Ayat 70 – 78 meneruskan kisah sebelumnya. Yusuf mengatur strategi bagaimana saudaranya Bunyamin bisa tinggal bersamanya. Caranya, Yusuf memasukkan sukatan yang terbuat dari emas ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka hendak meninggalkan istana, salah seorang petugas Yusuf berseru bahwa kafilah telah mencuri dan sukatan Raja hilang. Saudara-saudara Yusuf pun kaget dan menjelaskan bahwa mereka bukanlah orang-orang jahat dan dapat dibuktikan dalam transaksi-transaksi dagang sebelumnya.
Lalu para petugas Yusuf menanyakan sekiranya tuduhan mereka benar, apa balasannya? Mereka menjawab, di karung siapa takaran tersebut ditemukan, maka dialah tebusannya. Maka Yusuf memeriksa karung saudara-saudaranya yang lain sebelum memeriksa karung Bunyamin. Saat nabi Yusuf mengeluarkan takaran tersebut dari karung Bunyamin, mereka serentak berkata: Jika Bunyamin mencuri, maka saudara kandungnya (yang mereka maksud adalah Yusuf), juga dulu telah mencuri. Nabi Yusuf tahu betul itu adalah kebohongan. Mereka berkata lagi : Wahai Raja! Bapak kami sudah tua renta. Ambillah salah seorang di antara kami sebagai ganti Bunyamin. Kami lihat Anda orang yang baik. Ungkapan ini jelas menunjukkan bahwa saat itu Yusuf sudah menjadi Raja Mesir.
Ayat 79 – 86 masih meneruskan kisah Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya. Mendengar usulan saudara-saudaranya yang ingin menukar Bunyamin dengan salah seorang saudara mereka yang lain, Nabi Yusuf menolak dengan tegas, dengan alasan melimpahkan kesalahan pada orang yang tidak melakukan kesalahan adalah kezaliman. Mendengar jawaban tegas nabi Yusuf tersebut, mereka bermusyawarah apa yang harus mereka lakaukan. Saudara yang tertua diantara mereka mengingatkan sumpah yang telah diambil dengan ayah mereka; Ya’qub. Lalu ia mengusulkan agar mereka pulang menceritakan hal yang sebenarnya pada Ya’qub dengan saksi dari kafilah yang lain. Ia sendiri tidak berani pulang sampai ayahnya mengizikannya.
Mendengar cerita mereka, Ya’qub hanya berucap : Ah, itu semua permainan syahwat atau ego kalian. Lebih baik saya sabar dengan maksimal. Semoga suatu hari, Allah memulangkan Yusuf dan Bunyamin sekaligus. Lalu Ya’qub meninggalkan mereka dengan kesedihan yang luar biasa, sehingga air matanya mengucur terus sambil menahan marahnya.
Melihat kondisi seperti itu, anak-anaknya mencoba menenangkannya agar tidak mengingat Yusuf lagi karena khawatir Ya’qub sakit dan bahkan meninggal dunia. Saat itulah Ya’qub memperlihatkan keyakinan dan keteguhan imannya pada Allah sambil berkata : Cukup saya adukan kesusahan dan kesedihanku pada Allah semata. Saya mendapat ilmu dari Allah tentang apa yang kalian tidak ketahui.
Dari ayat 58 – 86 dapat kita ambil pelajaran berikut :
- Nabi Yusuf menjadi Raja Mesir menggantikan Raja sebelumnya, seperti yang terungkap pada ayat 78.
- Nabi Yusuf tidak suka menggunakan kekuasaan untuk mencapai keinginan pribadinya.
- Nabi Yusuf menerapkan sistem yang adil dan menjauhi kezaliman, kendati terhadap orang yang menzaliminya.