Ayat 46-52 menjelaskan, Allah memerintahkan Rasul saw. agar mendebat Yahudi dan Nasrani dengan cara yang terbaik. Debat itu tidak berlaku bagi mereka yang memerangi kaum muslimin. Debat yang terbaik ialah yang mengatakan: Kami beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada kami, Taurat dan Injil yang diturunkan kepada kalian. Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah Esa dan kami menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. setelah Taurat dan Injil. Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang benar-benar membaca Taurat dan Injil dengan benar, maka mereka akan beriman kepada Al-Qur’an. Nabi Muhammad saw. tidak pernah mebaca Kitab suci apapun sebelum Al-Qur’an dan tidak pula menulisnya dengan tangan Beliau. Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata kebenarannya bagi orang-orang yang memahami isinya. Hanya orang kafir dan zalim yang tidak beriman kepadanya.
Untuk beriman kepada Al-Qur’an itu tidak perlu melalui suatu mukjizat seperti yang diminta oleh kaum kafir Qurasy. Tapi cukup dengan memahami ayat-ayatnya yang nyata seperti dijelaskan Rasul saw. Sebab itu, Al-Qur’an itu sebagai rahmat dan peringatan bagi kaum mukmin. Cukup Allah yang menjadi saksi yang mengetahui apa saja di langit dan di bumi. Orang yang percaya kepada kebatilan dan kafir pada Allah, merekalah orang yang merugi.
Ayat 53-55 masih menjelaskan sifat-sifat orang yang kafir pada Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw. Mereka menantang Rasul saw. dengan meminta disegerakan azab atas mereka. Padahal, bisa saja azab itu Allah datangkan dengan tiba-tiba tanpa sepengetahuan mereka. Mereka tidak perlu meminta disegarakan azab itu, karena di akhirat kelak mereka akan dikepung api neraka dari atas dan dari bawah kaki mereka. Ketika itu mereka benar-benar merasakan yang luar biasa.
Ayat 56-59 menjelaskan, Allah memanggil kaum mukmin agar menyadari bahwa bumi Allah utu luas dan ibadah itu hanya kepadaNya. Semua yang bernyawa pasti merasakan kematian pada waktu yang ditentukan Allah. Orang yang beriman dan beramal saleh akan Allah tempatkan ke dalam surga-Nya yang mengalir di bawahnya berbagai sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan. Iman dan amal shaleh itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang sabar dalam ketaatan dan bertawakkal kepada Allah dalam kehidupannya.
Ayat 60-63 menjelasakan fakta bahwa rezeki itu urusan Allah. Faktanya, binatang lahir tanpa membawa rezeki, namun bisa hidup dengan rezeki yang Allah berikan. Allahlah yang menjamin rezeki mereka dan meluaskannya kepada orang yang dikehendakinya.
Kaum musyrik itu meyakini Allah Pencipta langit, bumi, matahari, bulan, menurunkan hujan dari langit dan menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan tersebut. Mereka berpaling dari Tauhid karena tidak menggunakan akal dengan baik.