Jika surga dan neraka…. tak pernah ada masihkah kau …..sujud kepadaNya

Jika surga dan neraka…. tak pernah ada masihkah kau …..sujud kepadaNya

Secuplik syair lagu yang menginspirasi tentang hakekat surga dan neraka. Ada saja yang bertanya, apakah surga dan neraka benar2 ada.Mungkin ada dua jawaban yang sederhana tentang ini.
Pertama kalau kita yakin pada Allah maka tentu jawabnya ada, karena existensi keduanya dijelaskan di kitab suci.
Kedua, konsep ini bisa dipandang untuk menegakkan keadilan. Karena ada orang-orang yang melakukan kriminalitas, misalkan seperti korupsi dan menyerang negara lain seperti yang sering dilakukan Amerika, tidak bisa diadili olehpengadilan manusia di dunia. Maka para kaum tertindas masih punya harapan bahwa
para penindas tersebut akan mendapatkan keadilan di Neraka.

Mungkin kedua jawaban itu cukup bisa diterima. Tapi kemudian muncul lagi kritik bahwa kalau beribadah jangan untuk menghitung-hitung pahala biar masuk surga, seolah2 kita hitung2an dengan Allah. Hitung2an ini sebenarnya tidak salah, karena logika seperti itu juga digunakan di Kitab suci untuk menarik manusia berbuat baik.
Tapi logika ini menjadi membingungkan ketika orang2 yang terlihat rajin beribadah dan membawa
simbol2 agama kemudian melakukan kekerasan atas nama agama dan menganggap dirinya paling benar.Menggunakan logika hitung2an pahala dengan tujuan masuk surga tapi tidak membawa keselamatan (Salam, kata dasarnya sama dengan Islam) bagi dirinya dan makhluk Allah lainnya. Padahal masuk surga adalah karena rahmat Allah, tidak bisa sekedar berdasarkan hitung2an otak manusia.
Melakukan pemaksaan dengan kekerasan yang didasari rasa paling benar tidak bisa ditemukan dalilnya di
kitab suci, namun itu terjadi. Apakah itu karena kebodohan manusia dalam memahami kitab suci?
Mungkin benar karena kebodohan, malas mencari ilmu untuk mendalami kitab suci. Tapi yang umum terjadi adalah manusia sangat sering sekali terjebak dengan ego. Sesungguhnya yang paling benar dan maha benar hanyalah Allah, yang paling mulia hanyalah Allah.

Segala bentuk tindakan yang dilarang, yang haram adalah wujud dari ego / kesombongan manusia, wujud dari penghambaan diri manusia terhadap dirinya sendiri, terhadap nafsunya. Wujud dari penyimpangan manusia dari tujuan penciptaan. Dengan demikian munculah banyak ilah baru. Kenapa ini terjadi?
Sepertinya manusia melupakan sejarah. Lupa akan sejarah iblis diusir dari surga. Iblis adalah makhluk yang yakin akan adanya Allah, dulunya selalu beribadah kepada Allah, tapi gagal mengikis ego / kesombongannya saat disuruh Allah untuk sujud kepada Adam. Dia merasa dirinya lebih mulia dari Adam. Hebatnya lagi, setelah diusir dari surga, iblis tetap saja ego, dia minta diizinkan agar bisa menggoda manusia untuk menemaninya di neraka.Jadi mengikis ego memang luar biasa sulitnya kecuali bagi orang2 yang ikhlas. Makanya saat Allah megizinkan iblis menggoda manusia, terdapat satu golongan manusia yang dijamin Allah tidak tergoda, yaitu orang-orang yang ikhlas, yang berserah diri kepada kekuasan Allah bukan kekuasaan dirinya sendiri.Orang2 yang merasa hina di mata Allah.
Kisah ini cukup mudah dipahami tentang bahayanya ego yang bisa mengakibatkan kesombongan. Iblis diusir bukan tidak percaya akan adanya Allah (Iblis aja percaya, masak manusia tidak?), tapi karena merasa diri mulia dan tidak mau menurut satu perintah Allah (mungkin kita tidak menuruti lebih dari satu perintah).

Manusia pertama diciptakan disurga sehingga pada hakekatnya akan kembali ke asalnya di surga. Tapi perjalanan kembali pulang tersebut dihalangi oleh ego, tidak mau benar2 berserah diri kepada Allah. Ego inilah yang kemudian menambah tebal hijab / tembok melihat hakekat kehidupan sebenarnya, membuat kesadaran manusia turun menjadi sekedar kesadaran materi.
Berbagai peristiwa cobaan diberikan kepada manusia adalah untuk mengikis ego tersebut sehingga dia bisa melihat jalan pulang. Agar kembali kepada orientasi / visi menuju Allah. Bagi yang berhasil mengikis ego tersebut dan berserah diri kepada Allah maka eksesnya adalah menemukan jalan pulang yaitu ke surga. Bagi yang sampai berpisahnya ruh dengan jasad (alias mati) belum juga berhasil
mengikis ego, masih meng-ilahkan (mementingkan) nafsunya sendiri maka dengan sangat terpaksa masuk ke proses pengikisan ego berikutnya, yaitu neraka. Kalau sudah di neraka, manusia jadi menyerah total, tidak mungkin egonya tidak terkikis.Saat itu pastilah manusia sadar bahwa dirinya tidak ada apa2nya..namun sudah terlambat.

Jadi, surga dan neraka adalah akibat yang diterima manusia dalam mengikis egonya, membuang semua ilah (yang paling dipentingkan, yg paling dicintai, yg paling dipatuhi), yang ada hanya Allah.
Sebagai penutup, kita perlu mengingat kembali bahwa wujud materi sebenarnya adalah medan energy yang kosong seperti yang dijelaskan dalam pelajaran fisika quantum. Ketidakmampuan kita melihat/menyadari bahwa semua materi adalah kosong mungkin merupakan salah satu bukti
kesulitan kita merasakan adanya hari akhirat. Wallahu ‘alam

Oleh: Thalhah F.
diambil dari Facebook

support by:

umroh-haji.net

3 Comments
  1. Assalamu’alaikum.wr.wb
    . Makalah yg menarik, cuma ada kalimat ini diatas ” Tapi logika ini menjadi membingungkan ketika orang2 yang terlihat rajin beribadah dan membawa
    simbol2 agama kemudian melakukan kekerasan atas nama agama dan menganggap dirinya paling benar.” Menurut saya, Mungkin lebih hati2 menggunakan kata2 ini, soalnya gini, kalau memaksakan kehendak tentang hukum tidak wajib, mengenai, jumlah sholat tawarih, qunut, memajang foto, (khilafiyah) Baru tidak boleh, Tapi kalau hukumnya sudah melanggar syariat agama islam bagaimana…? Misalnya sholat tdk menghadap qiblat, ada Nabi setelah Muhammad.SAW, atau sholat memakai bahasa indonesia, dll. Apakah bisa diam saja, atau nafsi-nafsi, nggak bisa kawan, yg harus diluruskan tetap diluruskan, Jadi kesimpulan saya pribadi, Ada kalanya boleh toleransi, namun ada kalanya Tidak. jadi tergantung teman2 melihat kekerasan itu seperti apa, Andaikata kita yg hidup sekarang ini hidup dimasa Rasulullah. Mungkin kelompok kita kelompok yg suka protes, kepada Rasulullah/para sahabat, karena waktu itu hukum islam berjalan dg baik. (Rajam,potong tangan, dan yg kafir dibunuh, yg tdk mengakui Rasulullah nabi terakhir.)

  2. Saya setuju dengan pernyataan sdr Mulyadi, kita tegakan amar maruf nahi munkar di dunia ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

  3. Assalamu’alaikum wr.wb. Ya, bagus sekali koreksinya untuk lebih mengakuratkan pemahaman. Mengenai kekerasan, mungkin kita ingat di Qur’an disebutkan membunuh 1 muslim sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Dalam peperanganpun tidak boleh membunuh wanita dan anak2 dan menebang pohon (=merusak lingkungan). Namun sekarang ada terjadi kekerasan atas nama agama melanggar aturan2 tadi, padahal Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana berperang dengan mengikuti aturan2 tersebut. Media masa juga sangat suka mengekspose hal ini sehingga image negatif muncul terhadap Islam. Peperangan yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat adalah membebaskan rakyat yang tertindas karena menghamba kepada raja2nya, untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai hamba Allah, bukan hamba / budak manusia. Maaf, sedikit koreksi juga, Rasulullah tidak membunuh semua yang kafir, tapi hanya kafir yang melakukan perlawanan fisik / teror/ makar terhadap Islam. Kafir yang tidak melakukan itu malah dilindungi keamanannya oleh penguasa Islam dan mereka harus bayar pajak. Beriman tidaknya seseorang adalah hidayah Allah semata2, manusia tugasnya mengajak manusia kepada Islam (selamat, berserah diri kepada Allah). Memang amar ma’ruf nahi munkar harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Kalau hukum potong tangan diberlakukan bagus sekali, sangat efektif untuk mencegah korupsi, kalau cuma dipenjara sih gak bikin jera.Apalagi penjaranya ada fasilitas mewah.

Leave a reply

Amaliyah
Logo