Ayat 97-104 masih membahas penolakan orang-orang kafir terhadap wahyu Allah, termasuk Fir’aun, sebab-sebab penolakan dan nasib mereka di akhirat kelak. Orang-orang yang mendapat hidayah Allah adalah orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang yang tersesat dari jalan Allah, akan dikumpulkan di Mahsyar dalam keadaan buta, bisu dan tuli. Kemudian, mereka dimasukkan ke dalam neraka Jahanam dan apinya tak pernah padam. Semua itu adalah balasan penolakan mereka terhadap Al-Qur’an dan tidak percaya kepada hari kebangkitan.
Kalau orang-orang yang menolak kebenaran Al-Qur’an itu mau mempelajari bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi, pasti mereka meyakini Allah Maha Kuasa berbuat segala sesuatu. Rezeki yang mereka dapatkan, semuanya dari Allah. Mengapa manusia masih kikir kepada Allah dan Kitab Petunjuk-Nya, yakni Al-Qur’an?
Sebab itu, Allah menghibur Rasul Saw. sambil mengingatkan bahwa sebelumnya, Fir’aun juga menolak sembilan mukjizat yang Allah berikan kepada Musa dan menuduh Musa terkena sihir. Padahal, semuanya diturunkan Allah. Sebab itu, Musa yakin Fir’aun akan binasa. Sesuai waktu yang ditentukan, Allah menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya di laut merah. Setelah itu, Allah perintahkan Bani Israel untuk menetap di suatu tempat sampai datang janji kedua, maka Allah akan kumpulkan mereka dengan musuh mereka, seperti yang dijelaskan ayat 7.
Ayat 105-111 surah Al-Isra’ ini menjelaskan Al-Qur’an itu diturunkan dengan hak dan sedikit demi sedikit dalam 23 tahun. Dipercaya atau tidak, kebenaran Al-Qur’an tetap terbukti sampai akhir zaman. Orang-orang dari kalangan Ahlul Kitab yang diberi Allah ilmu sebelum tentang Al-Qur’an, mereka akan tersungkur sujud dan menangis bila mendengarkan Al-Qur‘an sambil memuji Allah atas kebenaran janji-Nya dalam Taurat dan Injil tentang Rasul terakhir, Muhammad Saw.
Sebab itu Allah memerintakan Rasul Saw. agar mengajak umatnya meminta atau berdoa hanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang melalui nama-nama-Nya yang indah. Kalau salat malam, jangan terlalu keras dan jangan terlalu rendah suaranya. Maka pujilah Allah karena segala puji bagi Allah yang tidak punya anak, tidak bersekutu dalam memiliki alam ini, tidak ada yang bisa menyelamatkan dari kehinaan kecuali Dia dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.
Sumber: Mushaf Tadabbur, Fathuddin Ja’far