2 yang telah membantu kita. Padahal Sejak shubuh mereka telah bekerja, hingga malam, melawan kantuk dan lelah, setelah itu barulah ia belajar, atau mengurusi keperluan dirinya sendiri.

Semoga, kasih sayang kita, tidak membuatnya merasa sendiri..karena jika bisa, tak ada yang ingin bekerja jauh dari kampung halaman, berpisah jauh dari keluarganya. Pernahkah kita membayangkan itu terjadi atas anak2 kita? Karena selama ini hasil kerja mereka, untuk pengabdian keluarganya di kampung. Subhanallah.
Ya Rabbi, ampuni kedzholiman yang telah kami lakukan selama ini. Beri keberkahan atas rumah Tangga kami…dengan kami ikut memelihara amanahMu. Amin.

Sekedar berbagi, semoga dapat memetik hikmah, menjelang kepulangan para mbak, tukang kebun, sopir, bibi pengasuh..dll. Selayaknya kita memaklumi kesalahan yang mereka lakukan, karena keterbatasan pengetahuan mereka, semoga kita diberi kesabaran…

Met Lebaran juga, maaf lahir batin, jangan lupa zakat dan i’tikaf ya…

oleh Ana Andriany. (diambil dari milis 70_87@yahoogroups.com)

support by:

umroh-haji.net

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo