Ayat 111-117 masih menjelaskan realitas perlawanan kaum kafir terhadap dakwah tauhid yang dibawa Rasul saw. Sekiranya Allah turunkan kepada mereka para malaikat dan orang-orang matai bicara dengan mereka berhadap-hadapan, niscaya mere ka tidak juga beriman, kecuali orang yang pantas mendapat hidayah. Kebanyakan mereka tetap dengan sistem jahliyah. Kecintaan yang mendalam terhadap jahiliyah menyebabkan sulitnya manusia menerima sistem tauhid sebagai the way of life. Allah telah tetapkan setiap nabi itu ada musuh dari manusia dan jin yang saling bekerjasama untuk mengadakan kebohongan-kebohongan dengan bahasa yang indah sehingga banyak manusia tertipu. Orang-orang yang tertipu itu adalah mereka yang hatinya tidak beriman kepada akhirat.
Allah adalah Hakim Tertinggi yang telah menciptakan sistem hidup untuk manusia melalui Al-Qur’an secara detail. Ahlul Kitab mengetahui betul Al-Qur’an itu diturunkan dari Tuhan Pencipta, Allah Ta’ala dengan sebenarnya. Sebab itu, tidak ada alasan kaum muslimin ragu terhadap Al-Qur’an.
Al-Qur’an itu sudah keputusan Allah yang benar dan adil. Allah tidak akan mengubahnya karena Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Sedangkan Kebenaran itu tidak didasarkan pendapat mayoritas manusia karena akan menyesat kita dari jalan Allah. Mayoritas itu biasanya mengikuti sesuatu berdasarkan prasangka, kebohongan dan fiktif. Allah Maha Mengetahui siapa yang pantas tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang berhak mendapat hidayah-Nya.
Sedangkan ayat 118 kembali menjelaskan sistem atau aturan makanan dalam Islam yaitu, kaum muslimin dibolehkan memakan hewan yang halal dimakan jika disembelih atas nama Allah, sebagai salah satu bukti keimanan pada Al-Qur’an.
Ayat 119 – 121 meneruskan peraturan tentang makanan. Di antaranya, tidak dihalalkan memakan hewan yang disembelih tidak berdasarkan nama Allah. Allah telah jelaskan dengan rinci, kecuali jika darurat (kalau tidak dimakan bisa menyebabkan kematian). Hawa nafsu adalah faktor dalam diri manusia yang menyebabkan tersesat, karena hawa nafsu itu anti ilmu, hati nurani dan mendorong manusia berbuat kejahatan. Allah perintahkan kita meninggalkan dosa lahir dalam bentuk ucapan dan perbuatan, dan dosa batin dalam bentuk niat, pikiran dan angan-angan. Memakan hewan yang tidak disembelih dengan nama Allah adalah sebuah kejahatan. Setan sangat pandai menggoda manusia agar melanggar sistem Allah. Menaati setan adalah perbuatan syirik yang membatalkan akidah Tauhid.
Ayat 122-124 menjelaskan mukjizat Al-Qur’an. Di antaranya, orang yang mendapatkan cahaya Al-Qur’an itu ibarat orang yang dihidupkan kembali sesudah mati dan diberi cahaya yang meneranginya dalam kegelapan. Sebaliknya, orang yang tidak mendapatkan cahaya Al-Qur’an itu seperti orang yang berada dalam kegelapan dan tidak mampu keluar darinya.
Orang-orang kafir atau menolak Al-Qur’an itu merasa indah dalam kekufuran mereka. Kemudian, setiap negeri itu ada saja tokoh-tokoh anti dakwah Tauhid yang selalu membuat makar terhadap Islam. Namun demikian, makar mereka akan membahayakan diri mereka senderi. Salah satu bentuk makar mereka ialah menolak kebenaran Al-Qur’an atau sebagian ayatnya dengan alasan sudah tidak up to date (sudah usang). Padahal Allah itu Mahatahu bagaimana, di mana, kapan dan kepada siapa ayat-ayat-Nya diturunkan. Ingatlah, orang-orang yang membuat makar pada Islam dan Al-Qur’an akan ditimpakan Allah kehinaan dan siksa yang pedih, yakni dimasukkan ke dalam neraka di akhirat kelak.