Hari ke-101: Tadabbur Surah At-Taubah Ayat 27-36

Hari ke-101: Tadabbur Surah At-Taubah Ayat 27-36

Ayat 27 masih meneruskan pembahasan ayat sebelumnya. Bagi yang terlanjur memahami kemenangan itu karena jumlah yang besar (kuantitas), bukan karena Allah semata, maka segeralah bertobat. Allah pasti menerima tobat.

Ayat 28 dan 29 menjelaskan status kaum musyrikin Mekkah dan tindakan yang harus dilakukan kepada orang-orang kafir. Allah menyeru kaum mukmin agar menyadari bahwa kaum musyrikin itu najis (akidah mereka kotor). Sebab itu, setelah penaklukan kota Mekkah, mereka tidak dibolehkan mendekati Masjidil Haram, apapun alasannya, termasuk perdagangan. Kecuali, jika mereka masuk Islam. Jika kaum mukmin takut berkurang pendapatan mereka setelah kaum musyrikin tidak boleh lagi mendekati pusat perdagangan di sekitar Masjidil Haram, maka Allah akan melimpahkan karunia-Nya kepada mereka, karena Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

Demikian pula terhadap Ahlul KItab yang masih saja tidak beriman kepada Allah, kepada akhirat, tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tidak mau memeluk agama Islam.  Kalau mereka sudah dapat ditaklukkan dan mereka membayar jizyah (kompensasi pelayanan umum kepada mereka), maka wajib melindungi mereka dengan baik.

Ayat 30 dan 31 menjelaskan bahwa akidah kaum musyrikin Mekkah itu sama saja dengan kaum Yahudi dan Nasrani dalam menyekutukan Allah. Kaum Yahudi menyekutukan Allah dengan ‘Uzair dan kaum Nasrani menyekutukan Allah dengan Isa Al-Masih. Mereka meyakini ‘Uzair dan Al-Masih itu putra Allah. Keyakinan tersebut tidak berdasarkan ilmu dan petunjuk Allah, melainkan ikut-ikutan pada ucapan orang-orang kaum kafir sebelum mereka.

Disamping itu, kaum Yahudi dan Nasrani itu menjadikan ulama dan pendeta-pendeta mereka, termasuk Al-Masih Putra Maryam, sebagai tuhan-tuhan tandingan bagi Allah. Padahal  mereka tidak diperintahkan kecuali menyembah Tuhan yang Esa. Padahal, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.

Masih meneruskan perilaku Ahlul Kitab; Yahudi dan Nasrani yang menyekutukan Allah dengan Uzair dan Isa Al-Masih. Dalam ayat 32-35 ini, Alah membongkar rahasia kejahatan mereka tehadap agama Allah, termasuk  Islam yang diamanahkan kepada Muhammad saw., perilaku kebanyakan ulama mereka dan balasan yang akan diberikan Allah di akhirat kelak agar menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad saw.  Di antaranya:

  1. Ahlul Kitab ingin memadamkan cahaya Allah, khususnya Al-Qur’an dengan mulut atau media massa yang mereka miliki. Namun, Allah menghendaki untuk menyempurnakan cahaya-Nya, kendati kaum kafir tidak rela. Untuk menghentikan keinginan Ahlul Kitab tersebut, Allah mengutus Muhammad saw. dengan hidayah Al-Qur’an dan sistem hidup (dīn) yang hak (Islam) karena Dia hendak memenangkan Islam itu di atas segala agama yang ada, kendati kaum musyrikin itu tidak suka dan membencinya.
  2. Allah mengingatkan kaum mukminin bahwa sebagian besar ulama dan pastor Ahlul Kitab itu memakan harta manusia dengan batil. Di antaranya dengan menjual ayat Taurat dan Injil untuk kepentingan dagang dan materi mereka, padahal Allah tidak pernah menyuruh Nabi Musa dan tidak pula Nabi Isa untuk melakukan hal demikian. Fakta sejarah membuktikan, mereka sampai menerbitkan surah pengampunan dosa kepada umat mereka. Mereka juga menghalangi manusia untuk memahami jalan Allah yang benar (Islam), suka menimbun harta, emas dan perak, dan tidak mau berinfak di jalan Allah.

Mereka kelak akan mendapat azab yang amat menyakitkan. Harta-harta yang mereka dapatkan dengan jalan batil dan tumpukan harta mereka itu di akhirat akan Allah jadikan setrika neraka dan akan disetrikakan ke dahi, lambung dan punggung mereka. Itulah balasan dari harta yang mereka tumpuk di dunia.

Ayat 36 menjelaskan bahwa jumlah bulan di sisi Allah sejak langit dan bumi Ia ciptakan adalah 12 bulan. Dari 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan haram (seperti yang dijelaskan pada ayat 217 surah Al-Baqarah) yang dilarang berperang. Keempat bulan tersebut ialah  Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Ini adalah sistem Allah yang lurus. Sebab itu, kaum mukminin tidak boleh memulai perang di bulan-bulan tersebut. Di luar itu, silakan perangi kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi Rasul saw. dan kaum mukmin. Namun ingat, perang harus dilandasi takwa pada Allah.

Tafsir

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo