Juz 19
Juz 19 Al-Qur’an dimulai pada ayat dua puluh satu Surah Furqan, berisi semua Surah al-Shuʿaraʾ, dan berakhir pada ayat lima puluh lima Surah al-Naml. Surah Furqan melengkapi tema kualitas orang beriman sejati yang tercakup dalam dua surah sebelumnya.
Surah al-Shuʿaraʾ dan Surah al-Naml fokus pada kisah para nabi. Tetapi masing-masing surah berisi type kisah yang berbeda. Surah al-Shuʿaraʾ berfokus pada negeri-negeri binasa yang mendurhakai para rasul, sedangkan Surah al-Naml berfokus pada keberhasilan Nabi Sulaiman dalam misinya. Di antara keduanya, kita melihat perbedaan akhir dari mereka yang mengikuti para rasul dan mereka yang menolak mereka.
Ayat pembukaan juz menunjukkan tipikal alasan yang dibuat oleh orang-orang kafir untuk tidak mengikuti kebenaran. “Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan degan Kami berkata, ‘Mengapa bukan malaikat yang diturunkan kepada kita, atau mengapa kita dapat melihat Tuhan kita.” Sungguh mereka telah menyombongkan diri, dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman).”118
Ini diikuti oleh serangkaian ayat yang menggambarkan penyesalan orang-orang kafir dan orang-orang munafik, diakhiri dengan keluhan Nabi bahwa umatnya tidak menganggap serius Al-Qur’an. Kita memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang serius mempelajari Al-Qur’an.
Dan ingatlah pada hari ketika orang-orang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata, “Seandainya saja aku mengikuti jalan bersama Rasul… Oh, celakalah aku; Seandainya saja aku tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrabku. Sungguh dia telah membawa aku menjauh dari Pesan itu (al-qur’an) setelah ia (al-qur’an) datang kepadaku; Dan setan itu memang selalu menjadi pengkhianat manusia.” Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Qur’an ini, terabaikan.”119
Mungkin sulit untuk memahami mengapa beberapa orang menolak pesan kebenaran bahkan ketika pesan itu sudah sangat jelas bagi mereka. Al-Qur’an mengingatkan kita di sini bahwa mereka itu seperti binatang ternak, yang berarti mereka hanya mengikuti pemimpin mereka tanpa berpikir kritis atau refleksi diri. “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan dari mereka itu mendengar atau mengerti? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya.”120
Pengunci dalam ayat penutup surah ini, kemudian mengingatkan kita bahwa Allah tidak membutuhkan kita, tetapi kita lah yang membutuhkan-Nya, dan bahwa menolak kebenaran hanya akan merugikan diri kita sendiri. “Katakanlah, Tuhanku tidak akan mengindahkan kalian kalau bukan karena ibadah kalian. (Tetapi bagaimana kalian beribadah kepada-Nya) padahal kalian sungguh telah mendustakanNya? Karena itu, kelak pasti akan terjadi (azab yang ditimpakan untuk kalian).”121
Rangkaian ayat penutup dari surah ini menyoroti sifat-sifat orang beriman sejati, yang dapat kita simpulkan sebagai kerendahan hati, menghindari pertengkaran, shalat malam, merenungkan akhirat, kedermawanan, menghindari dosa besar, bertobat dari dosa masa lalu, menghindari membuang-buang waktu, dan berdoa memohon bimbingan untuk diri sendiri dan keluarga.122 Kualitas-kualitas ini melengkapi atribut yang telah disebutkan dalam Surah al-Muʾminun dan membantu seseorang mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi.123
Surah al-Shuʿaraʾ adalah kisah puitis indah yang berfokus pada kisah-kisah bangsa-bangsa yang binasa. Setiap cerita diceritakan dengan irama yang kuat, dengan penekanan pada bagaimana orang-orang menolak utusan mereka, dan hasil akhir dari penolakan itu. Surah ini menceritakan kembali kisah Nabi Musa, Ibrahim, Nuh, Hud, Soleh, Lut, dan Shuʿayb dengan fokus pada bagaimana kaum mereka menolak mereka dan akibat dari penolakan para rasul tersebut. Ini adalah surah Mekah yang diwahyukan untuk menunjukkan kepada orang-orang kafir Mekah hasil akhir dari penolakan terhadap rasul.
Dalam Surah al-Furqan, kita melihat bagaimana Nabi akan mengeluh pada Hari Akhir tentang orang-orang yang tidak menganggap serius Al-Qur’an. Surah al-Shuʿaraʾ dimulai dengan pengingat kepada Nabi untuk tidak terlalu tertekan karena memikirkan orang-orang seperti itu, karena setiap orang bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri. “Boleh jadi kamu akan membinasakan dirimu sendiri (dengan kesedihan) karena mereka (penduduk Mekah) tidak juga beriman.”124
Fitur unik dari surah ini adalah pengulangan ayat-ayat berikut pada akhir setiap cerita. “Sungguh pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”125
Dalam ayat-ayat ini, baik Rahmat dan Kekuasaan Allah ditekankan, dengan Nama-Nya Al-ʿAziz (Yang Maha Perkasa) dan Al-Raḥim (Yang Maha Penyayang). Ini adalah pengingat bagi kita bahwa dalam setiap cerita, kita selalu melihat rahmat Allah kepada para nabi dan orang-orang yang beriman kepada mereka, selain juga murka-Nya terhadap orang-orang kafir. Sangat mudah untuk melihat surah ini hanya dari perspektif hukuman, melupakan bahwa dalam setiap cerita, Allah selalu menyelamatkan orang-orang beriman dan memberi mereka kemenangan, yang menunjukkan Kuasa dan Rahmat-Nya.
Juz 19 berakhir pada Surah al-Naml yang berfokus pada kisah Nabi Sulaiman. Surah ini akan dijelaskan secara rinci di bab berikutnya.
Catatan Amaliyah.net :
- Buku asli berbahasa Inggris, dapat diunduh secara gratis di sini
- Buku ini diterjemahkan dengan bantuan google translate, dengan sedikit modifikasi untuk mendapatkan “rasa bahasa” Indonesia yang lebih baik.
- Setiap kutipan terjemahan al-quran, telah dikonfirmasi dengan terjemah Qur’an bahasa Indonesia Kemenag RI
- Untuk melengkapi seri tadabbur 30 hari ini, anda juga dapat mengunjungi seri tadabbur qur’an 360