Ketika kita menemui masalah yang disebabkan oleh salah seorang anak kita, maka kita bisa meminimalisir atau menyelesaikan masalah yang ada tersebut dengan menelusuri trik-trik secara santun sekaligus memberikan pengajaran kepada anak secara benar dan tepat untuk masa-masa mendatang.
Akan tetapi sebelum kedua orang tua memberikan pendidikan yang benar kepada anaknya, maka keduanya harus memiliki kesiapan hati. Hal tersebut adalah sebagai berikut:
Menerima keberadaan anak dan fikirannya, dan siap mendengarkan keluh-kesah anak tanpa ragu dan malu. Untuk itu, maka kedua orang tua harus mengerti satu permasalahan penting, yaitu bahwa Allah ta’alaa menciptakan anak kecil dengan kepribadian dan kemampuan yang masing-masing berbeda. Apabila kita mendapati seorang anak tersinggung karena cemoohan anak lain, atau mungki takut sekali. Maka, pada saat itu tidak ada gunanya orang tua mengatakan kepada anaknya “kamu mudah tersinggung” atau “kamu penakut” atau “Si Fulan lebih baik daripada kamu”. Kedua orang tua harus bisa meyakinkan bahwa ia mencintai dan menerima keberadaan anak tersebut. Dan tidak menjadi syarat untuk mencintai anaknya, orang tua menjadi ahli motivator atau brilian, akan tetapi yang dibutuhkan adalah ia bisa membantu anaknya dalam menyelesaikan masalah yang ditemuinya.
Menjauhi kebiasaan membeda-bedakan: Setiap anak memiliki kemampuan yang tidak sama dalam menunjukkan ketidaksukaan. Terkadang ada yang sangat pandai menyembunyikan pengaruh kesalahannya daripada anak-anak lain anak dengan cara melakukan gerakan-gerakan yang dibuat-buat dan suka main-main. Jika terjadi masalah diantara kedua anaknya, maka kebanyakan kita cenderung menyalahkan anak kedua dan sebagai penyebab masalah tersebut sebagaimana kita ketahui dari perilakunya tanpa melihat kepada inti masalah yang terjadi. Hal ini adalah diantara pendorong anak pertama untuk selalu menipu karena ia merasa diuntungkan pada kasus ini, dan anak kedua merasa tertekan dan rugi karena didhalimi.
Menerima seaneh apapun ide dan buah fikiran yang baru dari anak-anaknya. Banyak terjadi pada para orang tua memaksakan keinginan dan kesukaan dirinya. Hal ini bisa menghilangkan kesempatan bagi anak-anak untuk bisa mengambil manfaat dari pendapat dan pengalaman orang lain, dalam hal ini, maka seorang anak akan kehilangan kesempatan untuk memenuhi keinginan orang tuanya untuk memperhatikan diri dan pendapatnya.
Mengundurkan pemberian sanksi disaat waktunya sempit. Ketika seorang anak berbuat salah, maka ia berhak untuk diajak diskusi dan memperoleh penjelasan tentang sanksinya. Sebab, sanksi yang akan diberikan tidak boleh dilaksanakan di bawah hitungan waktu. Misalnya, seorang ayah memulai diskusi tentang masalah yang terjadi itu 5 menit sebelum waktu tidur. Pada kejadian seperti ini, maka sebaiknya pembicaraan dilakukan besoknya saja, dengan tetap serius untuk tidak melupakan masalah itu berjalan tanpa ada penyelesaiannya. Maka, berfikir ulang di bawah hitungan waktu untuk memperoleh sanksi yang relevan adalah sesuatu yang sulit tercapai. Sebaliknya, mengakhirkan memberi kesempatan kepada semua untuk memikirkan apa yang seharusnya dikerjakan akan memberikan petunjuk dan hikmah yang besar.
Sumber: Majalah Al-Usrah