Ayat 25-39 meneruskan kisah orang kafir dan musyrik pada hari pembalasan nanti. Mereka tidak bisa lagi saling menolong, tunduk total atas keputusan Allah dan saling menyalahkan. Para tokoh mereka mengakui tidak memiliki kemampuan untuk memaksa mereka kafir dan mereka sendiri yang melanggar perintah Allah. Maka siksaan Allah pantas untuk mereka yang menyesatkan dan yang disesatkan. Mereka sama-sama disiksa, karena sombong terhadap kalimat tauhid “ La ilaha illallah” dan tidak mau meninggalkan tuhan-tuhan nenek moyang mereka dan mengikuti Muhammad saw. Mereka malah menuduhnya penyair dan gila. Padahal Muhammad saw. membawa kebenaran Al-Qur’an. Allah menyiksa mereka sebagai balasan atas kemusyrikan dan kekufuran yang mereka lakukan.
Ayat 40-51 menjelaskan nasib baik hamba-hamba Allah yang bertauhid dan ikhlas beribadah kepada-Nya. Bagi mereka rezeki yang melimpah, buah-buahan dan dimuliakan di surga Na’im. Duduk-duduk di atas dipan saling berhadap-hadapan. Dituangkan minuman putih yang sangat sedap rasanya dan tidak memabukkan. Didampingi bidadari bermata jeli nan putih bersih. Mereka saling menyapa. Seorang dari mereka teringat pada seorang temannya.
Ayat 52-76 meneruskan pembahasan sebelumnya tentang penghuni surga yang ingat temannya saat di dunia. Temannya tidak beriman pada hari kebangkitan, kiamat dan pembalasan. Lalu ia mengajak sahabat-sahabatnya untuk melihat neraka. Iapun melihat temannya di neraka dan berkata: Demi Allah, engkau nyaris mencelakakanku. Kalau tidak karena rahmat Allah, pasti aku diseret ke neraka seperti kamu. Kita semua merasakan mati dan sekarang selamat dari azab. Sungguh yang kita raih sekarang adalah kesuksesan yang amat besar. Untuk meraihnya, memerlukan amal saleh yang banyak.
Lalu Allah bertanya kepada mereka : Mana yang lebih baik, hidangan surga atau pohon Zaqqum? Kami jadikan pohon Zaqqum itu azab bagi kaum yang kafir. Ia tumbuh dari dasar neraka Jahim. Mayangnya seperti kepala setan. Mereka memakannya sampai perut mereka penuh sesak. Kemudian diberi minuman bercampur api panas. Sungguh tempat kembali adalah neraka Jahim. Mereka di dunia mengikuti nenek moyang mereka yang sesat dengan penuh semangat. Sebelum kafir Quraisy, sudah banyak kaum yang tersesat. Allah utus para Rasul-Nya kepada mereka. Mengapa tidak dipelajari bagaimana Allah menimpakan azab kepada mereka? Hanya mereka yang diberi Allah keikhlasan menjalankan ajaran-Nya yang selamat. Sebelumnya, Nabi Nuh menghadapi kekafiran kaumnya yang sangat dahsyat sehingga ia berdoa agar Allah hancurkan mereka. Allahpun mengabulkannya dan menyelamatkannya dari bencana banjir besar.