Ayat 10 meneruskan ayat sebelumnya terkait kelompok yang berhak menerima fai’ setelah Muhajirin dan Anshar. Mereka adalah kaum miskin yang masuk Islam setelah Muhajirin dan Anshar. Mereka berdoa selalu agar Allah ampuni dosa Muhajirin dan Anshar dan agar Allah tidak jadikan dalam hati mereka sifat dengki.
Ayat 11-16 menjelaskan sebagian sifat kaum munafik. Mereka menganggap kaum kafir Ahlul Kitab sebagi saudara mereka, menyatakan kesetiakawanan saat menghadapi pengusiran atau peperangan dan tidak akan berkoalisi dengan siapa pun selain mereka. Allah bersaksi, mereka adalah pembohong. Mereka tidak akan keluar bersama Ahlul Kitab saat mereka diusir dan tidak akan ikut berperang saat peperangan, bahkan akan kabur disebabkan mereka kaum pengecut. Kaum mukmin lebih mereka takuti ketimbang Allah disebabkan mereka tidak memahami hakikat Allah. Mereka tidak akan berani memerangi kaum muslimin secara berhadap-hadapan, kecuali jika mereka terkepung karena terpaksa. Permusuhan internal mereka sangat keras. Kaum muslimin bisa saja mengira mereka sangat solid, akan tetapi mereka berpecah belah, disebabkan mereka kaum yang tidak bisa menggunakan akal dengan baik. Kondisi mereka sesungguhnya sama dengan saat Rasul Saw. dan kaum muslimin mengusir Yahudi Bani Qainuqa’ sebelumnya. Mereka mengalami akibat buruk dari kejahatan yang mereka lakukan. Persis seperti setan saat merayu manusia agar kafir pada Allah. Setelah manusia kafir, setan lepas tanggung jawab da berkata: Saya takut pada Tuhan Pencipta alam.
Ayat 17 meneruskan ayat sebelumnya terkait tipu daya setan kepada manusia. Baik setan yang menyesatkan manusia ataupun manusia yang disesatkan, kedua-duanya masuk neraka dan kekal di dalamnya. itulah balasan orang-orang kafir dan menyekutukan Allah.
Ayat 18-20 menjelaskan bahwa di antara ciri orang yang beriman dan bertakwa kepada Alah itu ialah yang berorientasi akhirat. Untuk itu, ia memiliki plaining jangka panjang, yakni sampai akhirat. Kriteria palingnya ialah fokus beramal untuk setelah mati, menjadikan iman dan takwa sebagai landasan aktivitas hidup, selalu berzikir pada Allah, karena lupa pada Allah mengakibatkan kedurhakaan atau fasik pada-Nya dan menjadikan Al-Qur’an sebagai the way of lifenya. Al-Qur’an itu adalah mukjizat yang dahsyat dalam mengubah hati dan pikiran manusia serta melahirkan sifat takut pada Allah sebagai tuhan Pencipta alam semesta. Kalaulah Al-Quran itu diturunkan ke atas gunung, pasti gunung itu tunduk dan terbelah karena takut pada Allah. Itulah perumpamaan yang dibuat Allah untuk manusia agar mereka menggunakan akal untuk berpikir.
Ayat 22-24 dari surah Al-Hasyr ini menjelaskan nama dan berapa sifat Allah dari 99 sifat yang dimiliki-Nya. Allah adalah Zat yang tidak ada tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah adalah Zat yang tidak ada tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Maharaja, Mahasuci, Maha Selamat, Maha Aman (Pemberi keamanan), Maha Menguasai, Maha Perkasa, Mahakuasa dan Mahabesar. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Dialah Allah yang Maha Pencipta, Maha Mengadakan, Maha Pendesain dan bagi-Nya nama-nama yang sangat indah. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia adalah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana.