Ayat 34-40 meneruskan kisah lelaki mukmin dari keluarga Fir’aun. Ia menjelaskan: Sebelum Musa sudah ada Nabi Yusuf dengan berbagai bukti kebenaran dari Allah. Namun kalian meragukan kerasulannya. Setelah ia mati, kalian menduga Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul kepada Kalian. Orang-orang yang melawan kebenaran wahyu yang datang dari Allah dan ragu-ragu padanya menyebabkan Allah tidak memberi mereka petunjuk. Allah sangat murka dan juga kaum mukmin terhadap mereka yang membantah wahyu Allah tanpa dasar ilmu. Mereka adalah orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang membunuh atau menyengsarakan manusia. Allah menutup hati mereka yang sombong dan berbuat sewenang-wenang itu.
Sambil menghina Musa dan memperlihatkan kesobongannya, Fir’aun berkata kepada Haman, menterinya: Bangunkan saya istana yang tinggi agar saya bisa melihat Tuhan Musa (Allah). Ucapan ini tentulah ucapan kesombongan belaka dengan tujuan menghina Musa di hadapan kaumnya. Ucapan tersebut juga memperlihatkan kebodohannya, karena mustahil Haman mampu membangun istana sampai ke langit. Lebih mustahil lagi keinginannya melihat Allah. Begitulah cara Fir’aun membohongi rakyatnya dengan membalikkan fakta sambil berkata: Saya yakin Musa itu pembohong. Perilaku Fir’aun yang buruk itu menyebabkan cara pandangnya menjadi terbalik dan terhalang dari pandangan yang lurus.
Lelaki mukmin itu dengan berani berkata: Wahai kaumku. Ikuti aku, jangan dengarkan kebohongan Fir’aun itu. Aku akan tunjukkan kalian ke jalan yang benar. Ingatlah, kehidupan dunia ini hanya kesenangan sementara. Sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Siapa yang mengerjakan keburukan maka dibalas dengan balasan yang setimpal. Sebaliknya, siapa yang mengerjakan amal saleh dari laki-laki dan perempuan sedangkan ia beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, maka mereka akan masuk surga dan di dalamnya diberi rezeki tanpa batas.