Ayat 62 74 meneruskan ayat sebelumnya terkait kisah Musa dan bagaimana skenario Allah mempertemukannya dengan seorang hamba yang Allah berikan padanya rahmat dan ilmu futuristik (analisa peristiwa yang akan terjadi). Saat Musa meminta pembantunya untuk mengeluarkan bekal makan siang, sang pembantu menjelaskan bekal mereka tetinggal waktu merebahkan badan di atas batu besar sebelumnya. Setan telah melupakannya. Lalu Musa menyadari itulah sebenarnya tempat yang mereka tuju. Setelah sampai di sana, mereka menemukan seorang hamba Allah tersebut. Musa minta diajak mengikuti perjalanan hamba tersebut agar diajarkan kepadanya ilmu yang lurus.
Hamba Allah tersebut mengatakan: Anda tidak akan sanggup sabar bersama saya karena belum memiliki pengetahuan yang dalam. Lalu Nabi Musa berkata: Insya Allah saya akan sabar dan tidak mendurhakai perintah Anda. Hamba itu menjawab: Kalau Anda ikut saya, maka jangan sekali-kali bertanya tentang sesuatu apapun sampai saya ceritakan pelajaran apa yang ada di baliknya. Keduanya pun berjalan sampai menaiki perahu, hamba tersebut melubanginya. Kemudian bertemu anak muda, lalu hamba tersebut membunuhnya. Kedua peristiwa tersebut diprotes oleh Musa. Hamba itu berkata: Bukankah sudah saya katakan bahwa Anda tidak akan bisa sabar mengikutiku?
Ayat 75- 82 masih menjelaskan kisah Musa dengan hamba Allah (Khidhir). Setelah Musa memprotes Khidhir merobek perahu dan membunuh seorang anak, Khidhir mengingatkan Musa jika bertanya satu kali lagi, maka kebersamaan mereka akan berakhir. Saat mereka melewati suatu desa dan penduduknya tidak mau memberi mereka makan, Khidhir malah mendirikan dinding sebuah rumah yang roboh. Musa pun bertanya kenapa tidak minta upahnya? Saat itu juga Khidhir menegaskan bahwa mereka harus berpisah.
Sebelum berpisah, Khidhir menjelaskan motif tiga kasus yang dilakukannya. Semuanya terkait dengan pengetahuannya yang diajarkan Allah. Pelajaran yang dapat kita petik ialah, tidak boleh mengklaim diri kita yang paling berilmu atau palimg pandai. Karena masih banyak hamba Allah lain yang lebih pandai pada kita, seperti yang dialami Nabi Musa. Kemudian, Ilmu futuristik tidak bertentangan dengan Islam, selama tidak terkait dengan hal-hal gaib yang telah ditegaskan Allah tidak akan diberikan kepada siapapun dari hamba-Nya seperti kematian, hari kiamat dan sebagainya.
Kita dituntut menuntut ilmu Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan ayat-ayat-Nya yang tertuang dalam alam semesta dan dalam diri manusia. Untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut memerlukan guru yang alim, keikhlasan dan kesabaran. Umat Islam tidak akan pernah unggul dalam kehidupan dunia ini dan tidak pula akan selamat di akhirat jika tidak mau mendalami ilmu Allah, sebagai Tuhan Pencipta yamg Maha Mengetahui.
Ayat 83 menjelaskan di antara cara orang-orang kafir Quraisy menguji Rasul Saw. apakah benar beliau Rasul Allah ialah dengan menanyakan kisah Zulkarnain.
Sumber: Mushaf Tadabbur, Fathuddin Ja’far