Ayat 35-44 meneruskan ayat sebelumnya terkait perumpamaan yang Allah buat atara orang yang kafir dan beriman pada-Nya. Orang memiliki harta yang banyak itu masuk ke dalam kebunnya dengan sombong, meyakini kedua kebunnya tidak akan pernah musnah. Hal itu menggambarkan ia tidak percaya kepada hari kiamat, sambil meremehkan kekuasaan Allah. Lalu temannya menasihatinya atas kekafirannya pada Allah yang menciptakannya dari tanah, kemudian satu sel sperma, kemudian menjadi manusia sempurna. Ia melanjutkan:
Allah Penciptaku dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Sebaiknya Anda mengatakan: Ini semua atas kehendak Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Anda boleh sombong kepadaku karena harta dan anakku sanat sedikit. Saya yakin Allah akan memberiku di akhirat kelak jauh lebih baik dari kebun anda. Allah mampu mengirim bencana dari langit sehingga kebun itu hancur, atau Allah keringkan mata air di bawahnya. Ketika itu anda tidak bisa berbuat apa-apa. Allah kirim bencana ke atas kedua kebun orang kafir itu sehingga musnah. Ia menyesali biaya besar yang sudah dikeluarkannya sambil berkata: Aduhai kiranya aku tidak menyekutukan Allah dengan harta atau apapun. Penyesalan sudah terlambat. Tidak ada yang dapat menolongnya, karena pertolongan itu hanya milik Allah dan diberkan kepada para kekasih-Nya.
Ayat 45 menjelaskan perumpamaan kehidupan dunia seperti tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan subur, kemudian Allah kirim angin panas sehingga menjadi kering kerontang. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sumber: Mushaf Tadabbur, Fathuddin Ja’far