Tadabbur Juz 1 Al-Qur’an: Kandungan Isi dan Konteks Ayat

Tadabbur Qur'an

Juz 1

Al-Qur’an dimulai dengan doa untuk memohon bimbingan, dan jawaban untuk doa itu. Bimbingan adalah tema utama yang mengalir di sepanjang juz 1 al-Qur’an. Bab pembuka Al-Qur’an, Surah al-Fatihah, adalah doa yang terstruktur dengan indah untuk memohon petunjuk.

Dimulai dengan memuji Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang indah, kemudian mengingatkan kita untuk menyembah Allah saja. Ayat ini menetapkan hubungan kita dengan Allah sebagai hubungan ibadah. Allah adalah Tuhan kita, yang hanya Dia lah yang kita sembah dan mintai pertolonganNya.8

Kemudian ini diikuti dengan doa untuk mohon petunjuk, di mana kita minta ditunjukkan jalan orang-orang yang disukai Allah. Kita juga minta ditunjukkan dua jalan yang menjauhkan kita dari Allah: kesesatan dengan mengikuti keyakinan yang salah secara membabi buta, dan keangkuhan menolak kebenaran yang sudah sangat jelas, sehingga menimbulkan murka Allah.9

Surah al-Fatiḥah (yang berisi permohonan untuk diberi petunjuk) segera diikuti dengan pernyataan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi mereka yang bertakwa.10 Ayat-ayat pembukaan Surah al-Baqarah menjelaskan bahwa Al-Qur’an hadir untuk membimbing kita, tapi kita hanya bisa mengakses bimbingan itu jika kita tulus dalam berjuang untuk kebenaran. Surah-surah selebihnya dibangun di atas tema ini dengan membahas berbagai topik yang berkaitan dengan tema hidayah.

Bagian pembuka dari Surah al-Baqarah menggambarkan tiga cara orang-orang bereaksi terhadap bimbingan Al-Qur’an. Orang-orang saleh mempercayainya, menerimanya, dan berusaha keras untuk mengikutinya. Orang-orang kafir menolaknya dan berpaling darinya. Kelompok ketiga, orang-orang munafik, mendapat perhatian paling besar karena ini adalah jalan berbahaya yang tidak disadari oleh orang-orang. Orang-orang munafik secara lahiriah memeluk petunjuk Al-Qur’an, namun secara internal menolaknya. Mereka adalah Muslim pada tingkat permukaan, namun sikap mereka terhadap wahyu lebih dekat dengan orang-orang kafir. Ayat ini mengajak kita untuk introspeksi diri dan memastikan kita tidak memiliki ciri-ciri orang munafik.11

Apakah kita memeluk tuntunan Al-Qur’an atau tidak, tergantung pada sikap dan niat kita terhadapnya. Orang yang mendekati Al-Qur’an dengan pola pikir antagonis lebih cenderung menolaknya. Mereka yang dengan tulus mencari kebenaran, lebih mungkin untuk mengikutinya; inilah sebabnya mengapa quran ini disebut sebagai “Petunjuk bagi orang yang bertakwa.”

Berbagai kisah dalam Surah al-Baqarah menunjukkan kepada kita reaksi yang berbeda terhadap petunjuk Allah. Manusia pada dasarnya akan tergelincir, tetapi bagaimana kita bereaksi terhadap kesalahan kita sendiri menunjukkan sikap kita secara keseluruhan terhadap Allah. Kisah Adam dalam Surah al-Baqarah adalah pengingat bahwa sebaik-baik manusia juga melakukan kesalahan, tetapi dengan kerendahan hati mereka mengakui kesalahan mereka dan segera bertobat. Inilah jalan hidayah.12

Bandingkan ini dengan kisah Iblis dan Firaun. Keduanya aktif menolak kebenaran – meskipun mereka sebenarnya mengakuinya – karena kesombongan buta mereka. Kesombongan mereka menghalangi mereka dari jalan petunjuk dan menuntun mereka menuju api neraka. Ini adalah peringatan keras terhadap sifat jahat kesombongan dan pengaruhnya terhadap hati. Mengenai hal ini, Sufyan Ibn Uyaynah berkata, “Adam berdosa karena nafsu, Setan berdosa karena kesombongan. Orang yang berbuat dosa karena nafsu akan lebih mudah bertaubat daripada orang yang berbuat dosa karena sombong.”

Kisah lain yang disebutkan dalam Surah al-Baqarah adalah kisah Sulaiman. Dalam surah ini, Allah menyatakan bahwa Sulaiman tidak kafir; sebaliknya, setanlah yang kafir.13 Sulaiman diberkahi dengan semua kelebihan duniawi, tetapi dia tidak membiarkan kelebihan-kelebihan itu mengalihkannya dari tujuan hidup. Sulaiman adalah bukti bahwa bahkan orang yang memiliki segalanya di dunia ini masih bisa melewati ujian kehidupan, jika mereka ikhlas.

Kisah terakhir dalam juz 1 ini adalah tentang Nabi Ibrahim. Ibrahim mendapat hidayah dan menginginkan hidayah bagi keturunannya. Allah memuji karakternya yang indah dalam surah ini dengan penekanan khusus pada doa yang beliau panjatkan kepada Allah, untuk kebaikan keturunannya. Ibrahim menginginkan orang-orang dari keturunannya yang akan melanjutkan pekerjaan menyeru kepada hidayah Allah. Allah menjawab doanya melalui anak-anaknya, Ismaʿīl dan Ishaq, serta keturunan-keturunan mereka, termasuk Musa, Isa, Muhammad SAW, dll.14

Surah ini diakhiri dengan pernyataan bahwa kita percaya pada semua nabi-nabi dan kita membenarkan semua yang diwahyukan kepada mereka masing-masing. Umat ​​kita disebut umat yang seimbang yang akan menjadi saksi bagi setiap umat lainnya, sedangkan nabi kita, Muhammad SAW, adalah saksi atas kita.

Juz berikutnya dimulai dengan pergantian kiblat yang menandakan peralihan wahyu dari keturunan Ibrahim – Israel ke keturunan Ibrahim – Ismail.

Karena Surah al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam Al Qur’an, temanya berlanjut ke juz 2 dan juz 3, di mana kita akan mengeksplorasi pelajaran lain yang berkaitan dengan hidayah dan kesesatan.

 

Catatan Amaliyah.net :

  1. Buku asli berbahasa Inggris, dapat diunduh secara gratis di sini
  2. Buku ini diterjemahkan dengan bantuan google translate, dengan sedikit modifikasi untuk mendapatkan “rasa bahasa” Indonesia yang lebih baik.
  3. Setiap kutipan terjemahan al-quran, telah dikonfirmasi dengan terjemah Qur’an bahasa Indonesia Kemenag RI
  4. Untuk melengkapi seri tadabbur 30 hari ini, anda juga dapat mengunjungi seri tadabbur qur’an 360
Amaliyah
Logo