Ayat 62 menjelaskan sistem keimanan yang Allah tetapkan kepada manusia sama, baik terhadap kaum Mukmin dari umat Nabi Muhammad saw., kaum Yahudi, Nasrani atau Shabi’in (para ahli tafsir ada yang mengatakannya agama campuran). Siapa pun mereka, selama beriman kepada Allah dengan konsep tauhid yang dibawa Nabi Muhammad saw., beriman pada hari akhirat dan beramal shaleh (beribadah)sesuai ajaran Nabi Muhammad Saw., maka bagi mereka pahala dari Allah, tidak ada ketakutan dan tidak pula kesedihan bagi mereka.
Ayat 63 – 69 masih berkisah tentang kelakuan buruk Bani Israel seperti, mengingkari janji mereka dengan Allah saat mereka diancam dengan diangkatnya gunung Sinai ke atas mereka dan melanggar ibadah pada hari Sabtu. Akibatnya, Allah rubah mereka menjadi monyet-monyet agar menjadi contoh bagi yang hidup di masa itu dan di masa setelah itu serta pelajaran baik bagi kaum bertakwa.
Bani Israel juga ngeyel dan banyak bertanya ketika Musa mengatakan bahwa Allah menyuruh mereka menyembah sapi betina, Sikap tersebut karena tidak yakin kepada kenabian Musa. Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya untuk menghindar saja.
Ayat 70 dan 71 meneruskan ayat sebelumnya terkait perintah Allah kepada Bani Israel menyembelih sapi betina. Mereka bertanya terus sampai-sampai menanyakan seperti apa persisnya sapi betina itu karena masih samar bagi mereka. Akhirnya, Allah minta Musa menjelaskan bahwa sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tidak belang. Nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu, karena semakin sulit spesifikasinya.
Ayat 72 – 76 masih berkisah tentang kelakuan buruk Bani Israel. Di antaranya saling melemparkan tuduhan terhadap kejahatan pembunuhan yang mereka lakukan di kalangan mereka sendiri. Berbagai kejahatan dan dosa tersebut menyebabkan hati mereka keras melebihi batu sehingga sulit memahami wahyu Allah, termasuk Al-Qur’an Al-Karim.
Sebab itu, Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya agar tidak terlalu berharap kepada Bani Israel itu mau percaya dan tunduk kepada Sistem Islam yang diterapkan. Sebab, sebelumnya mereka membaca wahyu Allah, yakni Taurat, kemudian mereka rubah setelah mereka akal-akali dengan sengaja. Mereka juga bermuka dua kepada kaum mukmin dan tidak mau jujur kepada Allah dan Rasul mereka, apalagi kepada kaum mukmin.