Hari ke-61: Tadabbur Surah Al-Maidah Ayat 46-57

Hari ke-61: Tadabbur Surah Al-Maidah Ayat 46-57

Ayat 46-50 menjelaskan alur wahyu (Kitab Suci) yang Allah turunkan sejak dari Taurat yang menjadi sumber hukum Bani Israil, kemudian disusul oleh Injil yang menjadi sumber hukum Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), kemudian terakhir adalah Al-Qur’an yang menjadi sumber hukum dan petunjuk hidup Ahlul Kitab dan manusia lainnya. Kitab suci Injil membenarkan dan meneruskan isi kitab suci Taurat. Sedangkan Kitab suci Al-Qur’an membenarkan dan meneruskan Taurat dan Injil dan sekaligus menjadi hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya.

Sebab itu, Bani Israil yang tidak berhukum pada Taurat seperti yang dijelaskan pada ayat 44 dan 45 adalah kafir dan zalim. Sedangkan kaum Nasrani yang tidak berhukum dengan Injil seperti yang dijelaskan pada ayat 47 adalah fasik. Sedangkan ancaman orang kafir, zalim dan fasik itu sama-sama neraka.

Sebab itu, Allah mengingatkan agar Nabi Muhammad agar berhukum dengan Al-Qur’an atas semua perkara yang muncul baik dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun manusia lainnya dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu mereka yang telah menjauhkan mereka dari Kitab-Kitab Allah sebelumnya, khususnya Taurat dan Injil. Bahkan Allah meminta Muhammad Saw. agar berhati-hati terhadap upaya mereka yang ingin menyesatkannya dari sebagian isi Al-Qur’an. Lalu Allah menjelaskan: berhukum kepada Al-Qur’an itu adalah sebuah ketetapan dan jangan sekali-kali terjebak dengan hukum jahililah (selain hukum Allah). Mana yang lebih baik, hukum Allah atau hukum jahiliyah? Tentu hukum Allah lebih baik bagi kaum yang meyakini Kemahasempurnaan Allah. Sadarlah wahai kaum muslimin yang anti hukum Allah.

Ayat 51-57 menegaskan empat hal pokok yang menjadi prinsip keimanan dan keislaman kaum muslimin:

  1. Larangan Allah (haram hukumnya) mengangkat atau menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab, pemimpin dan pelindung, baik dalam dalam masalah kehidupan dunia, agama maupun kehidupan akhirat.
  2. Orang yang hati mereka penyakit, yakni penyakit kemunafikan, selalu mendekati Yahudi dan Nasrani dan kaum kafir lainnya karena khawatir mendapat kesulitan bersama Rasulullah saw. dan kaum mukmin. Mereka tidak mengerti bahwa Allah akan memberikan kemenangan kepada Rasul saw. dan kaum mukmin, atau keputusan lain. Mereka akan menyesali apa yang mereka sembunyikan.
  3. Allah mengingatkan kaum mukmin agar tidak murtad. Jika murtad, Allah akan ganti mereka dengan generasi baru yang:
    1. Allah mencintai mereka
    2. Mereka mencintai Allah
    3. Lemah lembut sesama mukmin
    4. Tegas terhadap orang-orang kafir
    5. Berjihad di jalan Allah
    6. Tidak takut celaan orang-orang yang mencela. Itulah  karunia besar yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
  4. Larangan Allah terhadap kaum mukmin (haram hukumnya) untuk mengangkat orang-orang yang mengejek dan mempermainkan Islam, siapa pun mereka, apakah dari kalangan Ahli Kitab, atau orang kafir lainnya, menjadi pemimpin dan penolong. Ketiga hal tersebut di atas adalah standar keimanan dan ketakwaan yang telah Allah tetapkan bagi kaum muslimin atau umat Nabi Muhammad saw.

Tafsir

Amaliyah
Logo