Ayat 1 terdiri dari 3 huruf Hijaiyyah (huruf Arab), yaitu, alif, lam dan mim. Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surah yang awalnya dimulai dengan gabungan beberapa huruf seperti ini. Tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali hanya Allah. Rasul saw. tidak pernah menjelaskan maksudnya. Demikian juga para sahabat Rasul saw. yang kepada mereka Al-Qur’an diturunkan pertama kali, tidak pernah menjelaskan apa maksudnya. Sebab itu, jumhur ulama tidak berani menafsirkannya. Mereka hanya mengatakan: Allah-lah yang Mengetahui maksudnya.
Ayat 2-9 dari surat Ali Imran ini menjelaskan ketuhanan dan ubudiyah itu hanya layak bagi Allah, karena Dialah yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri. Dia menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw. dengan benar, yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yakni Taurat dan Injil sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Siapa yang ingkar kepada ayat-ayat Allah, termasuk Al-Qur’an, mereka akan mendapat azab neraka.
Allah Mahaperkasa, mempunyai balasan siksa dan tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi bagi-Nya di langit dan juga di bumi.
Dialah yang mendesain mereka dalam rahim ibu mereka sesuai kehendak-Nya. Sebab itu, ilah (tuhan) yang berhak disembah hanya Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang muhkamāt dan mutasyābihāt. Orang yang beriman mengimani keduanya penuh keyakinan. Sedangkan orang yang hatinya sakit akan mencari-cari tafsir ayat-ayat mutasyābihāt dengan tujuan membuat kerusakan. Maka berdoalah agar tidak tersesat di dunia, mendapat rahmat-Nya dan tidak diazab Allah di akhirat kelak.
Ayat 10-15 menjelaskan dua ideologi saling bertentangan. Pertama, ideologi kaum kafir. Mereka meyakini harta adalah segalanya dan akan mampu menyelamatkan mereka di dunia dan di akhirat kelak. Padahal Firaun adalah bukti nyata betapa kekuasaan, harta benda dan pasukan yang kuat itu sama sekali tidak berguna ketika Allah tenggelamkan mereka di laut merah.
Kaum kafir berperang dan menjalankan semua aktivitas mereka untuk kepentingan dunia. Allah sudah putuskan, mereka akan dikalahkan di dunia dan akan dikumpulkan di akhirat ke dalam neraka. Faktanya adalah perang Badar. Kaum muslimin berperang di jalan Allah, sedangkan kaum kafir Mekah didasari kekufuran. Allah rubah pandangan mereka sehingga melihat jumlah kaum muslimin dua kali lipat dari jumlah mereka. Padahal, jumlah kaum muslimin sebenarnya sepertiga dari jumlah mereka. Banyak cara Allah menolong hamba-hamba-Nya yang mukmin. Peristiwa Badar itu menjadi pelajaran sangat berharga bagi orang yang mampu melihat kekuasaan Allah dengan mata hatinya.
Kedua, ialah orang yang beriman pada Allah dan akhirat serta bertakwa kepada-Nya. Mereka tidak dikendalikan syahwat wanita, harta dan tahta. Mereka memperlakukan dunia ini hanya sebagai sarana mencari ridha dan surga yang dijanjikan Allah. Sebab itu, mereka tidak silau dan tertipu oleh gemerlap dunia, sebesar apapun yang datang kepada mereka. Karena mereka paham dan yakin surga yang mengalir di bawahnya berbagai sungai dan kekal di dalamnya, istri-istri yang bersih dari haid dan keredaan Allah sangat jauh lebih menarik. Sedangkan kehidupan dunia ini hanya berbilang tahun saja. Itulah karakter orang yang bertakwa kepada Allah.