Studi Kasus Tanggapan Habib Ali Jufri Terhadap Kasus Kartun Denmark

Studi Kasus Tanggapan Habib Ali Jufri Terhadap Kasus Kartun Denmark

Berbeda dengan reaksi berbagai kalangan muslim yang penuh amarah dan tindak kekerasan di dalam menanggapi kasus kartun Denmark. Habib Ali Jufri dengan kesejukan hatinya dan ketajaman pandangan, pikiran, akal, dan mata batinnya telah melakukan serangkaian langkah yang menhunjam dan bervisi jauh ke depan. Dan berharap akan adanya dampak yang positif bagi muslim dan non-muslim,
terutama yang tinggal di negara-negara Barat, serta berharap akan adanya dampak yang positif bagi dakwah Islam.

Bukannya melihat kasus ini sebagai ancaman dan bahaya terhadap Islam dan Muslimin, Habib Ali justru secara cerdas melihat hal ini sebagai peluang yang besar untuk masuk ke negeri Eropa secara terbuka, untuk menjelaskan secara bebas tentang Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan berdialog dengan penduduk serta kalangan pers di sana tentang agama ini dan tentang fenomena muslimin.
Ringkasnya, Habib Ali justru melihat ini sebagai peluang dakwah yg besar.

Tentu saja cara pandang Habib Ali juga disebabkan karena pemahaman beliau yang sangat dalam tentang karakter masyarakat Barat. Salah satu karakter terbesar mereka adalah: rasa ingin tahu, dan rasionalitas, serta sikap siap mendengarkan.

Karakter-karakter umum ini, ditambah sorotan perhatian kepada Rasulullah, maka justru inilah peluang besar untuk melakukan Bayan (Penjelasan). Mereka ingin tahu tentang Nabi, berarti mereka dalam kondisi siap mendengarkan. Mereka rasional, berarti siap untuk mendapatkan penjelasan yang logis, rasional, sesuai dengan akal fikiran yang sehat sejalan dengan mantiq.

Apabila kita bisa menjelaskan tentang Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan agama ini kepada mereka dengan cara yang menyentuh akal dan hati mereka, maka kita justru akan bisa mengubah mereka. Dari yg anti menjadi netral, yang netral menjadi pro, yang pro menjadi muslim, yang antipati menjadi simpati, yang keras menjadi lembut, yang marah menjadi dingin, yang cuek menjadi penasaran.

Sekaligus pula mencegah simpatisan menjadi oposan, pro menjadi anti dan seterusnya. Ditambah lagi, bahwa salah satu satu sebab terbesar kesalahfahaman mereka terhadap Islam adalah Misinformasi dan Mispersepsi, sehingga ada harapan besar bahwa bila mereka mendapatkan informasi yang benar dari tangan yang benar maka persepsi mereka tentang Nabi dan agama ini terkoreksi, dan mengalami pelurusan dan perbaikan, tidak lagi terdistorsi. Maka mereka akan jadi lebih toleran, lebih berempati, lebih bisa menerima dan memahami. Sehingga hati mereka jadi lebih terbuka, dan kemungkinan masuknya hidayah ke dalam jantung mereka semakin besar.

Karena karakter masyarakat Barat yg terbuka, toleran, lebih bisa menerima keanekaragaman budaya, maka peluang dakwah terbuka bebas, setiap orang bebas mengeksresikan pendapat dan gagasannya tanpa sensor, justru inilah ranah ideal untuk dakwah Islamiyah. Tentu saja ini bagi para da’i yg berfikiran terbuka, berakal lurus dan tajam, cerdas memahami situasi kondisi, dan memiliki dada yang
cukup lapang dalam menerima tanggapan negatif, serta giat melakukan pendekatan yang konstruktif dan positif, serta memiliki akhlaq yang mulia. Dan sekali lagi sangat penting untuk memahami karakter dan kondisi masyarakat Barat.

Tidak berhenti disini, Habib Ali ketika melihat berbagai reaksi yg ada, menemukan satu benang merah: semua kelompok dalam masyarakat yg mengaku beragam Islam marah. Tanggapan kemarahan yg mencerminkan masih adanya sisa-sisa Mahabbah terhadap Nabi sallallahu alaihi wa sallam ini, terjadi lintas mazhab, lintas toriqoh, lintas jamaah, bahkan lintas aqidah. Habib Ali melihat ini sebagai
peluang pula untuk menyatukan visi kaum muslimin dan menyatukan barisan sof kaum muslimin. Kalau kaum muslimin tak bisa bersatu dalam mazhab, toriqoh, bahkan akidah, maka mereka ternyata bisa disatukan dalam Mahabbah dan Pembelaan terhadap Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Maka Habib Ali membentuk gerakan “petisi/bayan” para ulama besar dunia Islam lintas mazhab, bahkan akidah. Ini
adalah petisi/bayan/seruan para “pecinta Nabi”. Petisi/bayan/seruan ini ditujukan kepada dunia Barat secara umum juga kepada dunia Muslim.

Embrio penyusunan petisi/bayan/seruan/penjelasan ini dimulai dari sekelompok kecil ulama -ulama besar ahli sunnah wal jamaah, merembet hingga tokoh-tokoh wahhabi dan syiah ikut serta menandatangani petisi ini.

Langkah Habib Ali tidak berhenti di sini. Beliau membentuk sekelompok da’i-da’i, yang dikenal dengan akhlaqnya, dan keterbukaan fikiran dan luas dadanya, serta kesiapannya untuk melakukan dialog-dialog secara intensif dan bebas dengan masyarakat Barat. Kemudian beliau bersama kelompok da’i ini mengadakan safari intensif keliling Eropa bertemu dengan kalangan pers dan berbagai kalangan
lainnya, melakukan Bayan (Penjelasan). Ini dilakukan dengan memahami secara teliti tentang karakter masyarakat Barat.

Tidak berhenti di situ, Habib Ali dan para da’i – da’i ini mengambil momen ini untuk memupuk cinta muslimin kepada Rasulullah, untuk menghidupkan lagi tradisi-tradisi yg lama mati, dan untuk mengajak muslim berakhlaq mulia sebagaimana akhlaq Nabinya (dan betapa jauhnya kita dari akhlaq beliau
sallallahu alahi wa sallam !). Sambil mengingatkan kaum muslimin yang berdemo agar menjaga adab dan akhlaq Nabawi, jangan sampai kita justru mencoreng wajah beliau sallallahu alaihi wa sallam dengan perbuatan dan akhlaq buruk kita.

Dan Habib Ali menyeru kepada kaum muslimin untuk memanfaatkan momen ini dengan menghadiahkan buku-buku tentang Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kepada para tetangga dan kawan-kawan mereka yang non-muslim, serta untuk membuka topik untuk menjelaskan kepada mereka tentang Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan kedudukan beliau sallallahu alaihi wa sallam di lubuk hati kaum muslimin.
Tidak berhenti di situ, al Habib Ali, memanfaatkan momen ini untuk menyatukan da’i – da’i sedunia dalam satu sof dan mempelopori berdirinya organisasi da’i sedunia.

Yang menarik, Habib Ali dalam semua tindakan dan langkahnya ini tidak sendirian, tetapi senantiasa menggandeng, berkoordinasi dan bermusyawarah serta melibatkan para ulama besar dunia seperti syekh Muhammad Said Ramadhan Al Buty, Syekh Ali Jum’ah mufti mesir, mufti syiria dan ulama-ulama besar lainnya. Sehingga gerakan ini menjadi gerakan kolektif, milik bersama. Bukan milik Habib Ali.

Sebagai salah satu dampak dari gerakan ini adalah terjalinnya silaturrahim, dan tersambungnya komunikasi yg terputus atau kurang intensif diantara para ulama dan da’i muslimin. Karena mereka jadi giat berkomunikasi lintas mazhab, pemikiran, kecenderungan pribadi, bahkan lintas akidah.

Tentu saja untuk berani melakukan dialog dengan pers Barat dibutuhkan kecerdasan dan keluasan berfikir serta pemahaman atas pola berfikir masyarakat Barat. Habib Ali dan para da’i ini selain mereka sangat memahami masyarakat Barat, juga memiliki tim khusus yg melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah dan mendetail tentang subjek apapun yg dibutuhkan.

Pada hakikatnya masyarakat Barat sekarang bukanlah masyarakat Kristen, tetapi masyarakat sekuler-kapitalis-rasional-liberal. Maka itu kita harus berhati-hati dalam memahami ayat maupun hadis ke dalam konteks ini. meskipun masih banyak pula diantara mereka yg memandang masyarakatnya sebagai masyarakat Kristen. Dan masih banyak pula membekas di benak mereka berbagai gambaran negatif yang keliru tentang Rasulullah dan muslimin, yang merupakan warisan panjang kesalahafahaman
yg telah berlangsung selama berabad-abad.

Bisa jadi gerakan yang dipelopori Habib Ali ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah, atau paling tidak semenjak puluhan tahun terakhir ini, yang mampu untuk menjalin sejumlah besar pemuka agama dunia Islam lintas berbagai latar belakang yang berbeda ke dalam satu sof lurus yang panjang untuk secara bersama-sama dan berjamaah menanggapi sebuah isu internasional dengan satu suara bulat yang tidak terpecah-pecah. Kita berharap bahwa ini tidak akan segera berakhir bahkan justru menjadi sebuah awal dari persatuan ulama dan da’i-da’i muslimin. Dan kita berharap bahwa kerjasama dan ta’awun semacam ini bisa menjadi model bagi kerjasama lainnya di masa depan.

Wallahu a’lam bis shawab.

Catatan: karena keterbatasan sarana, mungkin terdapat beberapa data dan
informasi yang kurang akurat. Mudah-mudahan Allah yang Maha Pemurah memaafkan
kelemahan hamba ini.

oleh: Hany b. Abdurrahman Baagil

support by:

umroh-haji.net

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo