Ayat 87 – 95 menjelaskan kelanjutan kisah Yusuf dengan saudara-saudara dan ayahnya, Ya’qub. Sungguh Nabi Ya’qub orang sangat yakin kepada Allah. Ia memiliki pemahaman berbeda dengan anak-anaknya. Sebab itu, ia menyuruh anak-anaknya untuk mencari Yusuf dan Bunyamin serta melarang mereka berputus asa, karena yang berputus asa dari rahmat Allah itu hanyalah orang kafir.
Mereka berangkat lagi ke Mesir untuk menemui Raja negeri itu. Saat bertemu, mereka berkata: Wahai Raja yang mulia, keluarga kami ditimpa paceklik, barang dagangan yang kami bawa kurang baik mutunya. Bantulah kami, karena kami melihat Anda orang yang sangat baik. Allah pasti membalas orang yang suka bersedekah. Ayat 88 menjelaskan lagi bahwa Yusuf adalah Raja, bukan menteri, karena menggunakan kata “ Al-Aziz” seperti ayat 78.
Mendengar ungkapan tersebut Nabi Yusuf berkata : Tahukah kalian apa yang kalian lakukan terhadap Yusuf dan Bunyamin ketika kalian masih jahil (melanggar aturan Allah)? Mereka terperanjat sambil berkata: Andakah Yusuf? Yusuf menjawab dengan rendah hati : Ya, saya adalah Yusuf, ini adalah saudaraku dan Allah telah memberikan kepada kami berbagai nikmat-Nya, karena orang yang bertaqwa dan sabar itu akan mendapat ganjaran yang besar dan baik dari Allah. Mereka berkata: Demi Allah, Allah telah melebihkan nikmat-Nya atas kamu dan sungguh kami orang-orang yang bersalah. Yusuf menjawab dengan penuh kasih sayang : Hari ini kalian saya maafkan dan semoga Allah menerima tobat kalian. Pulanglah, bawa baju saya ini dan usapkanlah ke muka ayahku, maka ia akan melihat kembali. Setelah itu, bawa semua keluarga kalian ke sini.
Saat kafilah itu bergerak untuk pulang, tiba-tiba Nabi Ya’qub mencium bau Yusuf. Lalu keluarganya berkata: Demi Allah, engkau benar-benar keliru, karena sudah terlalu lama berpisah dengan Yusuf. Sebagian mufassir mengatakan sekitar 80 tahun.
Ayat 96 – 102 meneruskan dan sekaligus menutup kisah perjalanan hidup Yusuf dan keluarganya sangat dramatis dan beliku-liku seperti Nabi Ya’qub terbukti keyakinanannya bahwa Yusuf tidak mati dimakan serigala, anak-anaknya bertaubat, mengakui kesalahan dan meminta agar ayah mereka (Ya’qub) memohonkan ampunan Allah bagi mereka. Ya’qub dan keluarganya hijrah ke Mesir. Saat memasuki pintu istana, Nabi Yusuf menyambut mereka dan menghampiri kedua orang tuanya serta menjamin keamanan mereka tinggal di Mesir. Yusuf menaikkan kedua orang tuanya ke atas kursi kebesaran (singgasana) kerajaannya dan semuanya tertunduk sujud kepadanya, sesuai syari’at Allah untuk mereka saat itu.
Melihat kenyataan tersebut, Yusuf berkata: Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku dahulu. Allah jadikan kenyataan. Allah telah anugerahkan kebaikan hidupku, mengeluarkan aku dari penjara dan mendatangkan kalian ke Mesir dari kampung badwi di Syam. Nabi Yusuf menutup dialognya dengan berdoa: Ya Rabb! Engkau telah berikan kerajaan padaku, Engkau ajarkan padaku takwil mimpi, wahai Pencipta langit dan bumi. Engkau Penolongku di dunia dan akhirat. Maka wafatkanlah aku sebagai Muslim dan gabungkan aku dengan orang-orang shaleh.
Kisah Yusuf dan keluarganya ini sangatlah indah, penuh hikmah dan pelajaran bagi kaum Mukmin. Di antaranya:
- Nabi Yusuf menjadi Raja Mesir, bukan sebagai menteri Raja. Hal ini dikuatkan ayat 78 dan 88 dengan menggunakan kata ‘Al-Aziz’. Kemudian pada ayat 101 dengan jelas Yusuf mengatakan: Engkau telah berikan kerajaan padaku.
- Ketaqwaan dan kesabaran Yusuf dalam menghadapi berbagai ujian, Allah balas di dunia dengan balasan yang besar.
- Saat berada pada puncak kekuasaannya, Nabi Yusuf minta dimatikan dalam Islam, karena kehidupan akhirat jauh lebih ia cintai dan menjadi tujuan akhirnya.
Ayat 103 menjelaskan, sejak dahulu kala kebanyakan manusia tidak mau beriman.